Mangrove Forest Nusawiru yang terletak di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat merupakan tempat wisata yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Akar mangrove yang kokoh dapat meredam gelombang dan berfungsi sebagai pelindung abrasi. Selain itu, mangrove menyerap semua jenis logam berbahaya dan membuat kualitas air menjadi lebih bersih.
Tempat wisata itu juga menjadi habitat berbagai ikan air payau, sehingga masyarakat setempat memanfaatkan ikan untuk diolah kembali agar memiliki nilai jual tinggi. Akan tetapi, masyarakat mengalami kendala dalam pengolahan ikan. Kelompok Usaha Bersama atau KUB yakni badan usaha nelayan mengalami kekurangan bahan baku olah yang menyebabkan usaha pengolahan ikan air payau terhambat. Akibatnya keinginan menjual produk usaha kepada masyarakat di luar Kabupaten Pangandaran belum bisa dijalankan.
Melihat manfaat baik dari mangrove dan kendala yang dihadapi masyarakat setempat,17 mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung yang sedang kuliah kerja nyata (KKN) menggerakkan kegiatan restocking mangrove, benih ikan nila dan benih udang.
Sebanyak 100 mangrove, 2.000 benih ikan nila, dan 36.000 benih udang berhasil didapatkan tentunya tidak lepas dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangandaran, Pengurus Dusun Nusagede, serta Kelompok Pengelola Ekowisata Mangrove Nusawiru.
Kegiatan tersebut diawali pelepasan benih ikan nila dan udang, benih-benih ini harus diaklimatisasi terlebih dahulu di dalam plastik berisi air dan oksigen selama 10 menit di dalam air sebelum akhirnya dilepas dari plastik ke Sungai Sodongkopo (Mangrove Forest Nusawiru). Tujuan aklimatisasi agar benih ikan nila dan udang ini dapat menyesuaikan diri di lingkungan barunya.
Yayan, Kepala Dusun Nusawiru membuka kegiatan pelepasan benih ikan nila berisi kurang lebih 100 benih, diikuti oleh Mahasiswa Unpad dan beberapa tamu undangan. Tamu undangan semakin antusias karena diberi kesempatan untuk melepas benih-benih tersebut.
Seusai melepas 2000 bibit ikan nila dan udang kegiatan dilanjutkan dengan penanaman 100 bibit mangrove di 5 titik lokasi. Bapak Cucu, Pengelola Ekowisata Mangrove Nusawiru, menceritakan bahwa jenis mangrove asli di tempat ini adalah Avicennia dan Nypa. Namun, karena penyemaian kedua jenis mangrove ini tergolong sulit, masyarakat setempat menambah jenis mangrove ketiga yaitu Rhizhopora untuk dilestarikan. Kondisi tersebut kemudian membuat tim mahasiswa Unpad memilih bibit Rhizhopora untuk ditanam.
“Adanya pembagian 5 titik lokasi ini merupakan arahan dari kelompok pengelola Mangrove untuk penyulaman daerah-daerah yang mangrovenya sudah rusak,” jelas Bazongga, mahasiswa Unpad pelaksana kegiatan restocking.
Pada penanaman itu, tamu undangan juga mendapat kesempatan ikut turun menanam mangrove. Mereka turun ke daerah mangrove memakai sepatu bot berbahan karet untuk menghindari kaki tertusuk akar napas (akar mangrove yang berfungsi untuk menyerap air dan fotosintesis). Dua orang mahasiswa unpad, Mu’arrif dan Bazongga menjelaskan cara menanam bibit mangrove kepada undangan yang ingin ikut menanam.
Edukasi tersebut tidak hanya dilakukan untuk memudahkan kegiatan penanaman, tetapi juga memberi pengetahuan baru kepada para peserta bahwa penanaman bibit harus diikatkan dengan patok yang terbuat dari bambu sebagai penghadang ombak atau tekanan eksternal lain yang bisa menyebabkan bibit rusak. Penanaman bibit mangrove itu diawasi oleh Kelompok Pengelola Mangrove Nusawiru untuk menghindari bibit mangrove salah posisi tanam dan kejadian cedera yang dialami peserta akibat terinjak akar napas.
“Nanam mangrove buat aku jadi pengalaman baru. Selain pengalaman, pengetahuan akan jenis mangrove, umur hidup, cara tanam, sampai ke cara jalan di hutan mangrove juga jadi sesuatu yang excited buat aku pribadi. Kata seru aja nggak cukup buat mengekspresikan semuanya, ” seru Kharisma, salah satu tamu yang ikut melepas bibit ikan nila dan udang ke Sungai Sodongkopo.
Mahasiswa Unpad yang menjalankan kegiatan itu berharap bibit mangrove yang sudah ditanam dan bibit ikan nila serta udang yang dilepas bisa bertahan hidup untuk mendukung kehidupan di Kabupaten Pangandaran, khususnya Dusun Nusawiru. Mereka juga mengharapkan semakin banyak orang yang tergerak untuk melestarikan hutan mangrove.
Penulis : Imelda Putri, Magangers Kompas Muda Batch XI, mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung
Fotografer & Videografer : Muhammad Fariz, mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung