Festival Muda Memilih merupakan sebuah festival edukatif yang diselenggarakan dari kerja sama antara empat media Kompas Group, yaitu Kompas TV, Harian Kompas, Kompas.com, dan Harian Kontan dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Objektif dari festival ini adalah sebagai bentuk sosialisasi, khususnya bagi calon pemilih muda menjelang Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 2019 pada 17 April Mendatang.
Sebagai acara dengan tujuan sosialisasi, festival ini menyapa kota-kota di Indonesia, seperti Makassar dan Surabaya. Kali ini, giliran Kota Tangerang yang dipilih oleh tim Festival Muda Memilih, tepatnya di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Gading, Serpong, Tangerang pada Kamis (4/4/2019) lalu.
Festival Muda Memilih menyajikan temu wicara dengan menghadirkan para narasumber yang memiliki kepedulian yang sama seputar pemilihan umum. Para narasumber tersebut adalah Budiman Tanuredjo (Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas), Arief Budiman (Ketua KPU), dan Gun gun Heryanto (pakar komunikasi politik). Hadir pula Frederika Alexis Cull (Putri Indonesia 2019), Teuku Radja Sjahnan (pendiri jariungu.com), dan Nathanael Pribady (mahasiswa UMN). Temu wicara ini dipandu oleh Cynthia Rompas (presenter berita Kompas TV).
Seperti yang diketahui, Indonesia untuk pertama kalinya akan menggelar Pemilihan Umum secara serentak. Kandidat yang dipilih nantinya menentukan siapa yang akan menduduki kursi legislatif (DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD) dan kursi eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden). Dengan demikian, calon pemilih akan mencoblos lima surat suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Pemilu serentak ini pun dikhawatirkan menjadi kesulitan dan menimbulkan kebingungan di masyarakat. Karena itu, menurut Budiman, tugas KPU tidak hanya mengadakan sosialisasi untuk mendorong calon pemilih ikut berpartisipasi dalam Pemilu, tapi juga sosialisasi pelaksanaan teknis.
Ia juga berharap media turut berperan dalam sosialisasi ini. “Media juga harus mensosialisasikan bagaimana teknis memilih. Dorong mereka (calon pemilih) ke TPS, tapi teknisnya memilih tuh juga jadi pekerjaan rumah sebetulnya,” kata Budiman.
Suara pemilih muda merupakan suara yang sudah ditargetkan oleh para kandidat melihat jumlah partisipan muda yang tahun ini mencapai 80 juta dari total 192,8 juta pemilih. Gun gun melihat suara pemilih muda tersebut sebagai suara yang signifikan dalam Pemilu.
Namun, dirinya masih menemukan pemilih muda yang belum menentukan pilihan politiknya di tanggal 17 April nanti. Berkait dengan keadaan tersebut, ia menegaskan masa-masa mendekati Pemilu harus dimanfaatkan oleh para kandidat untuk menarik para undecided dan swing voters.
“Sehingga mendekati hari H, kita harapkan justru semakin menguat. Pilihan sudah mulai pasti dan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional,” harap Gun gun.
Cara lain yang dilakukan KPU untuk mendekatkan para calon pemilih, khususnya dari kalangan muda adalah dengan membuat aplikasi mobile ‘KPU RI PEMILU 2019’. Melalui aplikasi tersebut, Arief dan anggota KPU mengizinkan pengguna untuk melihat status pengguna dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) serta menyajikan info seputar KPU dan Pemilu 2019. Akses demikian juga tersedia di laman KPU, yaitu melalui infopemilu.kpu.go.id.
“Di situ nanti kita bisa lihat profil setiap kandidat. Bukan hanya foto dan jenis kelaminnya, tetapi juga detail profilnya, visi misinya apa. Bahkan untuk memudahkan anak-anak muda, kita punya mobile application, ‘KPU RI PEMILU 2019’,” jelas Arief. Hal lain yang bisa dilihat apa nama kita sebagai pemilih sudah terdaftar atau tidak, kalau sudah terdaftar, TPSnya TPS berapa. “Itu sudah bisa diakses di situ, “ lanjutnya mengenai dua medium informatif gagasan KPU tersebut.
Seruan dan upaya sosialisasi Pemilu tidak hanya diekspresikan oleh Arief, Budiman, dan Gun gun saja. Teuku Raja juga memiliki situs yang dikelola secara independen bernama jariungu.com. Penggunanya bisa melihat profil para calon legislatif yang maju mewakili daerah pilih masing-masing pengguna.
Ada pula Nathanael yang melakukan survei mengenai jumlah calon partisipan Pemilu di kampus UMN. Dari hasil survei, masih ditemukan mahasiswa yang dikatakan akan absen dalam Pemilu tahun ini. Alasan yang mendominasi keabsenan tersebut adalah mahasiswa dari luar Tangerang yang kesulitan untuk mengurus perpindahan wilayah memilih.
Imbauan untuk berpartisipasi juga disampaikan oleh Frederika. “Kita dikasih opportunity yang luar bisa, yang mungkin negara asing belum bisa memiliki. I really do believe that we should use our voice, agar kita bisa menentukan penerus yang the best, a leader for our country,” pesan Frederika.
PENULIS: Kompas Corner UMN / Meiska Irena P.
DOKUMENTASI: Kompas Corner UMN / Meiska Irena P.