Pernahkah kalian merasa kesal menunggu ojek daring yang tak kunjung datang? Lalu, sambil nunggu kita ngomel-ngomel atau menelpon sopir ojeknya sambil marah-marah. Sementara, si sopir ojeknya sedang meliuk-liukkan sepeda motornya di jalanan yang macet. Atau apakah kalian pernah menolak memakai helm dengan alasan tujuan yang dekat?
Semua lika liku terkait ojek daring bisa bikin kita tersenyum lucu, ngakak atau malah miris dituangkan Alan dan Din di buku komik Bang Lambe: Orderan Pertama. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini sudah diluncurkan sejak 18 November lalu. Sebelumnya, kisah Bang Lambe ada di Instagram lewat akun @komikonlen, lalu diunggah kembali ke Webtoon. Hingga kini, akun @komikonlen mempunyai 98.000 pengikut.
“Saya memang dari dulu suka mereka-reka cerita. Lalu ketemu dengan Din, teman satu kantor yang bisa menggambar. Iseng-isenglah kami bikin komik online di Instagram,” kata Alan, saat ditemui di kantor Gramedia Pustaka Utama, Palmerah Barat, Jakarta, (26/11/2019).
Alan sendiri mengaku terkejut karena komik online buatannya itu ternyata banyak yang suka. Ternyata, pilihannya mengangkat kisah para sopir ojek daring menarik perhatian anak muda. Buktinya, pembaca terbanyak berusia 18-24 tahun.
Alan mengatakan kisah ojek online saat ini, menjadi bahan obrolan yang menarik di sosial media ataupun di lingkungan masyarakat. “Kenapa ojek online, karena drama ojek online sekarang lagi booming banget, lalu lingkungan saya juga banyak berprofesi pengemudi ojek online, sering sharing juga kejadian seru apa yang mereka alami,” kata Alan.
Tak mau setengah-setengah dalam berkarya, Alan sempat mencoba menjadi sopir ojek daring. “Banyak teman yang menyarankan untuk mencoba jadi tukang ojek, jadi bisa merasakan sendiri. Tetapi Cuma sebentar, enggak kuat kayaknya,” kata Alan sambil tertawa.
Buku teresebut menyajikan cerita tiga kisah karakter utama, yaitu Bang Lambe dan Lena sebagai pengemudi ojek online, dan Oni pengemudi taksi online. Mereka seorang freelancer serabutan yang mencoba peruntungan rezeki di dunia ojek daring. Dengan latar belakang kehidupan di pinggiran ibukota, cerita-cerita kocak jadi mengalir dan menarik. Apalagi, ditambah dengan kelucuan tokoh-tokoh lainnya.
Tentu saja, cerita antara di Instagram dan buku akan berbeda. Alan mengatakan, di buku tersebut menggambarkan keseluruhan kisah ojek online, sedangkan di media sosial itu menceritakan keseharian ojek online. “Di buku ini mengisahkan bagaimana perjalanan hidup seseorang dari sebelum menjadi ojek online hingga menjadi ojek online, dan drama-drama yang biasa terjadi pada ojek online,” ujar Alan.
Selain itu, dalam buku yang digarap selama delapan bulan ini, bukan melulu berisi komik yang lucu, tetapi juga ada beberapa permainan yang bisa dikerjakan sambil santai-santai. “Games dibikin supaya lebih unik. Kami selipkan games di tengah-tengah setiap chapter, agar pembaca tidak merasa bosan, dan biar lebih seru,” ujarnya.
Untuk selalu memberi kejutan kepada pembaca mengenai ending sebuah cerita, Alan memilih buku komiknya dibaca dari kanan ke kiri. “Ini supaya akhir ceritanya enggak ketahuan duluan. Sama kayak di IG, satu slide kan satu gambar, jadi kita ngumpetin joke-nya di belakang,” ujarnya.
Kolaborasi
Dalam kesempatan itu, Alan dan Din menceritakan tentang proses kolaborasi yang juga penuh lika liku. Tentu saja, untuk menggabungkan dua ide dalam sebuah karya akan membutuhkan proses kerja sama. Alan yang menyusun cerita kadang-kadang memberi masukan mengenai gambar yang dibuat oleh Din.
Untuk karakter tokoh Bang Lambe yang diciptakan tahun 2017 ini tentu tak langsung sempurna. “Aku biasanya pengen menyempurnakan ceritanya, terus ngobrol sama Din, ini ceritanya gini loh. Jawabannya Cuma heh, udah gitu doing, ini maksudnya apa. Garing kah, tidak lucukah? Supaya ada masukan gitu, tapi kadang malah dia diem aja,” kata Alan samboil tertawa
Din pun menimpalinya,”Aku mencoba memahami, lucunya gimana. Joke-joke yang diceritain menurut aku biasa aja, tapi di IG banyak yang ketawa. Jadi, ya gimana, kan joke-joke setiap orang beda-beda.”
Meski begitu, mereka berdua menikmati kerja sama itu. Kadang-kadang ada karakter yang malah diusulkan sama pembaca atau ada karakter yang banyak mendapat respon dari pembaca. Ada beberapa karakter lalu kemudian diambil karena disukai pembaca.
Saat menciptakan karakter di komik, Din melakukan beberapa perubahan. Misalnya, Bang Lambe yang awalnya digambarkan kurus, lalu kemudian diubah dengan dibikin gondrong, enggak keurus dan berantakan. Harapannya, pembaca tidak melihat hanya dari penampilannya.
Begitu pula dengan karakter Lena yang berubah. “Awalnya kayak ibu-ibu gitu, tetapi karena peran yang berubah dalam ceritanya, karakter Lena pun jadi berubah, menjadi lebih muda dan cantik,” kata Alan.
Untuk sebuah buku komik, Bang Lambe cukup menghibur dan memberikan pendangan yang berbeda terhadap sopir ojek online. Selain tentu saja, Bang Lambe dan tokoh-tokoh lainnya memberikan inspirasi.
Reza Agustian, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sedang magang di Kompas Muda.
[contact-form][contact-field label=”Name” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Email” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Website” type=”url” /][contact-field label=”Message” type=”textarea” /][/contact-form]