Rumah Karantina Mandiri Bagi Pemudik di Manisrenggo, Kabupaten Klaten

0
431

Dalam rangka upaya pemutusan rantai penularan virus korona yang sedang menjadi pandemi di Indonesia. Pemerintah Kelurahan Desa Barukan, Manisrenggo Kabupaten Klaten, Jawa Tengah berinisiatif membuat rumah karantina bagi warganya yang pulang kampung.

Rumah itu sebenarnya milik salah satu warga Desa Barukan yang belum ditempati. Demi membantu pemerintah dan warga, pemiliknya berinisiatif meminjamkan untuk keperluan karantina mandiri warga Barukan terhitung sejak 21 Mei 2020.

Rumah karantina Mandiri diatur sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19, yakni seperti area wajib menggunakan masker dan berjaga jarak antar individu. Ada ruang menjenguk yang dibatasi oleh plastik sterilisasi antara pasien karantina dan keluarga yang menjenguk.

Cara itu ditempuh agar dapat meminimalisi penularan Covid-19. Meskipun pasien karantina dinyatakan negative virus korona, akan tetapi selama 14 hari masa karantina harus memenuhi aturan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Terpaksa mudik

Penulis saat wawancara dengan peserta karantina, Dimas Adhi. Foto oleh Tina Ristiana

Dimas Adi (21 tahun) warga Dukuh Barukan Kelurahan Barukan yang bekerja di PT. Astra Daihatsu Motor di Jakarta selama dua tahun, merupakan salah satu pasien rumah karantina. Ia  terpaksa pulang ke kampung karena kontrak kerja dengan perusahaan telah habis.

Sebelum memulai perjalanan pulang kampung halaman, sebenatnya Dimas sudah melakukan tes uji virus korona.
“Saya terpaksa pulang karena kontrak kerja dengan perusahaan di Jakarta sudah selesai. Hasil uji tes korona saya negatif dan saya dinyatakan sehat,” kata Dimas saat dihubungi via telepon.

Walau demikian, ia tetap menjadi salah satu pasien Rumah Karantina Mandiri Desa Barukan, Manisrenggo, Sampai Jumat (29/5/2020) ia masih menempati rumah karantina tersebut.

Dimas tiba di Desa Barukan pada hari Kamis (21/05/2020). Dari Stasiun Kereta Api Klaten, ia langsung menuju Rumah Karantina Mandiri Desa Barukan. “Saya sampai disini tanggal 21/05/2020. Setelah keluar dari mobil dari stasiun langsung ke Rumah Karantina Mandiri, sampai sekarang saya belum sampai rumah (rumah pribadi Dimas)” tambahnya

Suka dan duka

Ia menuturkan sebenarnya dirinya merasa sedih karena tidak bisa langsung berkumpul dengan keluarga dan teman-teman. Tetapi di balik rasa sedihnya, ia senang mendapat fasilitas dari pihak kelurahan untuk menjalani isolasi mandiri di Rumah Karantina.

Sekalipun sudah menjalani tes virus korona tetapi ia mengaku  belum yakin, apakah saat pulang kampung di masa pandemik ini ia membawa virus atau tidak. Dengan melakukan isolasi mandiri di Rumah Karantina itu ia ingin menjaga agar keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

“Kalau susah dan senang saat harus mengisolasi diri ini pasti ada. Susahnya saya tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-teman. Sukanya dari pihak kelurahan memfasilitasi isolasi mandiri karena kita tidak tahu apakah kita membawa virus atau tidak, ujar pemuda alumnus SMK Muhammadiyah Prambanan, Klaten tahun 2018 itu. Ia sekali lagi menegaskan, kerelaannya melakukan isolasi untuk menjaga keluarganya agar tetap sehat.

