Satu Langkah Lebih Dekat Ultima Sonora Menuju Laga Internasional

0
482

Ultima Sonora kembali menggelar konser pra-kompetisi sebelum menaiki panggung Penabur International Choir Festival (PICF), Jakarta dan A Voyage of Song International Choir Festival, Bangkok, Thailand. Konser yang berjudul “Legatura-Fermata” itu diadakan pada Sabtu (27/4/2019) di Function Hall, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang.

Mengadakan konser pra-kompetisi sebelum berlaga di panggung kompetisi sebelumnya memang sudah menjadi ritual bagi tim paduan suara kebanggan UMN ini. Menurut Wiliam Reynold, Ketua Ultima Sonora, tujuan diadakannya pra-kompetisi sebagai bentuk meminta dukungan dan do’a.

“Seperti tradisi Ultima Sonora sebelumnya, bahwa setiap kali hendak mengikuti lomba selalu diadakan konser seperti ini. Tujuannya untuk meminta dukungan serta do’a maupun izin pamit kepada pihak kampus, orang tua, keluarga, maupun teman-teman. Karena Ultima Sonora tidak mampu berjalan dan berjuang sendirian tanpa ada support dari semua pihak,” ujar William dalam press release yang diterima Kompas Corner UMN.

Untuk menyiapkan konser tersebut, Ultima Sonora berlatih dalam rentang waktu yang tergolong singkat, yaitu 2,5 bulan. Namun, waktu singkat tidak menjadi penghalang bagi Ultima Sonora untuk memberikan yang terbaik di konser yang diadakan. 

Kali ini, 52 penyanyi yang mewakili Ultima Sonora untuk tampil di dua kompetisi berbeda tampil memukau dengan membawakan dua kategori lagu, yaitu folklore dan mixed voice

Untuk kategori folklore, lagu-lagu yang dibawakan berasal dari tiga negara, yaitu Indonesia dengan lagu “Ana Kukang” dari Sulawesi Selatan, lagu “Cikala Le Pong-pong” dari Sumatera Utara, dan lagu “Paris Berantai” dari Kalimantan Selatan. Selain itu ada pula lagu “Paruparong Bukid” dari Filipina, dan satu lagu dari Jepang, yaitu “Sohran-Bushi”.

Sementara untuk kategori mixed voice, lagu-lagu yang dinyanyikan berasal dari tiga era yang berbeda. Lagu-lagu tersebut adalah “Il Bianco e Dolce Cigno” dari era Renaisans, “An die Sterne” dari era romantik, dan lagu “Bring Back that Leroy Brown” dari abad 20-21.

Ketua acara “Legatura-Fermata” Jeremiah Harvest bersama ketua Ultima Sonora Wiliam Reynold, dan pelatih sekaligus konduktor Ultima Sonora Antonius Ria Deni Sulistya. Foto: Kompas Corner UMN / Lukita Suharlim

Pelatih sekaligus konduktor Ultima Sonora Antonius Ria Deni Sulistya menyatakan melihat perkembangan yang pesat dalam diri para penampil. Dirinya juga terkesan dengan kemampuan para penampil untuk tetap berkarya dengan kualitas semaksimal mungkin dalam mempersiapkan konser ini.

“Perkembangan anak-anak sungguh pesat sekalipun waktu latihannya minim dan dengan kesibukan kuliahnya, tetapi mereka tetap memberikan sesuatu yang lebih dari hari ke hari. Apalagi lagu yang dibawakan juga tergolong sulit, tapi semangat anak-anak tinggi sekali,” katanya.

Oh iya, Sobat Muda, ini bukan kali pertama Ultima Sonora berlaga di kancah internasional, lho! Tahun lalu, Ultima Sonora juga mewakili UMN di festival 11th Grand Prix Thailand International dan berhasil membawa pulang dua medali emas.

Yuk, Sobat Muda, kita sama-sama harapkan hasil terbaik untuk Ultima Sonora di tahun ini! All the best, Ultima Sonora!

PENULIS: Kompas Corner UMN / Meiska Irena P.

FOTO: Kompas Corner UMN / Lukita Suharlim