Setelah 2 minggu tinggal di Schladming, dengan berat hati aku harus berpisah dengan orang tua angkatku dan pergi ke Friesach, lokasi camp-ku. Waktu tempuh dari Schladming menuju Friesach sekitar 2 jam. Sama seperti Schladming, Friesach juga kota kecil tetapi hawanya tidak begitu dingin. Bangunan di sana kebanyakan adalah bangunan tua. Selain itu, terdapat pula sejumlah kastil tua. Camp yang aku ikuti bernama ‘Feel the Power of Carinthia’. Carinthia adalah nama provinsi di Austria tempat Friesach berada.
Lokasi kami menginap, yang bernama Pilgramhof, berjarak tempuh sekitar 10 menit dari tengah kota. Pilgramhof terdiri dari 2 bangunan rumah dengan halaman yang sangat luas. Di sana terdapat danau yang bisa kami gunakan untuk berenang atau naik perahu kecil, lapangan rumput luas untuk bermain bola, ruangan presentasi, trampolin, dan playground.
Pemilik Pilgramhof adalah keluarga Haas. Bersama seorang camp director dan empat orang staf, merekalah yang menemani para peserta sehari-hari. Jumlah peserta camp ini ada 29 orang dari 19 negara yang berbeda, seperti Meksiko, Finlandia, Turki, Taiwan, India, Bulgaria, dan sebagainya. Jadi ada negara yang jumlah pesertanya lebih dari satu. Di hari pertama saat semua baru saja tiba, kami langsung bisa mengobrol akrab satu sama lain.
Sambil menunggu kedatangan semua peserta, kami pun bermain sepak bola, bulu tangkis, dan voli. Beberapa bahkan langsung berenang di danau. Pada malam harinya ada acara pembukaan resmi. Kami kembali mengenalkan diri masing-masing seperti menyebutkan nama, alasan memilih mengikuti program di Austria, dan kegiatan yang saat ini dilakukan, seperti misalnya masih sekolah, berkuliah, atau sudah bekerja.
Dua minggu berada di Feel the Power of Carinthia Camp bersama teman-teman sangat menyenangkan. Setiap hari ada beragam aktivitas menarik yang kami lakukan, seperti rafting, bermain outbound, bermain watersports di danau, serta mengikuti sejumlah pertandingan dalam Camp Olympics.
Pertandingannya berupa sepak bola, voli, dan juga permainan seperti balap karung dan tarik tambang. Mayoritas kegiatan yang kami lakukan memang seputar olahraga. Meskipun demikian kami juga melakukan hal lain seperti membuat keju, menyambangi panti jompo, pergi ke kastil, berlatih tari tradisional Austria, dan berkunjung ke festival. Pada suatu malam kami sempat makan malam di kastil dan ceritanya kami sedang mengikuti jamuan makan malam bersama raja dan ratu.
Berbagai pengalaman tersebut amat menarik. Biasanya, kegiatan dimulai sekitar pukul 9 atau 10 pagi setelah selesai sarapan. Lalu pada malam harinya seusai semua kegiatan selesai, kami kerap mengobrol dan bermain kartu bersama hingga larut malam.
Kami juga harus melakukan presentasi tentang negara kami masing-masing pada Nation’s Evening. Terdapat 4 sesi Nation’s Evening yang pada setiap sesinya ada 5 negara yang melakukan presentasi. Rasanya sungguh menarik mendengarkan presentasi dari teman-teman karena ada banyak hal dan informasi baru yang kudapatkan.
Namun sebetulnya selain pada saat Nation’s Evening, kami juga saling bertanya dan mencari informasi mengenai negara lain setiap harinya. Aku mendapat giliran menyampaikan presentasi pada Nation’s Evening sesi ke-2 bersama teman-teman dari Hungaria, Denmark, Turki, dan Ukraina.
