Berkah Puasa di Tengah Pandemi Covid-19

0
468

Tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan itu terasa di setiap aspek kehidupan. Contohnya, dalam aspek pendidikan. Jika biasanya melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) melalui tatap muka di sekolah atau kampus, berbeda dengan saat ini para siswa mulai dari jenjang taman bermain hingga kuliah, melakukan Kegiatan Belajar Mengajar melalui aplikasi secara daring. Selain itu, dalam aspek sosial. Jika sebelum ada wabah Covid-19, kita dibebaskan untuk keluar rumah, kini kita diimbau untuk melakukan kegiatan di rumah dan tidak bepergian bila tidak terlalu penting. 

Situasi ini dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Salah satunya adalah umat muslim. Akhir April yang lalu, umat muslim sudah mulai melakukan ibadah puasa Ramadhan. Tentu ada perbedaan yang dirasakan oleh umat muslim saat melaksanakan ibadah puasa tahun ini. Hal ini juga dirasakan oleh Dini Choirunnisa, yang sering dipanggil Dini. Ia merupakan mahasiswa jurusan Jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara Tangerang.  

Menurutnya, ibadah puasa tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kegiatan ngabuburit diluar rumah, tidak ada buka puasa bersama teman-teman, tidak melakukan shalat tarawih di masjid, tidak ada halal bi halal, dan tidak melakukan mudik. 

Selama ini ia berada di asrama karena rumahnya yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan memiliki jarak yang cukup jauh dengan Universitas Multimedia Nusantara. Covid-19 membuatnya harus pulang ke rumah untuk keamanan dirinya.

Ketika ditanyai suasana apa yang dirindukan saat ibadah puasa, ia menjawab bahwa ia merindukan suasana sahur di perumahannya, “Hal yang dikangenin adalah berisiknya di bangunkan sahur keliling. Sekarang di daerah rumah aku tidak ada yang bangunin sahur keliling itu sih yang dikangenin. Terus, buka bersama bareng teman-teman dan keluarga besar juga. Sebenarnya, itui bisa dilakukan dengan teknologi yang ada tapi tapi rasanya ada yang kurang,” jelas Dini.

Namun, ada beberapa hal yang masih bisa dilakukan olehnya selama melakukan puasa seperti tetap tarawih dan buka bersama walaupun tetap berada di rumah bersama keluarga.

Dini juga menambahkan dalam kondisi seperti ini,  ia mendapat beberapa pelajaran, “Ya, aku merasa banyak waktu bersama keluarga. Biasanya aku menghabiskan waktu di luar rumah. Selain itu, dengan hadirnya Covid-19 ini, banyak masyarakat yang terkena dampak ekonomi dan banyak yang membutuhkan,”ujarnya. Hal itu menjadi pelajaran bagi dirinya untuk selalu bersyukur dan memberi separuh rezeki kepada yang membutuhkan.

Pelajaran lain, menurut Dini, ia lebih peduli dengan kesehatan dan pola makannya. “‘Biasanya, saya mengkonsumsi makanan dari luar atau beli di luar. Sekarang, saya mengkonsumsi makanan buatan rumah agar lebih terpercaya kebersihannya,” tutupnya.

Tak hanya Dini, hal serupa juga dirasakan oleh Vania Millenia yang merupakan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”Jakarta. Tahun ini, ia memasuki semester empat di fakultas kedokteran. 

Lebih sulit belajar

Sama seperti Dini, Vania juga merasakan ada yang hilang dalam puasa kali ini. Ia mengatakan bahwa hal-hal yang ‘hilang’ itu seperti shalat tarawih, buka bersama dan ngaji di masjid setiap subuh. Ia merindukan hal-hal tersebut. Namun, walaupun hal-hal tersebut hilang, ia menggantikannya dengan cara melakukan shalat tarawih dan buka bersama di rumah bersama keluarga. 

Walaupun berada terus di rumah pada saat puasa, ia tetap melakukan beberapa kegiatan seperti olahraga dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa yaitu kuliah dengan menggunakan proses pembelajaran daring. Hal itu tentu saja sangat sulit untuknya, terlebih jurusan kedokteran akan lebih sering menggunakan praktik langsung. Kesulitan itu dapat ia atasi dengan baik. Agar dapat menambah nilai kuliahnya, ia membuat tugas-tugas dari rumah dan divideokan untuk menjadi bukti kepada pengajarnya. 

Vania Millenia Tetap Melakukan Kegiatan Pembelajaran Online

Covid-19 memang membuat beberapa kegiatan yang akan ia lakukan tertunda, namun ia mendapatkan pembelajaran dari situasi tersebut. “Saya menyadari bahwa setiap manusia itu bukan apa-apa karena virus tak kasat mata apa pun. Kita sebagai manusia dapat dikalahkan,” kata Vania. Selain itu, ia juga merasa menjadi lebih dekat dengan keluarga dan tidak boros mengeluarkan uang untuk transportasi, mal dan lainnya.

Penulis :Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang // Alethea Pricila Sianturi

Editor : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang // Adonia Bernike Anaya

Foto : Dokumentasi pribadi narasumber