Aneka fasilitas

Suasana ruang tunggu Sukarelawan dan ruang tunggu tamu. Foto oleh Tina Ristiana

Meski menempati rumah warga, Rumah karantina Mandiri menyediakan berbagai fasilitas baik untuk warga yang diisolasi maupun tamunya. Nampak di bagian depan rumah ada kursi untuk sanak famili yang ingin menjenguk warga yang melakukan karantina.

Pemerintah Kelurahan Barukan memberikan fasilitas kebutuhan keseharian peserta karantina seperti alat tidur, alat mandi, makan tiga kali sehari sampai alat mencuci. Dimas menambahkan, untuk tingkat kenyamanan dapat dikatakan cukup baik.

Ia dapat tertidur nyenyak di Rumah Karantina Mandiri karena fasilitas yang dasar untuk istirahat di masa isolasi terpenuhi. “Kelurahan memberi fasilitas sepeti alat tidur, alat mandi, makan seharu tiga kali. Ada peralatan dan sabun untuk mencuci. Kalau dibilang nyaman ya lumayan, 50 persen ya,” jelas Dimas yang sendirian berada di Rumah Isolasi Mandiri.

Ada sukarelawan

Agus Rahman Diyanta, Ketua RT 13 sekaligus sukarelawan di Rumah Karantina Mandiri Desa Barukan

Para warga yang pulang ke kampung, oleh pihak kelurahan harus mengikuti beberapa prosedur. Dalam penanganan pengawalan peserta Rumah Karantina Mandiri, setelah warga tiba di lokasi, panitia yang terdiri dari sukarelawan akan mendata peserta yang datang dengan menunjukkan surat sehat dan penjalanan dari daerah asal.

Mereka lalu mengecek suhu tubuh warga pendatang dan menyemprot tubuh dan barang bawaannya dengan diinfektan. ”Tamu” juga harus mencuci tangan untuk sterilisasi sebelum memasuki area Rumah Karantina Mandiri.

“Yang jelas untuk prosedur pengawalan peserta Rumah Karantina, peserta setelah tiba disini dicek suhu tubuh, disemprot disinfektan,” jelas Agus Rahman Diyanta, ketua RT 13 Dukuh Barukan yang merangkap menjadi sukarelawan di Rumah Karantina Mandiri yang ditemui Jumat (29/5/2020).

Selain itu panitia juga meminta warga yang baru mudik menunjukkan surat sehat dan surat perjalanan dari daerah asal. ”Jika dinyatakan sehat dan tidak menunjukkan gejala Covid-19 akan tetap dikarantina, akan tetapi kalau menunjukkan gejala terinfeksi virus korona, yang bersangkutan akan langsung dioper ke rumah sakit,” lanjut Agus.

Rumah Karantina dapat menampung sebanyak delapan peserta. Apabila terjadi lonjakan peserta, tempat karantina akan dialihkan di ruangan SLB Manisrenggo yang letaknya tidak jauh dari Rumah Karantina Mandiri. Saat ini ada dua peserta yang sedang menjalani proses karantina mandiri di sana.

Terdapat tempat cuci tangan sebelum masuk area Rumah Karantina Mandiri. Foto oleh Tina Ristiana

Sistem kerja di Rumah Karantina mandiri dijaga bergiliran oleh sukarelawan warga Barukan, dengan menyediakan makan tiga kali sehari untuk pasien rumah karantina. Selain itu pihak desa dan sukarelawan membantu menyediakan segala keperluan pasien selama 14 hari masa karantina mandiri hingga usai.

Aksi solidaritas warga itu selain menunjukkan kepedulian terhadap sesama warga Desa Barukan, juga menjadi langkah pencegahan penularan virus corona kepada orang-orang sekitarnya.

Pencegahan dilakukan mengingat 29 April 2020 lalu, terdapat seorang warga terjangkit virus corona di Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo. Untuk mencegah penularan makin meluas, seluruh warga desa tersebut harus dikarantina mandiri selama 14 hari dibawah penanganan tim medis setempat.

Tina Ristiana, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta.