Pada Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan ini, pemeluk agama Islam memiliki berbagai tradisi untuk mengisinya. Tradisi yang dilakukan dapat berbeda-beda sesuai dengan daerahnya. Namun, tradisi yang dilakukan banyak umat muslim di Indonesia adalah tradisi untuk tadarus Al-Qur’an sampai khatam. Khatam bermakna tamat, dalam konteks ini berarti menamatkan bacaan Al-Qur’an sampai juz 30.
Biasanya tadarus Al-Qur’an dapat dilakukan sendirian maupun bersama-sama dengan keluarga atau teman, tetapi tahun ini suasana Ramadhan di Indonesia berbeda dengan tahun sebelumnya karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemi COVID-19.
Masyarakat diimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak mendesak, dan menjaga jarak selama PSBB. Untuk menyiasati hal itu, banyak lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Nahdlatul Ulama (NU) yang mengadakan dakwah, kajian dan pengajian secara daring sebagai pengganti agenda tatap muka.
Umat pun mengikuti imbauan itu dengan mengadakan tadarus secara daring. Hal itu dilakukan antara lain oleh Rapida Aisyah Amini. Perempuan lulusan jurusan bisnis manajemen dari ESQ Business School Jakarta ini menceritakan pengalamannya melakukan tadarus daring. Rapida yang akrab dengan sapaan Pida ini merasa Ramadhan tahun ini berbeda karena tahun-tahun sebelumnya. Dulu ia dapat melakukan buka bersama dan tarawih bersama dengan teman-temannya.
Tadarus daring yang dilakukan Pida berawal dari ingatan saat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Asrama Bina Siswa SMA Plus Cisarua Provinsi Jawa Barat. Ia dan teman-temannya melakukan tadarus Al-Qur’an saat sekolah dan diharuskan hafal 30 juz.
Pida dan teman seangkatannya yang bernama Anaphalis Javanica (Amphibi), mencetuskan untuk mengadakan tadarus daring menggunakan Google Hangout. Perempuan yang saat ini bekerja di Saleema Foundation USA tersebut mengatakan tadarus daring yang diadakan ditujukan untuk alumni saja, yang susah bertemu karena sudah bekerja dan sebagian sudah menikah. Dan terutama karena perjumpaan mereka terhalang PSBB.
Teknis tadarus secara daring dilakukan dengan mengumumkan kegiatan itu beberapa hari sebelum agenda diadakan oleh perwakilan angkatan. Pida dan teman-temannya merencanakan tadarus tersebut diadakan satu minggu sekali, sehingga dalam sebulan terdapat empat kali pertemuan.
Tadarus daring untuk pertama kali telah dilaksanakan pada Sabtu, 25 April 2020 lalu. Dalam pertemuan pertama tersebut, sekira 50 persen anggota grup mengikuti tadarus. Pida dan teman-temannya mengaji bersama-sama dengan target membaca juz 30, sehingga semua anggota yang ikut membaca juz 30 bersamaan melalui Google Hangout. Pertemuan selanjutnya, mereka merencanakan akan tadarus dengan 30 orang anggota, sehingga langsung dapat meng-khatamkan Al-Qur’an.
Tak bisa dipungkiri, akibat adanya PSBB, kegiatan yang melibatkan banyak individu harus dihindari, dan kegiatan sosial pun berkurang. Termasuk dengan kegiatan beribadah, seperti shalat berjamaah di masjid dan kegiatan lainnya yang melibatkan banyak individu. Sekalipun demikian, Pida tetap merasa senang karena ia akhirnya berjumpa dengan alumni SMA-nya yang sudah lama tidak bertemu, walaupun hanya melalui video call. Pida juga mengatakan bahwa ibadah tahun ini unik.
“Seneng sih, kayak unik aja. Akhirnya ibadah tetap bisa dilakukan apapun keadaannya.” Ujar Pida saat diwawancarai melalui direct message Twitter pada Selasa (28/04/2020).
Pida dan teman-temannya belum mengecek hukumnya jika melakukan tadarus Al-Qur’an bersama tanpa bertemu langsung. “Sepertinya kita tidak sampai cek hukumnya. Karena kita jatuhnya tadarus bersama saja dan menargetkan 30 juz dalam satu sekali tadarus,” tuturnya.
Tadarus Sendiri
Selain tadarus secara daring, masih banyak orang yang melakukan tadarus sendiri-sendiri di rumah. Seperti Azmah Husna, mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran asal Bekasi, Jawa Barat. Ia selalu melakukan tradisi tadarus Al-Qur’an saat Ramadhan di rumahnya.
Sama seperti Pida, saat memasuki bulan Ramadhan, perempuan yang kerap disapa Una ini biasa melakukan tadarus Al-Qur’an bersama dengan temannya di masjid dekat rumahnya jika ada acara buka bersama. Namun, karena adanya pembatasan jarak, ia sekarang tadarus Al-Qur’an di rumah dengan target satu hari satu juz. “Jadi setiap habis sholat tuh, baca dua lembar (Al-Qur’an), nanti gak kerasa sehari udah satu juz,” ujar Una.
Manfaat
Pida mengaku bahwa ia tidak selalu tadarus Al-Qur’an saat bulan Ramadhan, tetapi ia berusaha untuk meningkatkan kuantitasnya dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Ia merasakan manfaat tadarus Al-Qur’an membuat hatinya lebih tenang dan damai. Pida berkata “Tentunya hati lebih tenang dan damai, lebih enak juga cerita sama Allahnya, karena kan kita lebih mendekat gitu.”
Sedangkan Una, ia merasa harus memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik mungkin dengan selalu menargetkan khatam Al-Qur’an. “Ya, gak mau menyia-nyiakan bulan Ramadhan aja, soalnya kan bulan Ramadhan tuh bulan yang spesial. Intinya aku pengen memaksimalkan bulan Ramadhan ini sebaik mungkin,” ujar Una. Ia menambahkan manfaat dari tadarus Al-Qur’an dapat membuat rohaninya tenang, memperlancar bacaan Al-Qur’an, dan belajar untuk istiqomah dengan target yang sudah disusun.
PSBB yang digaungkan pemerintah bukanlah alasan untuk menunda atau tidak melakukan ibadah pada bulan suci ini. Waktu di rumah yang melimpah justru dapat dijadikan ladang untuk mencari ilmu, berbuat baik kepada orang lain dan meningkatkan intensitas ibadah. Dengan cara itu, interaksi dengan Maha Kuasa dapat lebih terjalin dalam Ramadhan tahun ini. Seperti kutipan lagu yang dinyanyikan penyanyi Tompi, semua menyambut Ramadhan dengan hati yang senang. Tidak terkecuali untuk tahun ini.
Suci Aulia Rahma, Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.