Sejumlah keinginan dan harapan anak muda untuk mengembangkan potensi terlihat dalam siaran langsung Instagram Kompas Corner berjudul “Dive Deeper Into Yourself”, Senin (18/10/2021). Siaran langsung yang mencakup sesi tanya-jawab ini diadakan oleh Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dengan bahasan berupa cara anak muda mengatasi hambatan dalam mengembangkan potensi diri, mengaplikasikan potensi yang dimiliki, dan menemukan kunci untuk memahami diri.
Psikolog Anastasia Satriyo berbagi cerita mengenai proses untuk lebih mengenal diri bagi anak muda. Bagi dirinya, proses untuk mengenal diri itu merupakan proses seumur hidup. Proses yang panjang ini dapat dimulai dengan mengetahui potensi dari dalam diri. “Potensi itu hal-hal yang ada dalam diri kita yang menunggu untuk dimaksimalkan,” ucap Anas yang merupakan penyintas penyakit kesehatan mental.
Potensi yang anak muda miliki dapat berbeda dari minat orang tua. Anas mengakui bahwa hal tersebut yang menjadi tantangan. Maka, ia memaparkan bahwa hubungan dengan diri sendiri menjadi penentu untuk membangun hubungan di luar diri. Orang tua bisa saja memasang ekspektasi yang tinggi bagi anak, tetapi potensi yang dimiliki anak menjadi miliknya sendiri.
“Tugas dan tanggung jawab kita sendiri untuk membahagiakan dan merasa utuh, cukup dengan diri (kita sendiri),” ujar Anas. Ia mengungkapkan bahwa ketika kebahagiaan digantungkan kepada orang lain, itu sebenarnya hal yang tidak pasti karena belum tentu orang lain benar-benar bahagia. Ia juga mengingatkan kembali pada orang tua akan tujuan memiliki anak. Bila memiliki anak hanya untuk kebahagiaan orang tua, menurutnya, tidak mungkin karena kebahagiaan seharusnya dimiliki oleh setiap individu dan bukan dari orang lain.
Sebuah perjalanan
Proses untuk menemukan potensi diri adalah suatu perjalanan. “Sebelum jauh mengetahui potensi, perlu lihat lagi ke pengalaman masa kecil,” ujar Anas yang memiliki ketertarikan akan psikologi anak. Menurutnya, secara psikologis, masa sekolah dasar (SD) adalah asal mula dari rasa percaya diri melalui kegiatan ekstrakurikuler. Fondasi untuk kepercayaan diri dapat dibangun dari aktivitas yang nonakademik dan tidak bergantung pada nilai rapor saja.
Anas menceritakan bahwa dirinya semula anak yang penakut. “Enggak kebayang Anas yang sekarang suka sharing,” ujarnya. Di masa kuliah, ia memberanikan diri untuk mengikuti berbagai kegiatan di luar perkuliahan sembari konseling. Ia pun menegaskan untuk tidak terlalu memusingkan akan perkataan orang lain, tetapi lebih baik mengukur dalam hati akan skala kebahagiaan.
Ia merasakan minat itu bertumbuh dari perasaan yang senang. Ia menambahkan perlunya komunitas yang mendukung minat dengan orang-orang yang suportif dapat menumbuhkan kepercayaan dalam diri. Karakter khas dari komunitas yang membangun adalah yang memberikan umpan balik konstruktif dan terbuka akan kesempatan serta peluang baru.
Untuk mengembangkan potensi, biasanya dimulai dari hal kecil. Latihan itu menjadi langkah awal untuk berkembang. Perlahan mulai dari dalam diri dan kemudian berkembang menjadi lebih baik. Salah satu latihan untuk mengenal diri adalah afirmasi diri. “Tarik napas yang dalam, perut dikembungkan. Buang napas, perut dikempeskan. Katakan: aku mau belajar menerima diriku yang hari ini karena yang kita punya hanya hari ini,” kata Anas.
Reporter : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Maria Oktaviana.
Fotografer : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Galuh Anisya Fitrananda.
Editor : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Maria Oktaviana.