Peserta seminar dan pelatihan “Kickout Hoax : Indonesia Ramah Bersosmed berfoto bersamaRemaja merupakan obyek yang paling rentan menjadi pelaku hoax atau berita bohong di dunia maya. Dari beberapa kasus hoax yang kerap terlihat, pelaku penyebaran yang tertangkap kepolisian sebagian besar masih berstatus pelajar.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Divisi Humas & Publikasi Perhumas, Henny Puspitasari, pada seminar dan pelatihan “Kickout Hoax : Indonesia Ramah Bersosmed” pertengahan Desember 2018 lalu di Jakarta. Acara yang diadakan oleh Kelompok sosial Kuliah Peduli Negeri Universitas Mercu Buana ‘Pagi Peka” itu berlangsung di SMA Negeri 32 Jakarta.
Menurut Henny, remaja merupakan sasaran empuk penyebar hoax karena cenderung emosional. Mereka cenderung mengambil keputusan secara impulsif berdasarkan emosi. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan para penyebar hoax untuk menyebar dan menanamkan paham yang keliru pada generasi muda.
“Bentuk saluran hoax terbesar datang dari media sosial seperti Facebook, Twitter,
Instagram serta media sosial lainnya dengan persentase angka 92,40% lalu disusul dengan aplikasi berbasis chatting dengan 62,80%, lalu situs web sebesar 34,90% dan diikuti beberapa saluran lainnya” papar Henny.
Untuk melengkapi paparannya, ia mengutip data dari Kementerian Kominfo RI. Menurut data tersebut, di akhir tahun 2016 ada 800 ribu situs yang terindikasi menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Hoax banyak tersebar melalui media sosial. Berita hoax atau bohong di dunia maya seringkali berdampak langsung di kehidupan nyata. Misalnya saja aksi kekerasan antar kelompok atau hancurnya reputasi seseorang atau suatu perusahaan.
Henny mengimbau para remaja agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Apa yang di sebarkan melalui media sosial akan menjadi rekam jejak digital bagi orang tersebut. Berkaitan dengan kondisi itu di era sekarang ini, perusahaan – perusahaan besar banyak yang melakukan penelusuran media sosial untuk mengecek rekam jejak kandidat calon karyawan mereka.
Kelompok sosial Kuliah Peduli Negeri Universitas Mercu Buana ‘Pagi Peka” juga berharap kegiatan itu bisa dijadikan kesempatan yang baik untuk mendukung gerakan #Indonesiabicarabaik2019 dan menjadi sarana literasi yang tepat bagi generasi milenial dalam memanfaatkan kecanggihan digital khususnya dalam menyebarkan informasi melalui media sosial.
Mutia Aprilla, mahasiswi Jurusan Public Relations Fakultas Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta.