Beberapa tahun yang lalu, kita tidak pernah membayangkan perusahaan – perusahaan besar seperti Kodak dan Blackberry menghilang dari bisnis dunia. Kodak dahulu merupakan salah satu perusahaan yang memiliki pengaruh besar dalam bisnis fotografi. Demikian juga dengan Blackberry, perusahaan besar dalam bisnis ponsel pintar.
Mereka terpaksa keluar dari bisnis dunia bukan karena mereka kurang berinovasi, tetapi karena adanya inovasi – inovasi baru yang menendang mereka keluar dari bisnis – bisnis tersebut. Peristiwa tersebut dinamakan dengan inovasi disruptif, yaitu inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu.
Kata “disruptif” memberikan suatu kesan yang buruk terhadap peristiwa tersebut. Tetapi, apakah inovasi disruptif benar-benar merupakan suatu hal yang buruk? Ataukah inovasi disruptif merupakan peristiwa yang dapat memberikan dampak positif? Sebelumnya, marilah kita lihat salah satu peristiwa inovasi disruptif yang terjadi di Indonesia.
Ojek daring
Di awal kemunculannya, ojek online atau daring mendapatkan banyak pertentangan dari masyarakat, terutama masyarakat dengan profesi ojek konvensional dan supir angkutan kota (angkot). Benar saja, beberapa tahun kemudian kemunculan ojek daring merusak pasar mereka dan membentuk pasar yang baru.
Banyak dari mereka berhenti menggeluti profesi tersebut dan terpaksa harus bergabung dengan kemitraan ojek daring atau mereka tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Atau, lagi, serta mereka yang tetap menggeluti profesinya (ojek konvensional) mengalami penurunan pendapatan karena sepinya penumpang.
Jika kita hanya melihat dari satu sisi, tentu kemunculan ojek daring sebagai inovasi disruptif memberikan dampak buruk, terutama bagi orang-orang dengan profesi yang secara langsung terkena dampaknya seperti ojek konvensional dan supir angkutan kota. Di balik itu, kemunculan ojek daring memberikan dampak positif yang besar di berbagai aspek, seperti dampak ekonomi kepada mitra ojek daring itu sendiri.
Pendiri dan CEO (Chief Executive Officer) Global Gojek Nadiem Makarim, mengungkapkan bahwa rata-rata pendapatan dan pengeluaran mitra ojek daring meningkat setelah bergabung dengan Gojek. “Rata-rata pendapatan mitra pengemudi meningkat 44 persen sejak bergabung dengan Gojek. Rata-rata pengeluaran mitra pengemudi meningkat 31 persen sejak bergabung dengan Gojek,” katanya.
Selain itu, kemunculannya juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Suatu riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu berkontribusi Rp. 9,9 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia.
Dampak positif lain yang ada dari kemunculan ojek daring adalah kemudahan bagi masyarakat Indonesia secara umum. Dengan teknologi internet yang ada pada aplikasi ojek daring, masyarakat Indonesia dapat secara langsung memesan ojek di manapun mereka berada tanpa harus menunggu dengan lama. Masyarakat juga mengetahui argo perjalanan yang jelas, berbeda dengan ojek konvensional ataupun angkutan kota.
Kemudian, ojek daring mempermudah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak dibidang kuliner untuk memasarkan produknya kepada masyarakat luas melalui aplikasi ojek daring. Hal itu dapat memberikan kenaikan omzet bagi pemilik UMKM tersebut.
Ojek daring merupakan salah satu contoh nyata dalam inovasi disruptif. Jenis inovasi ini memang dapat menimbulkan dampak buruk, tetapi dibalik itu, inovasi disruptif juga memberikan banyak dampak positif. Di era modern ini, kita harus senantiasa berinovasi dan mengembangkan ide-ide yang kita miliki. Jika tidak, kita akan tergerus oleh inovasi-inovasi baru. Marilah kita melihat peristiwa inovasi disruptif ini sebagai suatu kesempatan bagi kita untuk terus berinovasi dan berani berpikir out of the box.
Dennis Gibrail, Mahasiswa D III Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN
Comments are closed.