Pengibaran Sang Saka Merah Putih di Lembah Kera Malang

0
711

Pembangunan yang terjadi di tebing Lembah Kera, Kabupaten Malang, Jawa Timur, memang tengah menjadi topik yang hangat di kalangan pencinta alam. Bagaimana tidak, tebing setinggi 50 meter tersebut sudah menjadi media olahraga panjat tebing bagi kami (kelompok pencinta alam di Malang Raya) sejak tahun 1992.

Jalur panjat yang jumlahnya puluhan dan terus bertambah sampai sekarang dengan berbagai tingkat kesulitan terbentang dari ujung ke ujung tebing. Terbayang betapa sulitnya perjuangan pendahulu kami membuat jalur-jalur tersebut dan begitu banyak sejarah yang diukir di sana, di mana para pemanjat tebing Malang Raya mengasah kemampuan panjat tebing mereka di Lembah Kera untuk dapat memanjat di tebing-tebing lain di seluruh dunia.

Selain media panjat tebingnya yang menjadi favorit, pembangunan di Lembah Kera cukup disayangkan mengingat alam di sekitarnya yang masih alami. Perbukitan yang rimbun menjadi habitat berbagai macam fauna. Sumber air bagi pertanian warga juga berasal dari sana.

Di tengah konflik yang terjadi dan berbagai mediasi yang telah diusahakan antara kelompok Pencinta Alam, warga, Pemerintah Desa, serta Perhutani yang menjadi pengelola wilayah tersebut, melalui Forum Silaturahmi Pencinta Alam Malang Raya, kami menggagas kegiatan upacara 17 Agustus 2018 di tebing Lembah Kera.

Kegiatan pengibaran bendera ini diharapkan selain untuk memperingati hari kemerdekaan RI yang ke-73 adalah untuk menggairahkan kembali dunia panjat tebing Malang Raya, serta mendorong kepedulian kelompok pencinta alam dan warga desa terhadap kelestarian area di tebing Lembah Kera dan sekitarnya.

Kegiatan berlangsung selama dua hari. Pemasangan jalur pengibaran dimulai pada tanggal 16 Agustus, dilanjutkan dengan diskusi malam mengenai pembangunan tebing. Dan pelaksanaan upacara berlangsung pada keesokan paginya, tanggal 17.

Kegiatan diikuti kurang lebih 50 orang yang terdiri dari Pemerintah Desa, warga, Perhutani, dan Pencinta Alam Malang Raya serta Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Malang dan Kota Malang.

Peserta upacara yang terdiri dari warga, Pemerintah Desa, Perhutani, dan pencinta alam.

Tim pengibar bendera terdiri dari beberapa orang yang berasal dari organisasi yang berbeda-beda, di antaranya Raey. S dari AMS Malang, Supriyadi dari KAPA’85, M. Farizal A. dari Gandra Giri Politeknik Negeri Malang, Deliv Tri Lastono dari Jongring Salaka Universitas Negeri Malang, dan Amru Solohin dari YEPE. Selain tim pengibar, dua orang menjadi instruktur dalam proses pengibaran yaitu Yogha Bhama Perwira dari IMPALA Universitas Brawijaya serta Aprilio Paskahliano dari Ganendra Giri Politeknik Negeri Malang. Dan, Data Pela dari YEPE, yang tertua di antara pencinta alam yang hadir, berkesempatan menjadi komandan upacara

 

Data Pela dari YEPE yang menjadi komandan upacara di Lembah Kera

Upacara berlangsung singkat namun khidmat. Suasana nasionalisme begitu kental terasa ketika lagu Indonesia Raya berkumandang di area depan tebing yang menjadi lapang, terik, dan berdebu setelah diterjang buldozer. Bendera yang dipakai dalam upacara dibuat oleh mas Dedy dari FPTI Kabupaten Malang. Selesai upacara, kegiatan dilanjutkan dengan fun climbing.

Yogha Bhama Perwira, salah satu instruktur dari IMPALA Universitas Brawijaya yang turut andil dalam kegiatan tersebut memberi tanggapan seusai kegiatan berlangsung. “Alhamdulillah secara keseluruhan kegiatan berjalan lancar sesuai dengan perencanaan. Undangan yang datang juga dari beberapa organisasi dan dari beberapa lintas generasi juga. Dan semua dapat membaur menjadi satu dengan tujuan serta tekat yang sama. Acara semacam ini harusnya dilakukan secara rutin tiap tahunnya.”

 

Salah satu prosesi dalam upacara

Supriyadi dari KAPA 85 yang menjadi salah satu tim pengibar bendera juga mengungkapkan rasa syukurnya. “Terimakasih kepada senior-senior dan rekan-rekan yang sudah hadir dan membantu terlaksananya Pengibaran Bendera Di tebing Lembah Kera, semoga moment ini membuat panjat tebing di malang kembali jaya.”

Foto bersama seusai upacara di area depan tebing yang menjadi gundul

Pada 17 Agustus 2018, hari yang membuat darah seluruh warga negara berdesir oleh semangat nasionalisme dan persatuan, kami, pencinta alam, warga, Pemerintah Desa Gampingan, dan Perhutani bersatu di Lembah Kera untuk pertama kalinya. Saling mendukung agar pembangunan tidak merugikan salah satu pihak, terutama ekosistem di sekitar tebing.