Dalam presentasiku aku menjelaskan hal-hal seperti tempat menarik di Indonesia, makanan, dan juga aneka kebudayaannya. Aku juga memutar video mengenai Indonesia dan membagikan gantungan kunci Monas serta keripik tempe untuk disantap. Selain itu aku pun menampilkan tari Saman. Seusai Nation’s Evening hari itu selesai, beberapa teman berkata kepadaku bahwa mereka jadi ingin berkunjung ke Indonesia selesai melihat presentasiku. Mendengar hal tersebut, tentunya aku merasa sangat senang.
Waktu 14 hari seakan berjalan begitu cepat. Tidak terasa kami pun tiba di hari terakhir camp, yaitu tanggal 26 Juli 2018. Kegiatan kami pagi itu adalah melukis di atas 2 buah kanvas. Setiap peserta diminta untuk melukis 1 hal yang berkaitan dengan negara asalnya serta 1 hal yang berkaitan dengan camp. Aku melukis peta Indonesia karena menurutku bentuknya unik dan aku juga menggambar trampolin karena aku sering bermain di sana. 2 buah lukisan ini akan dilelang pada malam harinya di acara penutupan. Setelah itu kami berlatih tarian yang nantinya ditampilkan di acara tersebut.
Acara penutupan dimulai pada pukul 5 sore. Cukup banyak tamu yang datang. Sayangnya, saat kami akan mulai menari tiba-tiba hujan turun. Akhirnya kami berteduh dan mengobrol dulu di dalam tenda. Setelah hujan reda, kami pun keluar tenda dan mulai menari dengan ditemani pelangi di langit. Selain menari khas Austria, kami juga menampilkan tarian dari Turki dan India. Di tengah-tengah tarian itu aku diminta tampil sendiri menari Saman. Acara berikutnya adalah makan malam, pengumuman tim pemenang Camp Olympics, dan penjualan lukisan karya kami. Ternyata, tim aku meraih juara 1! Lukisan karya kami juga berhasil terjual seharga 965 Euro (sekitar Rp16,4 juta). Wow! Selanjutnya kami terus berkumpul, menari, mengobrol, dan berfoto-foto hingga larut malam. Rasanya sangat menyenangkan sekaligus menyedihkan karena program ini akan segera berakhir.
Keesokan harinya kami menuju Wina dengan waktu tempuh kira-kira 3 jam. Di Wina kami menginap di sebuah hostel. Setelah meletakkan barang, kami diajak oleh para camp staff untuk berkeliling kota Wina dengan berjalan kaki dan naik transportasi umum seperti kereta dan tram. Pada sore harinya kami diberi waktu bebas selama 2 jam. Aku menggunakan waktu tersebut untuk bermain di theme park bernama Prater Wien bersama bebrapa peserta lain. Kemudian setelah makan malam kami pergi ke festival musik.
Hari terakhir kami di Austria, yaitu tanggal 28 Juli 2018, pun akhirnya tiba. Kami dibagi menjadi beberapa grup kecil, yang disesuaikan dengan jam keberangkatan pesawat, untuk naik taksi menuju bandara. Aku berada di rombongan pukul 2 siang bersama teman-teman dari Brazil, Norwegia, India, Islandia, Hong Kong, dan Israel. Karena pada pagi harinya kami masih punya banyak waktu, kami pun berjalan-jalan di Naschmarkt, yaitu area pasar tradisional. Ketika akhirnya tiba waktunya untuk kembali ke bandara dan berpisah di sana, kami semua merasa sangat sedih.
Tidak terasa waktu satu bulan di Austria berakhir juga. Setiap hari aku mendapatkan pengalaman dan pelajaran baru yang tentu tidak akan kulupakan. Sampai saat ini aku masih berkomunikasi dengan keluarga angkat dan teman-teman camp ku melalui grup Whatsapp. Kami semua sama-sama berharap bahwa suatu saat nanti kami dapat bertemu lagi.
Nadia Farah Lutfiputri, Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
ini bikin tulisannya kapan ya kk nadia ?
Comments are closed.