Asian Para Games 2018 memang sudah selesai, tetapi masih banyak cerita menarik yang bisa dikisahkan dari perhelatan itu. Salah satunya, berburu Elang Bondol untuk koleksi pribadi atau oleh-oleh.
Elang Bondol diburu di Asian Para Games? Bukan Elang Bondol asli loh, namun Maskot Asian Para Games 2018.
Sejak di gelar pada tanggal 6 Oktober 2018, Mega Store Asian Para Games sangat padat dikunjungi para pendukung atlet Asian Para Games 2018. Yang berjarak tak jauh dari gerbang pintu 5 ini, menjadi perhatian para pendukung yang datang ke GBK. Jika kalian masih ingat dengan Bhin-Bhin, Atung, dan Kaka, kini giliran Momo yang “terbang tinggi”. Maskot Asian Para Games 2018 adalah seekor Elang Bondol bernama Momo. Namanya di ambil dari singkatan Motivasi dan Mobilitas.
Elang Bondol dipilih karena hanya hidup di Pulau Seribu yang mudah dikenali dengan warna putih terang dari kepala hingga dada, sementara bagian lain tubuhnya berwarna coklat gelap. Elang Bondol juga termasuk satwa yang dilindungi karena sudah langka. Dari pakaian Maskot Asian Para Games 2018, Momo, juga mempresentasikan kota Jakarta dengan mengenakan sarung dan sabuk khas Betawi.
Ranti, salah seorang Volunteer berbaju kuning yang telah menjaga Mega Store terbesar di Asian Para Games dari hari pertama menceritakan bagaimana antusiasme para pendukung atlet Asian Para Games ini dengan memburu berbagai merchandise Momo. Menjaga Mega Store Asian Para Games 2018 dari pukul 08.00 hingga 17.00 membuatnya lelah sekaligus mendapat berbagai pengalaman baru.
Ia mengatakan pula bahwa boneka Momo merupakan merchandise yang paling diminati oleh para pendukung. Mega Store ini diakuinya terpadat sampai Kamis, 11 Oktober 2018, dengan omzet sekitar Rp 1 miliar.
“Agak kaget karena orang langsung nyerbu, rame banget,” ujar Ranti penuh semangat.
Salah satu pengunjung yang membeli boneka Momo yaitu Fera. Dia yang menjadi Volunteer Asian Para Games 2018 membeli merchandise terfavorit di Mega Store ini. Walaupun membandingkan dengan boneka Asian Games yang berharga setengah dari boneka Momo ini, ia merasa tetap wajib membelinya. Ini menjadi kenangan baginya untuk perhelatan yang belum tahu kapan terulang lagi di Indonesia.
Penulis : Amanda Mary Kartika Volunteer Kompas Muda, Mahasiswa London School of Public Relations Jakarta
Fotografer : Ghina Azka Volunteer Kompas Muda, Mahasiswa London Schoolof Public Relations Jakarta