Sudah hampir setengah tahun penyebaran virus Covid-19 di Indonesia tidak kunjung usai. Dampak pandemi merambah ke berbagai aspek, salah satunya pada bidang perekonomian. Pelemahan perekonomian Indonesia berdampak secara masif salah satunya menurunnya daya beli masyarakat yang mana juga menyebabkan banyak usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM rentan gulung tikar.
Keadaan itu terlihat dari kenyataan di lapangan. Misalnya di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Lima pedagang tradisional di kawasan Kelurahan Pisangan merasakan penjualan turun drastis mencapai sebesar 50 hingga 75 persen. Berdasarkan wawancara kepada beberapa pedagang tradisional di wilayah yang bersangkutan, salah satu penyebab turunnya angka penurunan omset karena area wilayah tersebut area kawasan kampus Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama pandemi, banyak kegiatan mahasiswa yang awalnya ramai di sekitar kampus ditiadakan karena pimpinan kampus menutup area universitas untuk mencegah penularan virus. Sebagian besar mahasiswa memilih pulang kampung atau tidak beraktivitas seperti biasanya. Tidak hanya itu, aktivitas warga di sekitar wilayah tersebut juga menurun sehingga beberapa tempat usaha sepi pengunjung karena ada pembatasan sosial yang berdampak pada penjualan usaha pedagang setempat.
“Pengunjung jadi sepi, masyarakat yang belanja juga sangat berkurang karena mungkin ekonomi juga sedang merosot. Para pedagang seperti saya omsetnya turun jauh, mereka yang kerja banyak yang dirumahkan, terutama yang kerja ke pedagang usaha kecil” ujar Zahra, salah satu pemilik toko sembako ‘ADEL’ yang terletak di Kompleks UIN, daerah Ciputat Timur pada awal Agustus 2020 lalu.
Ia merasakan betul perubahan ekonomi saat ini. Toko sembako milik perempuan yang berumur 54 tahun ini sewaktu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), omset menurun 75-80 persen. Keadaan sedikit membaik ketika pemerintah setempat memberlakukan masa menuju era normal baru. Pendapatan di toko kelontongnya naik sekitar 15 persen dari semula 20-25 persen menjadi 35 hingga 40 persen dari omset normal.
Melihat keadaan tersebut, mahasiswa Universitas Diponegoro yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di wilayang Tangerang Selatan, Banten mencoba memberikan solusi untuk mendorong perekonomian UMKM dapat bertahan selama pandemi Covid-19 ini. Mahasiswa membuat program KKN bernama “Pasar Dari Rumah” yang diadakan oelama masa KKN dari tanggal 5 Juli – 15 Agustus 2020.
Langkah pertama, mahasiswa yang sedang KKN mengumpulkan pelaku UMKM yang bersedia untuk dibantu promosi secara daring. Setelah itu mahasiswa membuat website yang bisa diakses para warga perumahan di sekitar wilayah Pisangan, Tangerang Selatan. Usaha tersebut untuk mendorong perekonomian para pelaku UMKM di kawasan tersebut.
Saling menguntungkan
Sebelum membuat platform digital yang berisi database UMKM bernama “Pasar dari Rumah”, mahasiswa mengumpulkan puluhan data pedagang UMKM di sekitar wilayah Ciputat Timur. Data dari para pelaku UMKM kemudian dikemas dalam bentuk website lalu ditujukan kepada warga perumahan RW 015, Kelurahan Pisangan, Tangerang Selatan. Persebaran pedagang UMKM dari yang menjual sembilan bahan pangan pokok, makanan siap saji, minuman jamu maupun pelayanan jasa terdapat di website tersebut.
Jauh sebelum website terwujud, dari hasil perbincangan dengan Isworo Triadi, Ketua RW 015 Perumahan Bali View, mahasiswa mendapat data. Sekitar 480 warga di perumahan itu berpotensi untuk melakukan belanja secara daring guna memenuhi kebutuhan keluarga di rumah. Di sisi lain, program “Pasar dari Rumah” telah mengumpulkan puluhan UMKM dari jenis usaha bahan baku hingga jasa.
