Sepi, Perayaan Ramadhan dan Idul Fitri di Rusia

0
412

Masih banyak orang yang memiliki stigma bahwa Rusia adalah negara sosialis komunis dan toleransi antaragamanya rendah. Namun, apakah benar begitu? Tentu tanggapan itu salah. Faktanya, Rusia menjadi negara yang mengakui adanya keberagaman agama. Bahkan, masyarakat Rusia sangat tolerir dalam masalah agama.

Nur Yuni Syatrina (23), mahasiswa rantau asal Indonesia yang berkuliah di jurusan Teknik Perkeretaapian di Russian University of Transport di Moskow, Rusia menyatakan kenyataan tersebut. Nur dengan senang hati membagikan pengalamannya sebagai muslim di Rusia.

“Disini masyarakatnya sangat (mengenal) toleransi. Karena, misalnya tahun lalu sebelum (ada) virus korona, mereka menurunkan anggota keamanan mereka untuk turun ikut mengamankan keadaan saat bulan Ramadhan,” tuturnya pada akhir pekan lalu. Ia menambahkan, saat kami di karantina, orang-orang di asrama tidak memberikan makanan yang mengandung babi. “Karena mereka paham, kalau babi itu haram,” jelas Nur lagi.

Ramadan di Rusia

Umat muslim di Negeri Tirai Besi tersebut menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang cukup ekstrem, yakni 17-18 jam. Bulan Ramadhan tahun ini jatuh pada musim semi. Di Moskow, umat muslim melaksanakan sahur pada pukul 3.00 pagi dan berbuka pada pukul 20.30 malam.

Namun, beda tempat beda pula zona waktu. Rusia adalah negara yang memiliki sebelas zona waktu dari 24 zona waktu di dunia. Aqila (20), pelajar asal Indonesia yang kini bersekolah di Tomsk State University, Tomskaya Oblast’ mengaku berpuasa dengan durasi delapan belas jam, “Kemarin aku puasa 18 jam disini. Dari jam 3.30  pagi sampai 21.30 malam,” katanya.

Perayaan Lebaran di Rusia bisa dibilang tidak semeriah di Indonesia. Di sana, perayaan hanya bisa dirasakan selama satu hari saja. Setelah melaksanakan salat Ied berjamaah di masjid, masyarakat biasanya kembali menuntaskan pekerjaannya masing-masing.

“Asramaku dekat sama masjid. Masjidnya memang dipakai (sebagai) tempat buka puasa bareng. Khususnya tahun lalu, aku sering buka puasa bareng di masjid. Tapi kalau tahun ini nggak, sih,” cerita Aqila, “Tahun lalu setelah salat Id, aku langsung balik karena ada ujian. Jadi nggak bisa merasakan Idul Fitri dengan maksimal.”

Namun, momen yang paling indah saat Idul Fitri adalah ketika pelaksanaan salat Id berjamaah berlangsung dengan tertib. Umat muslim juga amat antusias dalam menyambut hari kemenangan itu. Momen itu dimanfaatkan untuk saling melepas rindu terhadap kampung halaman.

“Kalau Lebaran, baik itu Idul Fitri atau Idul Adha, biasanya disini masjid akan dipenuhi oleh bapak-bapak. Metro (transportasi bawah tanah) tutup dan anggota keamanan Rusia diturunkan untuk membantu menjaga keamanan sekitar,” ujar Nur. Lalu para perempuan kemana? Mereka biasanya menyediakan makanan di rumah. ” Kami (mahasiswa rantau) pergi ke KBRI untuk berkumpul dan berbagi kisah bersama anak rantau lainnya,” lanjut Nur.

Biasanya, beberapa masjid di Rusia mengadakan ifthar bersama. Menu yang disediakan Ketika ifthar biasanya sop kambing, plov (semacam nasi goreng khas Asia Tengah), permen, serta cokelat. Perayaannya memang tidak seheboh tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, namun momen kumpul bareng itu yang dinanti-nantikan. Umat muslim di Rusia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, sehingga masjid menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat.

“Biasanya, di masjid sebelum buka puasa ramai dikunjungi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu. Mereka salat, mengaji. Biasanya mereka juga menggunakan waktu (sebelum berbuka) untuk berkumpul dengan kawan jauh. Bahkan saling berbagi dengan yang lain, karena biasanya hanya bertemu pada momen Ramadhan seperti ini,” kata Nur tentang situasi saat puasa dan Lebaran tahun sebelumnya.

