Ramadhan telah datang. Bulan yang penuh berkah, penuh keistimewaan bukan hanya bagi umat muslim namun bagi seluruh umat yang ada di muka bumi. Keberkahan bulan Ramadhan ini sangat terasa dan disambut meriah. Kembang api, petasan, sholat tarawih, serta sahur sangat dirindukan oleh kita semua. Segala perbedaan kita lupakan sejenak demi menyambut bulan yang bahagia ini. Negara kita, Indonesia, adalah negara yang sangat beragam, baik dari segi budaya, sosial, serta agama.
Tak bisa dipungkiri, hadirnya keberagaman tersebut bisa menjadi celah pertengkaran dan perpecahan. Dibalik perbedaan sudut pandang yang kita miliki, tentunya setiap manusia yang ada di dunia ini tidak mungkin memiliki pola pikir yang sama. Banyak perdebatan yang berujung perpecahan.
Bukan hanya karena masalah prinsip agama, perbedaan pilihan hati seperti pemilu 2019 kemarin juga membuat suasana sempat keruh karena saling keukeuh dengan pasangan calon mereka. Memang benar setiap orang memiliki hak untuk memilih serta berpendapat sesuai hati nuraninya, namun hendaknya sebagai rakyat Indonesia yang melandaskan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan kita, kita harus menghargai dan menghormati pilihan orang lain.
Di bulan yang indah ini, perbedaan – perbedaan tersebut diharapkan mampu ditolerir oleh semua masyarakat Indonesia
Seperti pengalaman yang saya alami, banyak kerabat di sekitar saya masih belum bisa menerapkan nilai persatuan Indonesia. Buktinya, mereka masih mengutamakan ego mereka untuk menunjukkan pilihan paslon merekalah yang paling baik dan hal itu yang bisa merusak nilai persatuan. Sedih rasanya, ketika melihat saudara sebangsa se-Tanah air harus terpecah hanya karena perbedaan yang seharusnya bisa menjadikan negara kita menjadi kokoh dan kuat.
Di bulan yang indah ini, perbedaan – perbedaan tersebut diharapkan mampu ditolerir oleh semua masyarakat Indonesia. Tidak hanya permasalahan agama yang dipermasalahkan, perdebatan hal – hal kecil juga harus kita hargai. Toleransi – toleransi yang bisa kita ciptakan yang akan menjadikan bulan Ramadhan ini menjadi semakin hangat.
Pembagian takjil yang sering dilakukan oleh jemaat gereja serta penggelaran buka bersama oleh saudara dari jemaat lain sebagai bukti bahwasanya negara kita mampu menjadi negara yang damai dengan melandaskan nilai – nilai persatuan Pancasila. Momen inilah yang harus kita manfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk bisa menerapkan sikap menghargai.
Sebagai anak muda, kita juga banyak cara untuk mempererat tali persaudaraan diantara warga negara Indonesia. Kita bisa membuat acara misalnya, membagi takjil bersama. Berbagi takjil bersama bisa menjadi salah satu wadah bagi kita untuk meningkatkan kebersamaan.
Kita ajak saudara – saudara kita yang tidak berpuasa dengan turut serta membagikan takjil di jalanan. Selain mempererat tali persaudaraan, bagi takjil juga bisa menjadi ajang untuk berbisnis bagi kaum muda. Rasa persatuan juga tertanam dengan membagikan takjil bersama kepada orang tidak mampu. Sebagai saudara sebangsa dan se- Tanah Air, sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu saudara – saudara kita.
Buka puasa bersama
Meski banyak diantara kita yang tidak berpuasa, buka bersama tetap bisa menjadi cara untuk mempererat persaudaraan kita. Buka puasa bersama merupakan momen yang ditunggu – tunggu oleh setiap orang. Momen ini bisa digunakan untuk menyambung tali kasih bagi orang – orang yang sudah lama tidak bertemu. Hanya pada bulan Ramadhan ini saja kita bisa merasakan momen – momen kebersamaan ini.
Selain buka bersama, sahur bersama kerabat juga bisa meningkatkan toleransi antar sesama. Acara tersebut bisa menjadi inovasi bagi kaum muda untuk memeriahkan bulan Ramadhan ini dengan melandaskan nilai – nilai kemanusiaan dengan berbagi kepada sesama. Namun pelaksanaan acaranya juga musti dilakukan dengan benar. Bukan malah berhura-hura dengan naik kendaraan berkeliling kota di saat sahur. Bukan memunculkan empati, orang malah kurang suka melihatnya.
Masih banyak lagi cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga keutuhan bangsa dengan bertoleransi dalam menyambut bulan Ramadhan ini. Dimulai dari hati, semua akan berarti.
Viarista Amara Dewi, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.