Program tersebut akan menguntungkan dua belah pihak yaitu para pelaku UMKM dan warga yang tinggal tak jauh dari para pedagang membuka usaha. Database UMKM yang dikumpulkan itu bisa menjadi referensi warga di wilayah yang bersangkutan untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus membantu pedagang lokal yang masih belum menggunakan pemasaran secara daring.
Upaya tersebut diharapkan dapat menghubungkan kembali para pelaku UMKM dengan wilayah di wilayah kelurahan Pisangan tanpa harus keluar rumah. Dengan cara itu, baik warga maupun penjual sama-sama bisa lebih menjaga jarak agar mudah menularkan atau tertular virus korona. Untuk informasi lebih lanjut dapat diakses langsung melalui link: bit.ly/pasardarirumah.
Meski sudah ada solusi untuk mempertemukan pedagang dengan calon pembeli, tak midah bagi kedua belah pihak untuk beradaptasi dengan teknologi. Para pedagang terutama memandang teknologi merupakan hal baru. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki membatasi mereka untuk mengenal pemasaran melalui daring. Kabar baiknya, mayoritas dari mereka sudah mengenal komunikasi digital seperti mengirim pesan lewat aplikasi Whatsapp.
Dari keadaan tersebut, mahasiswa lalu melakukan edukasi kepada para pelaku UMKM tersebut untuk melek teknologi dan mampu menggunakan pemasaran daring untuk mempertahankan usaha mereka. Edukasi itu mereka itanggapi positif dan menjadi pengetahuan baru bagi mereka.
“Alhamdulillah, program Pasar dari Rumah ini telah membantu promosi usaha Laundry Koin saya di perumahan Bali View. Kemarin ada pelanggan yang langsung pesan cuci setrika ke saya. Katanya tahu dari web “Pasar dari Rumah” ini, ” ujar Irwan, pemilik SMART Laundry yang terletak di Jl. Pesanggrahan, Kampus UIN, Tangerang Selatan.
Irwan, sudah berkaprah 15 tahun di dunia londri atau jasa cuci dan seterika baju. Pria yang berumur 38 tahun tersebut menyebutkan, pelanggan barunya yang mengetahui usaha milknya dari web “Pasar dari Rumah”. Ia senang dengan kemudahan yang ia dapatkan dari website itu karena sebagai pembeli ia sekarang juga tidak perlu repot ke luar rumah untuk berbelanja barang yang ia butuhkan dari usaha pelaku UMKM yang ada di website tersebut.
Tidak hanya membantu pemasaran daring UMKM, Mahasiswa Undip yang sedang melakukan KKN juga melakukan sosialisasi adaptasi kebiasaan baru lewat poster infografis yang disebarkan secara daring kepada warga RT 008, RW 015, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Melihat mobilitas warga yang cukup tinggi, diperlukan edukasi mengenai protokol kesehatan sebagai mengingatkan kembali kesadaran warga akan tetap tertib melakukan pencegahan penyebaran COVID-19. Pada program sosialisasi itu, mahasiswa menyarankan agar warga hanya bepergian jika sangat perlu saja dan memaksimalkan aktivitas di rumah saja, salah satunya berbelanja.
Adaptasi kebiasaan baru ini dapat berjalan secara aktif jika masyarakatnya mau menaati dan konsisten dengan protokol kesehatan yang ada. Dari hal ini diharapkan aktivitas masyarakat dapat kembali normal dan terhindar dari penyebaran virus corona. Walaupun pembatasan sosial mulai dilonggarkan, untuk tetap terjaga dari penularan dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk tertib dalam protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru.
Raihana Tazkia Irsyad, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro Semarang.
Comments are closed.