Komunitas Peduli Alam Sindoro : Tak Pernah Padam Merawat Alam

60
477

“Alam telah hidup sejak jutaan ribu tahun lalu, sehingga ia sudah cukup bijaksana untuk mengajarkan tentang berbagai kehidupan melebihi orang yang dianggap pintar”

Barangkali manusia sering menyombongkan diri terhadap alam hingga lupa hakikatnya bahwa manusialah yang membutuhkan alam. Tanah, air, udara, dan isinya yang lain tak pernah menyombongkan dirinya sekalipun melebihi manusia. Lewat alam bebas, manusia harusnya belajar banyak hal dari sebuah petualangan.

Berangkat dari hal itu, kepedulian akan alam dipupuk agar ia tetap lestari. Komunitas peduli alam Sindoro atau yang lebih akrab disebut Kompas menjadi wadah bagi mereka yang berkecimpung di bidang alam khususnya Gunung Sindoro. Fahrudin, salah satu pegiat yang aktif dan juga ketua Kompas, merupakan pemuda di Bansari yang turut andil berperan dalam menjaga dan merawat Sindoro.

Peresmian Tandon Air di Sidempul tahun 2018 oleh Ketua Kompas

Ide-ide yang dilontarkan dalam menjaga alam Sindoro tak hanya perihal hutan dan gunung. Pemikiran akan pengembangan wisata juga tak luput dari pemikiran beliau. Sidempul camping ground yang merupakan pos 1 pendakian Gunung Sindoro via Bansari Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menjadi salah satu pesona bagi gunung yang memiliki ketinggian 3136 meter di atas permukaan laut ini.

Potensi ini tentunya tak hanya sebatas camping ground saja. Pemikirannya menjadikan Sidempul sebagai wahana wisata tertuang dalam konsep jungle tracking yang cocok bagi siapa saja, sekalipun pemula. Dengan rute yang tidak begitu panjang, wisatawan akan disuguhi jalan yang disediakan dengan pemandangan Sindoro yang menawan. Selain itu, konsep sunrise camp menjadi nilai jual lain bagi Sidempul mengingat posisinya yang sangat strategis untuk menyaksikan matahari terbit secara sempurna.

Pembersihan dan Renovasi Sidempul

Konsep-konsep ini tentunya tak hanya akan berjalan sendiri. Menurut Fahrudin keterlibatan banyak pihak akan semakin memudahkan perwujudan wisata di Bansari dengan basis Sidempul, baik itu perangkat desa, Kompas, pemuda, maupun masyarakat secara umum. Sejak dikembangkan menjadi tempat wisata di tahun 2015 hingga saat ini mengalami penurunan kunjungan, Fahrudin menyatakan masyarakat setuju dengan pengembangan konsep wisata di Bansari dengan memanfaatkan Sidempul.

Antusiasme masyarakat yang tinggi itu perlu didukung oleh stakeholder terkait, baik itu pemerintah desa maupun untuk tingkat lebih tinggi. Meski demikian, KOMPAS selaku komunitas garda terdepan yang berkaitan dengan Gunung Sindoro tetap membutuhkan banyak pihak. Dalam pemikiran Fahrudin, Gunung Sindoro, terlebih Sidempul bukanlah milik Kompas semata, akan tetapi milik seluruh Bansari di mana seharusnya pengelolaannya juga harus tetap bersama.

Harapannya terkait dengan pengembangan wisata ini adalah bagaimana perangkat desa, sebagai pihak pemerintah terdekat mampu menjembatani dan memfasilitasi potensi alam yang ada dengan sumber daya manusia yang ada. Sehingga semangat dari masyarakat, khususnya pemuda dan Kompas dalam menggerakkan kepedulian terhadap alam akan memiliki manfaat lebih.

Selain melihat dari aspek pengembangan wisata, dengan keterlibatan seluruh pihak maka akan tercipta integrasi antara aktor yang satu dengan yang lain untuk menjaga alam, khususnya Sindoro. Sebab dengan menjaga ibu bumi, maka ibu bumi akan turut menjaga kehidupan agar tetap lestari.

Larasati Puspitaningrum N, mahasiswa Jurusan PSdK, Fisipol UGM, anggota Tim KKN PPM UGM Unit JT 179 Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung

Foto dokumentasi: @kompas_bansari

Comments are closed.