Terbangun saat sedang dalam karantina membuat tiap hari selalu sama. Hari kerja dan libur tidak dapat dibedakan karena rutinitas tidak berubah. Para pelajar belajar dirumah dan pekerja bekerja dari rumah. Berterima kasihlah pada wabah Covid-19 yang telah membangun suasana seperti ini dari hari ke hari.
Pemerintah mengambil tindakan tegas lewat Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13.A Tahun 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia yang menetapkan bahwa status keadaan tertentu darurat terkait wabah Covid-19 diperpanjang 91 hari sejak tanggal 29 Februari 2020. Itu artinya kita masih akan karantina setidaknya sampai tiga bulan yang akan datang.
Melihat tenggat waktu yang semakin lama, mungkin beberapa orang telah stres setelah tahu tidak bisa nongkrong lagi dalam waktu yang lama ataupun membuat suasana lebaran tidak seperti biasanya. Beberapa keluhan dari pelajar pun diramaikan dengan alasan pembelajaran dalam jaringan tidak seefektif biasanya. Dari semua itu, yang paling banyak dirasakan adalah bosan.
Beberapa orang mencoba mengakali situasi ini dengan mencoba hal baru, salah satunya meramaikan media sosial dengan #dalgonachallenge. Tantang tersebut sepertinya sudah ramai di berbagai media baik YouTube, televisi, media sosial, bahkan sampai Tik Tok.
Bahkan, penyanyi ternama, Raisa Andriana sampai melemparkan pertanyaan tentang dalgona di Twitter. Sebenarnya, bagaimana sebuah kopi yang dibentuk dari kopi instan lain hingga berubah menjadi whipped cream yang menimpa segelas susu dapat ramai di media sosial atau biasa kita sebut viral.
Sejarah dalgona
Sebelumnya apa itu dalgona? Dari mana dia berasal? Bagaimana asal-usul sampai bisa viral?. Dilansir dari msn.com, minuman ini sendiri berasal dari India, Pakistan, dan Makau. Kopi ini awalnya bernama pheti hui dan disajikan mirip seperti kopi dalgona pada umumnya. Bagaimana kopi ini bisa bernama dalgona?.
Berawal dari sebuah acara televisi di Korea bernama Pyunstorang, seorang aktor bernama Jung Il Wu melakukan perjalanan ke Makau. Dia mencoba salah satu kopi yang kelak terkenal dengan nama dalgona. Dia menyebut nama itu lantaran kopi tersebut mirip dengan permen spons tradisional Korea.
Jenis kopi ini lebih akrab dengan bahasa dalgona atau ppopgi yang memiliki arti honeycomb toffee. Kopi ini disebutkan membangkitkan kenangan para orang-orang di Korea terhadap makanan gula yang ramai sekitar tahun 1970. Pada saat itu personel angkatan darat AS hanya memberikan gula pada warga Korea. Orang tua di sana akhirnya merubah gula tersebut menjadi permen gula guna menyenangkan anak-anak mereka.
Daya tarik
Hingga sekarang, kopi ini makin viral berkat para artis dan selebgram yang selalu meramaikan #dalgonachallange untuk mengisi waktu luang serta menghiasi rutinitas dengan meneguk segelas kopi.
Pembuatan kopi ini terbilang mudah namun memakan waktu yang lama sehigga fleksibel dan dapat dilakukan saat kita terjebak dalam karantina. Setidaknya itu yang dikatakan salah seorang barista di “Lampaw Coffe & Culture”, sebuah kedai kopi di Depok, Jawa Barat, Adnasyawa Anggorigdo (21)
“Dalgona ini sebenarnya bisa dibuat dari kopi apa saja. Kopi instan salah satunya yag paling sering. Menurut saya, pembuatan kopi ini yang fleksibel dan penyajiannya yang unik bikin kopi ini makin banyak dikenal,” kata Adna pekan lalu lewat sambungan telepon. Menurut Adna, kalau kopi rumahan pada umumnya cuma kopi ampas, ini pakai krim diatasnya sehingga jadi berbeda.
Kopi tersebut juga memiliki proses produksi yang fleksibel namun tidak mudah. Bubuk kopi yang dituang pun harus sesuai denga takaran dari air dan gula yang telah ditentukan. Hasil campurannya pun musti diaduk hingga dapat membentuk krim yang sesuai.
Shella Chelsia (19), mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten telah berkali-kali membuat dalgona berbagi cerita dibalik proses pembuatannya.
“Lumayan seru kalau pakai mixer, jadi kita cuma pakai takaran 1:1:1 untuk sendoknya. Kalau kelebihan atau tidak sesuai bisa gagal krimnya. Takaran itu juga berlaku kelipatannya kalau mau bikin yang lebih banyak. Nah kalau udah main kelipatan gitu biasanya aku sering gagal,” kata Shella sambil sedikit bercanda.
Shella juga menyebutkan, sebenarnya media sosial yang membuat dia penasaran untuk mencoba. Ia sebelumnya tidak banyak menikmati kopi jenis lainnya dan larut dalam suasana hectic #dalgonachallange.
Apa yang dilakukan Sheila sama dengan yang dpraktikkan seorang penikmat kopi, Difa Fadhillah (20), mahasiswa Jurusan PG-MI, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia terlihat dapat membedakan varian kopi dan kebetulan dalgona sesuai dengan tipe kopi kesukaannya.
Dia lebih suka kopi yang murni seperti decaff dan arabica juga beberapa kopi yang memiliki campuran manis seperti susu, salah satunya dalgona. Difa dapat merasakan kepuasan tersendiri setelah kopinya berhasil karena proses pembuatannya yang menurutnya lama dan melelahkan.
Pembuatan dalgona memakan waktu sekitar 20 menit karna mengaduk secara manual menggunakan tangan. Difa juga membicarakan bagaimana kopi dalgona mendapatkan publikasi yang luas di media sosial.
“Pertama, kopi kan emang lagi laku kan zaman sekarang terus kedua, bahan-bahan pembuatan kopinya gampang, seperti bahan-bahan yang ada di rumah aja,” jelas Difa. Bagi dia, kopi dalgona cocok buat mengisi waktu luang yang panjang sebab proses pembuatannya terbilang lama. ”Cocok lah buat yang tidak punya kerjaan di rumah,” katanya lagi.
Resep dalgona
Dari testimoni tadi, dapat dilihat beberapa aspek yang dapat menyukseskan kopi dalgona lewat tagar #dalgonachallange sehingga ia menjadi kopi yang ramai diperbincangkan di tengah masa karantina ini karena faktor, dibawa dari negara trendsetter
Kopi dalgona ini mungkin memang dari India dan Makau, tapi Jung Il Woo yang mempopulerkan kopi ini dan menjulukinya dalgona, nama dari jajanan gula Korea tempo dulu. Tak dapat dipungkiri di Indonesia sendiri Korea memang memiliki “umat” yang dapat dikatakan militan terhadap karya-karya dan kebudayaan yang dibawa dari sana.
Tidak heran jika sebuah #dalgonachallange dapat cepat menyebar luas di media sosial manapun. Shella juga mengatakan dalgona yang dibawa dari luar negeri mungkin terlihat keren di Indonesia terlebih orang-orang Indonesia yang suka latah akan budaya dari luar
Cocok dengan tren
Seperti yang telah Difa bicarakan, bagaimana kopi-kopi bisa laku untuk zaman sekarang. Lihat saja tiap belokan atau gang kebanyakan selalu terdapat warung kopi atau minimal orang yang berjualan kopi-kopi rumahan.
Cocok juga dengan tren musik di Indonesia, folk yang mulai menjamur. Orang-orang biasanya memberi sebutan “anak indie” atau “anak senja” dilihat dari playlist musiknya yang tidak jauh dari fourtwnty, hindia, barasuara dan musisi bergenre folk lainnya serta tidak lupa menikmati seteguk kopi dalgona sambil menatap langit sore
Unik
Unik dan beda menjadi daya tarik tersendiri seperti pendapat yang disampaikan Adna sebelumnya. Kopi ini mungkin jarang ditemui oleh orang-orang yang biasa menikmati kopi di rumah sendiri. Kopi yang disajikan dengan krim diatasnya menjadi salah satu perbedaan dari kopi-kopi rumahan lainnya.
Dan, satu lagi, cocok untuk mengisi waktu luang pada situasi seperti sekarang yang mengharuskan kita berdiam diri di rumah. Salah satu kegiatan yang cocok mengisi rutinitas di rumah yang membosankan adalah membuat kopi dalgona. Proses pembuatannya pun terbilang mudah, flesksibel namun memakan waktu yang banyak. Cocok untuk mengisi kekosongan panjang saat dirumah saja menuruti karantina.
Muhammad Hamzah Asy Syafi’i, mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Ihh jadi pengen Dalgona
Comments are closed.