Kopi yang Merakyat Ala Gerobak Kopi Bang Raden

1
2427

Usaha kopi atau gerai kopi yang dilakukan sendiri saat ini menjadi salah satu bidang di bidang food and beverage yang paling diminati oleh kaum milenial terutama di Indonesia. Hal tersebut karena kedai-kedai kopi yang menjamur di kalangan masyarakat kita.

Banyak pengusaha juga berlomba-lomba membuat signature/kopi andalan dan membuat konsep tempat semenarik mungkin, agar masyarakat tertarik. Salah satunya Gerobak Kopi Bang Raden.

Gerobak Kopi itu baru dibuka Maret 2018 oleh Danan Ardianto (25) dikawasan Grand Galaxy City, Bekasi. Alasan pembukaan kedai tersebut karena usaha di bidang kopi cukup menjanjikan.

Ia menyatakan membuat usaha di bidang kopi ini merupakan sesuatu yang ia lakukan sesuai passion-nya. “Biasanya sih hal yang dijalanin sesuai passion kita, kita bakal senang hati menjalaninnya” ujar Danan pada Desember 2018 lalu.

Danan menjelaskan dengan modal berapapun bisnis warung kopi dapat dimulai. Hal terpenting dari memulai bisnis ini adalah menyukai hal di bidang kopi dan tahu selak-beluk tentang kopi itu sendiri.

“Awalnya gue gambling, takut gagal karena kalau lihat kedai kopi di daerah Galaxy itu banyak banget” tutur Danan. Jadi tips yang dimaksud Danan, harus berani mencoba dalam membuat sebuah usaha.

Danan menyediakan aneka menu andalan di Gerobak Kopi Bang Raden. “Setiap kedai kopi pasti punya signaturenya masing-masing ya..walaupun namanya sama, kayak cappuccino, es kopi susu, terus latte. Walaupun namanya sama tapi pasti ada yang beda dari ingredient itu. Menu andalan kami namanya es kopi rakyat”

Harga jual kopi di Gerobak Kopi Bang Raden berkisar dari harga Rp 8 Ribu sampai Rp 20 ribu. “Kalau di Galaxy (Bekasi) kita enggak berani buat jual yang mahal, karena segmentasi kita menengah ke bawah. Ada sih yang menengah keatas, tapi biasanya mereka mesen lewat Go Food atau take away” kata dia.

Kesan rakyat lekat dengan Gerobak Kopi ini, karena dengan harga terjangkau yang ditawarkan, siapapun dapat mencicipi kopi di tempat terbuka.

Devita Min Sarai 

Comments are closed.