Akhir-akhir ini, kita sedang disibukkan dengan berbagai upaya untuk menekan peryebaran virus korona di Indonesia. Semua kalangan saling bahu membahu menghadapi pandemi Covid-19 di negara ini. Mulai dari rakyat kecil hingga Presiden harus sama-sama memiliki komitmen yang kuat demi mengusir virus korona.
Untuk lebih menekan penyebaran virus tersebut pemerintah membentuk Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Tak hanya di tingkat nasional, Satgas Covid-19 kini telah dibentuk hingga ke tingkat rukun warga (RW). Contohnya seperti Satuan Tugas Covid-19 RW 03 Kampung Kenteng, Kelurahan Kejiwan, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan satgas di wilayah ini adalah membentuk posko pengecekan di pintu masuk kampung.
Sejak Kamis (16/4/2020), Kampung Kenteng mulai menerapkan prosedur pengecekan terhadap tamu yang masuk. Sekitar 50 meter dari gerbang kampung, telah didirikan posko beratapkan terpal dengan ukuran kisaran 4×4 meter untuk melakukan serangkaian prosedur bagi tamu yang masuk ke wilayah ini. Beberapa fasilitas yang ada di sana antara lain tempat cuci tangan dan sabun, meja petugas, buku tamu, dan sebuah dispenser untuk air minum.
Ahmad Murtadlo, Ketua Satgas Covid-19 Kampung Kenteng, Kelurahan Kejiwan, Kabupaten Wonosobo menyebutkan tujuan pembentukan posko sejalan dengan tujuan pembentukan satgas di tingkat rukun warga (RW). Selain itu, posko itu diharapkan dapat memonitor pergerakan keluar masuk wilayah kampung.
“Tujuan dibentuknya satuan tugas (satgas) disini sebagai bentuk peringatan sekaligus ajakan kepada warga agar tidak mengabaikan bahaya pandemik ini. Bahwa kita semestinya merespon wabah yang melanda untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meminimalkan resiko terjadinya penularan di wilayah RW 03 Kenteng,” ujarnya ketika dihubungi melalui pesan singkat.
Beberapa hari yang lalu, saya ikut menjadi petugas di posko tersebut, tepatnya selama dua hari di minggu yang berbeda. Petugas yang menjaga posko dibagi menjadi tiga shift, yaitu pukul 08.00-13.00, 13.00-17.00, dan 17.00-22.00. Setiap hari petugas yang berjaga berasal dari enam rukun tetangga (RT) yang berbeda. Selama bertugas, mereka diminta memakai baju lengan panjang dan wajib memakai masker.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh petugas posko yaitu meminta siapapun yang memasuki Kampung Kenteng untuk mencuci tangan terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan. Tak hanya itu, kendaraan yang akan masuk juga disemprot cairan desinfektan untuk meminimalisir adanya virus dan bakteri. Setelah itu, bagi warga setempat diperbolehkan untuk langsung menuju ke rumah dan bagi tamu dari luar harus dicek lebih lanjut.
Tamu dari luar Kampung Kenteng diukur suhu badannya lebih dulu menggunakan thermogun oleh petugas posko. Jika suhunya normal, maka ia diperbolehkan untuk masuk setelah dicatat identitasnya serta ke mana dan apa keperluannya. Pencatatan meliputi nama, alamat rumah, alamat tujuan, keperluan, nomor plat kendaraan, serta jam masuk dan jam keluar. Jika suhunya tidak normal, maka petugas posko akan mengkomunikasikan kepada ketua satgas, ketua RW, atau ketua RT untuk segera berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan terdekat.
Saya sangat senang dapat ikut berpartisipasi menjadi petugas posko. Salah satunya karena bisa menjadi aktivitas untuk menghilangkan kebosanan selama beraktivitas di rumah. Selain itu saya juga bisa bertegur sapa dengan warga yang lewat, bercengkerama dengan sesama petugas posko. Aktivitas semacam ini jarang saya lakukan selama beberapa waktu terakhir, karena mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial.
Sudah pasti ada suka dan duka ketika menjadi petugas posko. Bagian yang saya suka, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, dapat melakukan aktivitas yang jarang dilakukan selama pembatasan sosial. Dan tentu saja, ikut menjaga agar warga yang bertamu ke kampung saya, seminimal mungkin bisa terhindar dari virus korona.
Dukanya, kadang-kadang saya merasa kesal ketika ada warga yang tidak mau mencuci tangan sebelum masuk. Mau tidak mau, saya harus memaksanya untuk mengikuti prosedur yang ada walaupun merasa sungkan dengan orang yang lebih tua. Selain itu, paksaan itu pun kadang tak dihiraukan oleh mereka. Orang semacam ini tidak banyak, hanya beberapa saja.
Belum ada kejelasan sampai kapan aktivitas di posko ini akan selesai, karena pandemi Covid-19 pun belum menemui titik terang kapan berakhirnya. Tentu berbagai upaya harus senantiasa kita lakukan agar pandemi cepat berakhir dan kehidupan dapat kembali berjalan seperti sedia kala.
Muhammad Raihan Aditama, mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X