Berbelanja sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan setiap orang. Yap, belanja merupakan hak individu masing-masing orang, sobat. Namun, bagaimana kalau keterbatasan menjadi penghambat untuk melakukan aktivas perbelanjaan? Seperti, penyandang tuna netra yang ingin berbelanja tetapi memiliki keterbatasan untuk mengaksesnya. Apa solusi buat mereka?
Tiga mahasiswa Universitas Sahid Jakarta, Fahrul Nurkolis (mahasiswa Program Studi Gizi Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan angkatan 2018), Nur Afni Alfiana Hanifah (Gizi 2018), dan Balqish Salsabilla (Gizi 2018) didampingi dosennya, Nindy Sabrina memberi solusi buat para penyandang tuna netra. Melalui Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta berinovasi, ketiganya membuat inovasi dengan menciptakan sistem yang dinamakan Kobar (Kode Bersuara). Inovasi itu juga didasari oleh motivasi seperti pada pepatah berikut, sebaik-baiknya orang, ialah yang berguna bagi sesama.
Latar belakang dari penciptaan inovasi tersebut berangkat dari kondisi para penyandang tunanetra kesulitan melakukan aktivitas perbelanjaan seperti di minimarket. Mereka sering dibantu oleh karyawan minimarket atau keluarganya untuk melakukan aktifitas tersebut.
Sistem Kobar bertujuan membantu para penyandang tunanetra dalam melakukan aktivitas perbelanjaannya dengan cara menerjemahkan QR Code menjadi suara. Metode pelaksanaan dalam pembuatan sistem ini di mulai dari pengumpulan data yang berasal dari studi literatur dan survei awal terhadap tunanetra di Panti Pijat Tuna Netra Jaga Sehat, Jakarta Selatan.
Selanjutnya, pembuatan suara pada google translate yang kemudian url di desain menjadi QR Code yang di cetak menjadi stiker. Stiker dilapisi dengan cairan resin kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama tiga jam agar timbul sehingga mudah diraba oleh subjek. Sebelum Uji coba tahap awal, fitur talkback atau pembaca layar dan penginstalan aplikasi “QR & Barcode Scanner” pada telepon pintar diaktifkan melalui Playstore.
Uji coba tahap awal diujikan kepada 13 sampel mahasiswa Universitas Sahid, setelah uji coba selesai sampel diminta mengisi kuesioner. Hasil uji coba awal menunjukkan, stiker QR Code yang di tempel pada produk dapat ditemukan dengan mudah. Aplikasi “QR & Barcode Scanner” mudah di gunakan dan 77 persen subyek menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam uji coba karena sistem menghasilkan suara yang jelas dan mudah didengar oleh subyek.
Capaian pelaksanaan program ini mencapai sebesar 85 persen. Sistem tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi penerjamahan gambar untuk membantu tunanetra membaca koran atau buku. Selain itu, bahkan juga menjadi media edukasi yang lebih bersifat digital seperti penerjemahan huruf mandarin dan aksara jawa.
Fahrul Nurkolis, mahasiswa Program Studi Gizi Fakultas Teknologi dan Kesehatan Universitas Sahid Jakarta
Comments are closed.