Bentengi Milenials Dari Hoax

0
439
Sumber : Harian Kompas

Kemudahan dalam mengakses informasi merupakan sebuah keuntungan di era teknologi saat ini. Kita dapat mengakses informasi berbentuk visual maupun tulisan melalui internet dengan mudah dan cepat. Namun kemudahan ini sering disalahgunakan beberapa oknum untuk menyebarkan berita bohong atau biasa dikenal dengan hoax. Diperlukan literasi dan pikiran yang kritis agar tidak mudah termakan hoax.

Generasi milenials adalah generasi yang akrab dengan penggunaan media sosial seperti Twitter, Instagram, YouTube, dan lain-lain. Mereka menggunakan media sosial dalam keseharian sebagai tempat untuk mencari eksistensi, bersosialisasi, dan juga mencari informasi. Padahal informasi yang didapat dari media sosial tidak semuanya benar.

Ada beberapa oknum yang  dengan sengaja atau tidak sengaja menyebarkan berita bohong dengan tujuan tertentu seperti ingin menggiring opini publik, memecah belah masyarakat, atau memenangkan kubu politik tertentu biasanya menarget generasi muda yang mudah terpengaruh.

Karena masyarakat di Indonesia memiliki minat baca yang rendah dan memiliki kecenderungan untuk tidak teliti dalam menerima infomasi misalnya hanya membaca judulnya saja, hanya membaca sedikit isi artikel dan langsung menarik kesimpulan atau tidak mencari kebenaran dari apa yang dibaca di media social membuat berita bohong tersebut terus tersebar dan beredar di masyarakat.

Minim literasi 

Seharusnya dengan kemudahan dan kecanggihan teknologi saat ini membuat masyarakat semakin pintar dan jeli saat memilah dan berita manakah yang benar dan yang mana yang merupakan berita bohong. Maka  sangat disayangkan bila generasi muda penerus bangsa ini tidak bijak dalam menggunakan sosial media dan ikut menyebarkan berita bohong.

Minimnya literasi pada generasi muda menjadi masalah utama dalam menangkal hoax. Menurut data statistic dari UNESCO, dari 61 Negara, Indonesia menempati peringkat ke 60 sebagai Negara dengan tingkat literasi rendah. Peringkat ke 59 ditempati oleh Thailand dan posisi terakhir oleh Botswana.

Data dari hasil penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), menunjukkan tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia tergolong rendah yaitu 14,6 %. Presentase tersebut jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga yaitu Malaysia sebesar 28% dan Singapura mencapai 33%.

Minimnya kualitas pendidikan menjadi salah satu faktor minimnya tingkat literasi di Indonesia. Anak-anak tidak diajarkan untuk membaca dan berpikir kritis, menelaah informasi yang telah didapat, dan bagaimana cara mencari informasi yang benar dan faktual. Mereka cenderung menelan langsung semua informasi yang diberikan tanpa mengetahui kebenarannya. Pola pendidikan yang begitu terus menerus menjadikan generasi muda menjadi kurang bijak dalam menerima informasi dan mudah terprovokasi.

Mereka cenderung menelan langsung semua informasi yang diberikan tanpa mengetahui kebenarannya

Maka dari itu, kegiatan literasi dan pola berfikir kritis harus ditanamkan di dalam rumah maupun di sekolah agar generasi muda menjadi terbiasa untuk membaca dan selalu mencari tahu kebenaran tentang semua informasi yang mereka terima. Ada pula kegiatan lain yang dapat dilakukan misalnya membuat sebuah acara untuk generasi muda dalam menangkal hoax seperti Festival Pemuda 2018 yang dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat.

Acara itu diikuti delegasi pelajar dan mahasiswa dari 34 provinsi yang mengikuti sejumlah kegiatan seperti kemah kebangsaan, seminar, dan juga lomba cipta karya. Acara tersebut juga mendatangkan narasumber terpercaya untuk bicara tentang berbagai masalah di Indonesia agar para pemuda memperoleh informasi yang aktual. Hana Amalia dari Dewan Pembina Festival Pemuda Indonesia 2018 mengatakan lewat acara itu ia berharap bisa mengajak para pemuda terlibat aktif dalam kegiatan kepemudaan untuk membangun bangsa.

Upaya lain juga bisa dilakukan oleh pemerintah atau berbagai organisasi masyarakat dan institusi pendidikan guna menangkal hoaks pada generasi milenial. Dengan mengadakan acara yang menarik seperti seminar yang menghadirkan berbagai narasumber, perlombaan, dan berbagai acara anak muda yang kreatif, inovatif, dan imformatif.

Kegiatan yang membimbing para pemuda untuk berfikir kritis serta bijak dalam menerima informasi dan tentu juga menambah wawasan. Dengan demikian diharapkan banyak pemuda Indonesia yang tertarik sehingga terciptalah generasi penerus bangsa yang terbiasa membaca, kritis, dan terhindar dari berita bohong.

Illonadhea Zahara