Secara historis wilayah Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung sebelumnya merupakan daerah rawa yang tidak berpenghuni. Sejak tahun 1990-an awal pada era pemerintahan Suharto wilayah rawa ini kemudian dibuka menjadi daerah transmigrasi. Adapun masyarakat yang tinggal di daerah ini merupakan warga transmigrasi lokal dari kawasan di Lampung Selatan. Komposisi penduduk yang dipindahkan itu berasal dari suku Jawa, Bali, Sunda, dan Sumatera.
Komposisi penduduk yang heterogen di daerah Rawa Pitu justru memunculkan potensi dari budaya hingga kuliner. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya perpaduan budaya dari beragam budaya dan membentuk suatu budaya yang baru.
Potensi itu menjadi perhatian khusus mahasiswa KKN UGM LA-002 di Rawa Pitu untuk mengangkat keunikan tersebut. Berangkat dari kondisi tersebut dibuatlah kegiatan pesta rakyat dengan tajuk “Bhineka Tunggal Ika” untuk mengangkat kearifan lokal budaya masyarakat Rawa Pitu dalam menyambut HUT RI ke 73 tahun 2018.
Acara diawali dengan kegiatan jalan sehat dan senam yang diikuti oleh para pelajar di Kampung Batang Hari, PKK se-Kecamatan Rawa Pitu, dan masyarakat se-Kecamatan Rawa Pitu. Sedikitnya 1500 penonton hadir di lapangan Kecamatan Rawa Pitu pada Rabu (08/08) untuk memeriahkan pesta rakyat. Acara itu menjadi makin meriah dengan adanya doorprize berhadiah menarik.
Penyelenggaraan pesta rakyat merupakan hasil kolaborasi antara mahasiswa KKN UGM, pemuda Kampung Batang Hari, dan para kepala kampung di Kecamatan Rawa Pitu. Diharapkan adanya kolaborasi ini bisa menjadi upaya untuk meningkatkan persaudaraan antara pemuda dan juga kepala kampung.
Kegiatan tersebut berlangsung dengan mengundang perwakilan kampung di Rawa Pitu untuk mengirimkan tim untuk pameran kesenian dan produk unggulan desa andalannya. Setiap kampung memiliki stan khusus untuk memamerkan produk unggulan desa (prokades) agar menarik perhatian pengunjung.
Penilaian ini diharapkan memacu semangat perwakilan kampung untuk menampilkan produk terbaiknya.
Adapun produk yang dipamerkan meliputi hasil tani, olahan kue, dan kerajinan tangan. Setiap produk dari masing-masing desa memiliki keunikan dalam hal warna, bentuk, rasa, dan jenis makanan.
Selain pameran kesenian dan produk unggulan, tim kesenian dari masing-masing kampung tampil di atas panggung. Jenis kesenian yang ditampilkan ada pencak silat, tari modern, tari Sembah, tari Kuda Lumping, dan tari Tuah Badik Cundrik Lurik. Warga menonton semua penampilan dari masing-masing kampung tersebut.
Masing-masing produk unggulan desa serta penampilan dari setiap kampung diberikan nilai oleh panitia. Penilaian ini diharapkan dapat memacu semangat dari perwakilan kampung untuk menampilkan produk terbaiknya.
Selain itu, kegiatan itu diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Rawa Pitu atas berbagai potensi dalam aspek budaya maupun kulinernya. Dengan demikian diharapkan pula dapat mendorong usaha mikro kecil menengah (UMKM) di wilayah Rawa Pitu untuk terus berkembang serta melestarikan identitas budaya agar terus dinikmati oleh generasi penerus.
Ismail Yusuf