“Jatinegara Undercover” : Menguak Kehidupan Keluarga PSK

0
7710

Universitas Negeri Jakarta adalah salah satu universitas pendidikan guru yang berada di Ibukota Jakarta. Sudah selayaknya sebuah universitas mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi kepada masyarakat sekitar, salah satunya ialah kawasan Jatinegara.  Kondisi ekonomi di sekitar kawasan Jatinegara dan sekitarnya masih tergolong kurang baik.

Hal ini mengakibatkan masih ada warga kawasan Jatinegara yang rela menjadi seorang pekerja seks komersial (PSK) dengan tarif murah. Tarif yang cenderung murah mengindikasikan rendahnya tingkat kemampuan ekonomi warga disana yang berdampak terhadap sekolah anak dari pekerja seks komersial. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tentang PSK di kawasan Stasiun Jatinegara.

Penelitian kali ini akan mengeksplorasi lebih dalam lagi mengenai kehidupan seorang perempuan yang menjadi PSK dan anaknya. Penelitian ini dilihat berdasarkan sudut pandang motivasi, pola asuh, dinamika kepribadian dan kualitas hidup mereka.

Beberapa sudut pandang tersebut diharapkan dapat menguak apa saja motivasi seorang ibu yang memutuskan untuk menjadi seorang PSK. Bagaimana pola asuh seorang ibu PSK terhadap anaknya, bagaimana dinamika kepribadian seorang ibu PSK dan anaknya, serta seperti apa kualitas hidup yang mereka miliki.

banyak dari PSK di Gunung Antang merupakan wanita janda yang sudah tidak bersuami

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar empat bulan di kawasan stasiun Jatinegara, lebih tepatnya di daerah Gunung Antang. Kawasan tersebut berada di atas rel kereta yang menghubungkan antara Stasiun Manggarai dengan Stasiun Jatinegara. Tempat prostitusi itu berada sangat dekat dengan rel kereta api.

Kafe-kafe sederhana terjajar tepat di dekat rel kereta api. Taruhan nyawa sudah menjadi hal yang pasti bagi para pekerja seks komersial di sana. Hal lainnya ialah ada seorang ibu yang menjadi PSK mengajak anaknya untuk tinggal disana. Hiruk pikuk “pemberi jasa” dan “penyewa jasa” pun sangat terlihat baik siang maupun malam.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif deskriptif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan PSK dan anaknya ialah subyek yang akan diteliti. Analisis data diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi fenomena yang ditemukan di lapangan. Berdasarkan pengambilan sampel dan analisis data, kami mengetahui bahwa banyak dari PSK di Gunung Antang merupakan wanita janda yang sudah tidak bersuami.

Para PSK ini memiliki anak yang mereka sayangi dan pedulikan. Karena kurangnya keterampilan lain, mereka bekerja sebagai PSK untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anaknya. Sebagai PSK mereka tetap peduli akan kehidupan anak mereka. Mereka bekerja untuk memberikan anak mereka kesempatan untuk bersekolah.

Beberapa anak PSK disekolahkan di kampung sehingga tidak bertemu dengan ibunya yang bekerja sebagai PSK. Namun, ada juga PSK yang kadang-kadang membawa anaknya ke tempat mereka bekerja untuk  berjualan air di sana.

Para PSK terkadang jatuh sakit karena bekerja tengah malam dan pola hidup tak sehat. Mereka harus mengonsumsi obat secara rutin. Mereka rutin periksa HIV di dinas kesehatan tiga bulan sekali. Para PSK sebenarnya merasa tidak nyaman dengan tempat mereka menjajakan diri yang rawan bahaya tertabrak kereta serta tempatnya yang berbau tidak sedap. Mereka juga dihantui rasa takut adanya penyergapan dari ormas maupun wartawan yang dapat mengungkapkan identitas mereka.

Mayang Salsabila Lubis, Dwi Nurfitria Bella, Ratno Tri Laksono, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta