Stunting merupakan masalah gizi kronis pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya pada umumnya. Anak yang mengalami stunting mempunyai daya tahan tubuh yang lebih rendah, sehingga lebih mudah terkena penyakit dan ketika dewasa akan lebih berisiko menderita penyakit degeratif.
Tidak hanya mempengaruhi kesehatan anak, stunting juga akan mengakibatkan perkembangan otak anak tidak maksimal yang berakibat penurunan kecerdasan anak. Manifestasi dari hal tersebut, nantinya akan berakibat pada kualitas sumber daya manusia yang akan menentukan tingkat perekonomian dan kemajuan suatu negara. Karena anak merupakan aset suatu negara di masa depan.
Kejadian stunting merupakan hasil manisfestasi sejak ibu berusia remaja yang mengalami kurang energi kronik (KEK) dan/atau anemia. Masalah gizi pada ibu sejak remaja akan berkelanjutan hingga berakibat kepada anak dan dapat berulang hingga keturunan berikutnya jika tidak ditangani. Faktor usia yakni menikah pada usia terlalu muda juga dapat mengakibatkan anak menjadi stunting karena kondisi status gizi dan biologis ibu yang belum siap. Selain faktor-faktor tersebut, faktor yang juga sangat penting pemberian asupan pada anak, sejak dalam kandungan ibu.
Fenomena stunting menjadi salah satu masalah gizi yang saat ini menjadi perhatian dunia internasional. Berdasarkan data WHO pada tahun 2017, tercatat 150,8 juta anak di dunia menderita stunting. Sementara itu, di Indonesia, pada tahun 2017 tercatat 29,6% anak mengalami stunting. Dari prevalensi tersebut, salah satu provinsi yang juga memiliki prevalensi stunting cukup tinggi secara nasional yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan prevalensi sebesar 30–40% balita pendek.
Pernikahan usia dini yang banyak terjadi di daerah pesisir Nusa Tenggara Barat bisa jadi merupakan satu faktor penting penyebab kejadian stunting, di samping pemberian asupan yang kurang tepat untuk anak.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Salah satu upaya preventif yang gencar dilakukan adalah intervensi 1.000 hari pertama kehidupan.
Penyuluhan stunting
Sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam menurunkan angka stunting pada anak, terutama di daerah Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, TIM KKN-PPM UGM tahun 2019 unit Jerowaru mengadakan penyuluhan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan untuk Mencegah Stunting). Kegiatan tersebut telah dilaksanakan di dua desa, yaitu Desa Ekas Buana dan Desa Seriwe. Adapun materi disampaikan langsung oleh mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan.
Poin-poin yang disampaikan terdiri dari pengertian, resiko, dan situasi stunting terkini serta keterkaitannya dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan sebagai strategi yang secara spesifik dapat menekan angka stunting. Melalui penyuluhan ini, para remaja putri diajak untuk mulai memperhatikan asupan nutrisi yang seimbang dan tercukupi baik zat gizi makro maupun mikro sebagai bentuk persiapan ketika nantinya akan memasuki masa kehamilan.
Hal ini penting karena ibu yang kurang gizi seperti protein mengarah pada kekurangan energi protein kronis dan zat besi (anemia) berisiko untuk tidak mencapai berat badan optimal. Ketika berat badan ibu tidak kunjung mencukupi dari minggu ke minggu maka dapat dipastikan bahwa nutrisi yang dibutuhkan untuk janin hingga memasuki minggu ke 36 tidak tercukupi sehingga, anak lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram serta tumbuh kembang organnya tidak sesuai dengan waktu dan usia.
Memasuki usia baduta (bawah dua tahun), nutrisi dan pola asuh konsep 1000 HPK difokuskan pada pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan yang menjadi kewajiban ibu selama tidak terjadi kendala yang mengharuskan bayi mengonsumsi susu formula dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI yang memiliki urutan dari segi tekstur dan pemilihan bahan makanan yang diperboleh disetiap jenjang usia.
Masyarakat sangat antusias dengan penyuluhan yang diberikan. Hal itu ditunjukkan dengan pertanyaan yang diajukan bergiliran mengenai mekanisme stunting, penyembuhan, pencegahan, ataupun mengenai mitos dan fakta seputar stunting. Harapannya melalui kegiatan ini dapat menjadi pijakan pertama lahirnya generasi emas Desa Seriwe dan Ekas Buana didukung oleh asupan nutrisi yang sudah dibangun secara holistik sejak remaja yang menjadi tanggung jawab tidak hanya masyarakat di dusun tersebut melainkan juga pemerintah dan dinas-dinas litas sektoral.
Penulis : Diana Citrasari dan Azka Safirah Achmad, Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada