Pada 2 Mei 2019 lalu kita peringati Hari Pendidikan Nasional yang ditetapkan berdasarkan hari kelahiran sosok Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional di bidang pendidikan Indonesia. Berkat perjuangan Ki Hadjar, generasi muda kini diberikan berbagai kemudahan dalam mengenyam pendidikan. Mereka bisa bersekolah lewat adanya program beasiswa maupun sekolah gratis di beberapa daerah sehingga seluruh masyarakat dapat memperoleh pendidikan layak yang merupakan hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia untuk kemajuan Bangsa Indonesia.
Namun, seringkali kita memandang pendidikan hanya sebagai sarana untuk memperoleh ilmu saja dan melupakan esensi penting lainnya dari pendidikan, yaitu sebagai sarana untuk mengembangkan sikap moral kita. Belajar bukan hanya sekedar logika dan ilmiah, namun juga bagaimana kita bisa membangun diri kita menjadi pribadi yang berkarakter sebagai bagian dari bangsa ini. Salah satu bentuk terpenting dari pengembangan karakter bangsa adalah menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan, dan menanamkan jiwa-jiwa yang bertanggung jawab untuk menjaganya.
Mengapa kepedulian terhadap lingkungan hal yang penting yang perlu dikembangkan melalui pendidikan saat ini?
Pada zaman sekarang, ketika semua hal dimudahkan oleh teknologi yang ada, bukannya lebih kritis akan tindakan yang akan dilakukan, namun banyak warga yang malah terbawa rasa malas mereka. Sebagai contoh adalah budaya yang sekarang sedang marak berkembang, budaya membuang sampah sembarangan.
Seperti yang sering kita dengar mulai dari sekolah dasar jika membuang sampah akan menimbulkan berbagai macam kerugian seperti banjir, kerusakan lingkungan, ladang pertumbuhan bibit penyakit, dan masih banyak lagi. Sebuah hal yang nampak kecil diantara sekian banyak permasalahan terkait kepedulian lingkungan, namun memiliki dampak yang besar bagi kehidupan kita.
Maret 2019 lalu terjadi banjir di Madiun yang disebabkan oleh tanggul yang rusak akibat penumpukan sampah. Mei 2019 juga baru saja terjadi banjir di Mojokerto selama enam hari yang merendam empat desa. Penyebabnya, penyumbatan dam, juga oleh sampah.
Ketidakdisiplinan inilah yang membuat masyarakat mengalami kerugian baik dari segi ekonomi hingga kesehatan. Banyak warga protes atas tidak lengkapnya fasilitas umum yang ada, asuransi kesehatan negara tidak berjalan dengan baik, ekonomi negara buruk, namun mereka tidak sadar, berapa banyak uang milik negara yang dihabiskan untuk mengganti kerugian akibat tidakpedulian masyarakat terhadap lingkungannya.
Langganan banjir yang terjadi akibat keapatisan tersebut pada akhirnya memaksa pemerintah memunculkan peraturan daerah, seperti DKI Jakarta, yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum yang mengatur mengenai sanksi membuang sampah sembarangan. Hal tersebut semestinya tidak perlu dilakukan jika kesadaran mengenai lingkungan tumbuh dari kita sendiri. Bukan karena ketakutan akan hukuman.
Generasi muda adalah generasi emas penerus bangsa. Maka dari itu, ibarat sebuah batu, peran pendidikan penting untuk mengasah batu ini menjadi emas yang berkilau. Inilah saatnya kita sadar dan memulai langkah awal kita berkontribusi dalam pengembangan moral melalui pendidikan, khususnya terkait kepedulian lingkungan yang menjadi masalah yang besar saat ini yang tentunya harus dimulai dari diri kita sendiri.
Kristian Kenji Khodjojo, Shafa Maulida – Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang- Jawa Timur