Sepi

Bulan Ramadhan di tahun 2020 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pasalnya tahun ini terjadi wabah virus korona yang menyebar hingga penjuru dunia. Umat muslim di seluruh dunia pun terpaksa menerima perubahan yang signifikan pada bulan Ramadhan di tahun ini

Rusia merupakan salah satu negara yang memberlakukan lockdown. Sama halnya dengan di Indonesia, jadwal perkuliahan tatap muka disana diubah menjadi daring. Di ibukota, tepatnya Moskow, lockdown diberlakukan karena kasus positif Covid-19 banyak dijumpai di sana.

“Disini (Moskow) untuk jadwal perkuliahan semua online dari rumah, dan yang masih buka itu minimarket dan apotek. Untuk jasa pengiriman barang juga masih buka,” jelas Nur lagi. Ia menyatakan, sekarang pun kalau mau masuk ke toko harus pakai masker dan sarung tangan. Kalau tidak pakai tidak boleh masuk.

Ramadan pada tahun ini berlangsung sangat sepi. Umat muslim di Rusia terpaksa mengurung diri di rumah. Beberapa masjid ditutup dan kegiatan buka bersama juga dilarang guna meminimalkan angka penyebaran positif Covid-19. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa Lebaran kali ini tidak terasa seperti Lebaran biasanya.

“Karena sekarang korona, jadi harus tinggal di asrama. Temanku bahkan ada yang bilang kalau ini tuh nggak kerasa Lebaran,” tutur Nur menceriterakan pendapat kawannya. Sebagai anak rantau ia menceriterakan kegiatan saat Lebaran kemarin.

Bangun tidur lalu salat. “Usai salat menelepon keluarga tapi nggak ada yang angkat karena pada sibuk kumpul sama keluarga lain,” katanya. Namun, sebagai anak rantau, Nur mengaku bahwa hal yang paling dirindukan adalah suasana Ramadan di Indonesia.

“Kami (mahasiswa rantau) biasanya dengerin takbiran via online,” ujarnya. “Kami nggak bisa merasakan opor, kue Lebaran. Kami di sini kalau mau makan opor, ya harus buat sendiri, kalau nggak ke KBRI. Bahkan biasanya kita yang jadi penjualnya,” tambah Nur yang dihubungi lewat saluran telepon.

Tak jauh berbeda 

Di Indonesia, program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah masih diberlakukan guna mencegah penyebaran Covid-19. Di tengah-tengah perayaan bulan Ramadhan, masyarakat terpaksa menjalani ibadah puasa dengan suasana yang berbeda.

“Untuk perayaannya, aku kurang dapet suasana Ramadhannya. Dari mulai puasa sampai Lebaran, kan nggak ada kegiatan buka bersama dan ruang geraknya terbatas di rumah saja,” keluh Uci (20), mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Jawa Tengah mengenai perbedaan Idul Fitri pada tahun ini dan tahun sebelumnya.

Tradisi mudik Lebaran lazim dilakukan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun. Bagi sebagian orang, bulan Ramadhan terasa kurang lengkap jika tidak dihabiskan di kampung halaman. Namun, seiring dengan merebaknya virus korona, masyarakat diimbau agar tidak mudik di tahun ini guna meredam angka penyebaran yang lebih besar.

Pelaksanaan salat Id juga dibatasi. Ada beberapa daerah yang mengadakan salat berjamaah, namun tetap diimbau untuk menjaga jarak dan tidak bersentuhan. Durasinya juga dikurangi dan tradisi salaman selepas salat ditiadakan.

“Di daerah rumah saya diadakan salat Id, tapi sistemnya per-saf dibatasi tali rapia. Sedih, karena suasananya kurang terasa. Sehabis salat biasanya salaman keliling, tapi sekarang hanya bisa salaman satu RT. Saat bersilaturahmi juga mayoritas pakai masker. Pokoknya suasananya beda banget,” tutur Uci.

Tradisi kala menyambut bulan Ramadhan memang berbeda-beda di tiap negara. Meskipun terhalang karena pandemi, umat muslim di seluruh dunia sama-sama menjalankan ibadah puasa dengan penuh suka cita untuk menyambut datangnya hari kemenangan.

 

Nada Naurah, mahasiswi Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.