Tim KKN PPM UGM Menyosialisasikan Pakan Fermentasi di Bangka Belitung

0
485

Tim mahasiswa KKN PPM UGM KPB Batu Betumpang, Kabupaten Bangka Selatan, provinsi Bangka Belitung 2019 kluster Agro, beberapa waktu lalu, menggelar sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat dari tiga desa yaitu: Desa Panca Tunggal, Desa Fajar Indah, dan Desa Sumber Jaya Permai yang berlokasi di Puskeswan Pulau Besar. Sosialisasi dibuka oleh Ewin Yunarto, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Pulau Besar.

Sosialisasi dengan tema penyakit menular dan pembuatan pakan berkualitas penunjang produktivitas hewan ternak diawali presentasi oleh Ghozi F. Debatama mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Ghozi memaparkan materi terkait penyakit menular yang jamak menginfeksi hewan ternak masyarakat, yaitu scabies. “Penyakit scabies atau kudis merupakan penyakit hewan ternak  yang menular dengan sangat cepat, tidak hanya ke sesama hewan ternak namun juga manusia dapat tertular,” ujar Ghozi.

Scabies disebabkan oleh parasit berupa tungau sarcoptes scabiei yang menyerang bagian bawah kulit berbagai spesies ternak yang menimbulkan gejala-gejala seperti gatal-gatal, penebalan pada kulit, dan terdapat gumpalan kecil-kecil terutama di daerah kepala yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Gatal-gatal

“Saya sampai gatal-gatal, Mas. Kurang lebih empat bulan proses penyembuhannya. Apalagi setelah mandi Mas, gatalnya luar biasa” kata Ahmad Rivai, staf Puskeswan Pulau Besar yang terkena infeksi scabies setelah menangani dan memberikan tindakan pengobatan kepada hewan yang terinfeksi scabies.

Menurut Gian Gartiwa yang juga mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM, ada tiga langkah pencegahan utama agar hewan ternak dapat terhindar dari penyakit menular seperti scabies. Langkah itu berupa sanitasi yang baik, menjaga kebersihan tubuh ternak, dan isolasi ternak jika ada yang terinfeksi.

Namun apabila hewan ternak tetap terinfeksi scabies segera lapor ke puskeswan agar diberi tindakan dengan pemberian obat Ivomec atau bisa juga dioleskan dengan campuran belerang dan oli bekas. Diharapankan dengan sosialisasi ini masyarakat lebih waspada dan dapat melakukan tindakan pencegahan lebih dini terhadap penyakit menular dari hewan ternak.

Materi dilanjutkan dengan presentasi tentang pembuatan pakan berkualitas untuk menunjang produktivitas hewan ternak yang dibawakan oleh Riskiyanto dan Rifqi Hasan Laksono, keduanya juga mahasiswa Fakultas Peternakan UGM. Mineral merupakan zat esensial yang dibutuhkan sebagai nutrisi tambahan bagi hewan ternak khususnya sapi dan kambing yang banyak terdapat di Kecamatan Pulau Besar.

Terdapat dua jenis mineral yang dibutuhkan yaitu, mineral makro dan mikro. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mineral bagi hewan ternak khususnya sapi adalah dengan diberikan mineral blok yaitu, campuran garam, premix, dan semen sebagai perekat.

Dengan sumber daya alam yang melimpah, masyarakat di Kecamatan Pulau Besar dapat memproduksi pakan ternak fermentasi dari sisa-sisa limbah perkebunan  seperti pelepah kelapa sawit, jerami, dan tebon jagung. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan cairan tetes tebu atau air gula merah serta fermantasi mikroorganisme (EM4).

“Setelah semua bahan tersedia, diaduk sesuai komposisi, bahan-bahan tersebut dimasukan di dalam tong kedap udara dan dibiarkan selama empat sampai enam minggu. Pakan ini sangat baik untuk kecukupan nutrisi bagi hewan ternak” jelas Rifqi.

Foto bersama peserta dan mahasiswa Universitas Bangka Belitung

Pakan hasil sisa-sisa perkebunan ini sangat berguna untuk mengurangi limbah sisa perkebunan yang selama ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Diharapkan dengan adanya pemanfaatan limbah menjadi pakan dapat menunjang pertumbuhan dan produktivitas hewan ternak masyarakat sekaligus mengurangi limbah sisa perkebunan di lingkungan desa Panca Tunggal, Fajar Indah, dan Sumber Jaya Permai.

Kegiatan diakhiri dengan pelatihan cara pembuatan mineral blok dan pakan ternak fermentasi oleh mahasiswa KKN PPM UGM kluster Agro bekerja sama dengan beberapa mahasiswa KKN dari Universitas Bangka Belitung.

Paradisa Nunni Megasari, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada