Investasi bukan lagi suatu hal yang asing untuk didengar. Termasuk untuk generasi milenials. Sudah banyak investasi yang dapat dijangkau oleh generasi milenials. Contohnya emas, obligasi pemerintah, reksadana, saham, deposito, dan lainnya. Dengan berinvestasi kita dapat membuat uang kita bertambah dan dapat menghindari dampak inflasi di masa mendatang berupa kenaikan harga barang & penurunan nilai rupiah.
Saya akan menceritakan pengalaman beserta tips cara untuk memiliki sejumlah investasi di usia muda. Ya, saya sudah mulai beberapa investasi di usia yang baru menginjak 18 tahun kala itu. Awalnya saya hanya memiliki sebuah deposito di salah satu bank. Setahun kemudian saya baru memiliki kesempatan untuk membeli kurang lebih 27 gram emas batangan, dan sukuk (obligasi syariah pemerintah) senilai Rp 50 juta.
Hingga saat ini, di usia saya yang menginjak 19 tahun, saya memiliki beberapa investasi berupa emas batangan, sukuk, deposito, dan saham yang bernilai hampir seratus juta rupiah. Berikut ini beberapa tips yang saya rangkum berdasarkan pengalaman saya dalam berinvestasi :
Menabung sejak dini
Sejak kecil, saya sudah gemar menabung. Bermula ketika sekolah di Sekolah Dasar (SD) yang mewajibkan semua siswa memiliki buku tabungan dan menabung di sekolah. Saya menyisihkan sebagian uang saku saya untuk ditabungkan. Uang saku yang berkisar antara Rp 3.000- Rp 5.000 saya sisihkan Rp 500- Rp 1.000 untuk menabung.
Hal ini berlanjut sampai saya berpindah sekolah. Namun, kali ini saya menabung melalui ibu saya. Jika ada uang saku yang tersisa, saya akan memberikan ke ibu saya. Dan ibu saya selalu mencatatnya di suatu buku khusus. Saat saya menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya mulai menabung sendiri.
Uang saku saya yang tersisa saya simpan di laci meja belajar saya. Dan tak terasa saat saya duduk di kelas 1 SMP, uang yang setelah sekian lama saya tabung sejak SD telah terkumpul kurang lebih enam juta rupiah. Saya meminta ibu saya untuk bisa memiliki rekening tabungan dan menabungkan uang yang saya miliki di bank. Namun, karena usia saya masih belum cukup umur, akhirnya ibu saya memberikan rekening tabungan dan kartu ATM miliknya untuk saya.
Setelah menginjak usia 17 tahun, barulah saya mempunyai rekening tabungan atas nama saya sendiri. Dan saat saya memasuki bangku SMA saya sudah mulai sadar akan pentingnya menabung dan berinvestasi. Sejak saat itu saya mulai menata keuangan saya.
Dari yang semula hanya menabung dari uang saku yang tersisa, sekarang saya memiliki prinsip 2:3. Yang berarti 2 dari 5 untuk ditabung dan 3 dari 5 untuk di jajankan. Misalnya, saya memiliki uang saku Rp 50 ribu setiap hari, saya hanya boleh menggunakannya Rp 30 ribu. Sisa Rp 20 ribu untuk ditabung. Apabila uang jajan tersisa, saya akan menabungnya di tempat yang berbeda dan saya gunakan untuk keperluan sehari-hari atau hangout bersama teman-teman.
Pilih investasi yang aman
Di usia saya yang ke 17, saya membaca beberapa literatur berupa opini publik serta hal-hal mengenai pengelolaan keuangan yang menyadarkan saya akan pentingnya berinvestasi. Hal yang terpikirkan pertama oleh saya ialah memiliki sebidang tanah. Oleh karena usia saya masih belum cukup umur untuk itu, maka saya coba beralih ke investasi yang lain.
Dalam masa kebimbangan saya untuk menentukan bentuk investasi, tabungan saya yang mencapai puluhan juta rupiah didepositokan ibu saya sebagian. Dari saat itulah saya mengawali investasi, dengan produk berupa deposito. Diawal saya menginjak bangku kuliah, saya mulai mengenal sukuk, suatu bagian dari obligasi pemerintah.
Hal ini tidak lepas dari pergaulan dan lingkungan saya semasa kuliah di PKN STAN. Sayapun tertarik untuk memulai berinvestasi disana (sukuk). Kebetulan, uang yang saya tabung juga lebih dari cukup untuk berinvestasi di obligasi pemerintah tersebut. Sayapun menginvestasikan lebih dari setengah tabungan saya untuk itu. Saya juga mulai membeli beberapa gram emas dan investasi unit link dari sebuah perusahaan asuransi jiwa. Saya memilih investasi-investasi ini karena semuanya merupakan investasi yang cenderung aman dan minim resiko.
Karakteristik investasi
Alasan saya menginvestasikan sejumlah uang saya untuk sukuk tabungan adalah, selain bagi hasil yang diberikan jauh diatas bunga deposito bank konvensional, dengan memiliki imbalan mengambang dengan minimal 8,15 persen pertahun dan mengacu pada BI 7-Day Reverse Repo Rate, merupakan pilihan tepat bagi investor yang ingin memiliki resiko yang rendah dan aman dalam investasinya.
Hal ini juga dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Selain itu, saya juga menginvestasikan beberapa uang saya untuk emas batangan. Tips dari saya, jangan membeli emas batangan dalam satu batang penuh. Misalnya, Anda ingin membeli 25 gram emas. Jangan membeli satu emas batangan dengan berat 25 gram. Gunakan uang anda untuk membeli dua emas batangan 5 gram, satu emas batangan 10 gram, dan dua emas batangan 2,5 gram.
Tips ini berguna apabila Anda ingin menjual emas Anda untuk suatu kebutuhan kecil, yang tidak mengharuskan Anda untuk menjual emas Anda sebanyak 25 gram. Misalnya Anda hanya memerlukan uang Rp 3 juta untuk biaya sekolah anak. Anda tidak perlu untuk menjual semua emas yang Anda miliki. Anda cukup menjual salah satu emas Anda yang nominalnya mencapai kisaran tiga juta rupiah saja untuk itu.
Semoga tips dan pengalaman saya ini dapat menginspirasi dalam berinvestasi. Dan dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai cara-cara agar dapat melakukan investasi. Karena investasi sejak dini merupakan suatu hal yang sangat penting dan dapat berguna bagi masa depan.
“ How many millionaires do you know who have become wealthy by investing in savings accounts? Irest my case” -Robert G Allen
Rhomadhani Mellin Chandrarianti, mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN