Semangat Pemuda Indonesia APU di Indonesian Week 2018

0
869

Ritsumeikan Asia Pacific University adalah sebuah kampus di Jepang yang terkenal akan multicultural environment di mana mahasiswa datang dari berbagai macam negara. Setiap minggu, para mahasiswa berkreasi untuk mengemas budaya negara mereka dalam satu minggu yang dikenal dengan acara multicultural week. Indonesian Week merupakan acara tahunan di Ritsumeikan APU, pada tahun ini melibatkan 360 orang dengan proporsi 60% mahasiswa internasional seperti Jepang, Thailand, Vietnam, Taiwan dan 40% mahasiswa Indonesia .

Indonesian Week berhasil menutup rangkaian acara multicultural week musim semi dengan meriah. Acara berlangsung selama 5 hari, tepatnya pada tanggal  9 sampai 13 Juli 2018. Para mahasiswa bersama-sama menyuarakan semangat anak muda Indonesia melalui tema “Spread the Glory of Indonesia”. Rangkaian acara dibuat sedemikian rupa agar memberikan kesan yang tak terlupakan bagi pengunjung baik dari kalangan mahasiswa, staf kampus, hingga warga sekitar Beppu.

Terdapat dua hal yang selalu ada dalam perjalanan Indonesian Week setiap harinya. INA Corner menjadi tempat berkunjung bagi para mahasiswa untuk mencoba pakaian tradisional, belajar bahasa dan belajar budaya Indonesia secara bersama. Kantin kampus juga turut merayakan Indonesian Week dengan cara menghadirkan masakan Indonesia.  Makanan tradisional seperti nasi goreng, soto ayam, bakwan jagung dan puding gula merah disajikan pada bagian Ethnic Food di kantin.

Budaya Indonesia

Pada hari pertama, Indonesian Week dibuka oleh acara parade dengan tema “Indoversity”. Tiga tarian dari Sabang sampai Merauke ditampilkan dalam parade di hari senin yang cerah itu. Dimulai dari Indonesia bagian timur, tari soya-soya menjadi pembukaan tanda menunjukan dimulainya Indonesian Week.

Lalu ada tari Bali kreasi sebagai tari Indonesia bagian tengah acara. Dan dilanjutkan dengan tari rancak bana dari Indonesia bagian barat. Parade ditutup dengan mass dance dimana sekitar kurang lebih 60 orang menari bersama dengan mengenakan baju bernuansa merah putih.

Seusai parade berakhir, yel yel pun diserukan, “Glory of Indonesia, Feel the spirit in you!” begitu cara para panitia membakar suasana dan semangat para mahasiswa selaku partisipan yang berasal dari berbagai macam negara.

 

Rangkaian acara hari Senin tidak berakhir begitu saja. Selepas parade berakhir, kegiatan masih berlanjut di Student Hall Ritsumeikan APU dengan dibukanya Contemporary Museum of Modern Art (COMMA). Para mahasiswa menyulap hall kosong tersebut menjadi museum kekinian untuk spot berfoto. Didalamnya, terdapat baju tradisional Indonesia, wayang dan topeng yang dikemas secara modern pada instalasi yang tersedia.

Tidak hanya itu, mereka juga menghadirkan pembicara HARAPAN yang memberikan lecture dan puppet show dengan tema “the power of storytelling for the youth”. Mahasiswa asing yang mempunyai ketertarikan akan bahasa Indonesia, bisa menyalurkan bakat mereka melalui lomba membaca puisi yang turut meramaikan acara pada hari itu.

 

Hari Selasa adalah waktunya para mahasiswa memperkenalkan kehidupan SMA di Indonesia melalui mini drama yang diiringi dengan pertunjukan tari dan musik. Dengan membawa sentuhan lenong, perkusi, dan dangdut, acara malam itu berhasil menghibur para pengunjung yang datang. Tak lupa, mereka juga menyajikan cemilan khas Indonesia seperti klepon, martabak, dan teh Indonesia dan membagikannya secara cuma-cuma kepada penonton yang hadir di malam itu.

 

Sisi mistis Indonesia juga diperkenalkan dalam satu hari Indonesian Week tepatnya hari Kamis. Mengambil tema “The Rumors of Midnight Stories” alias jurit malam, rumah hantu ini berhasil menarik banyak pengunjung yang penasaran dengan hal gaib di Indonesia. Rumah hantu ini tidak hanya sekedar berjalan melintasi trek yang sudah disediakan, melainkan mereka mempunyai misi yang harus diselesaikan sampai keluar dari rumah hantu tersebut. Para peserta memasuki ruangan secara berkelompok sebanyak 3 sampai 4 orang untuk menyelesaikan misi tersebut. Mereka juga diberikan kacu pramuka agar lebih terasa seperti sedang jurit malam di Indonesia. Jeritan dan histeris para peserta jurit malam terdengar dari dalam ruangan. Bukan hal yang aneh melihat reaksi para para peserta masih berpegangan tangan atau berpelukan satu sama lain ketika keluar dari rumah hantu ini.

 

Rangkaian acara Indonesian Week 2018 ditutup dengan penampilan Grand show pada hari Jumat yang menampilkan drama dengan judul “Nusantara”. Grand show tahun ini mengambil tema tentang perdamaian yang menceritakan tentang dua kerajaan besar dengan latar belakang berberada, egoisme seorang raja, kisah cinta dua manusia dari kerajaan yang berbeda, dan ambisius sang pemuda untuk menyatukan dua kerajaan menjadi satu, yaitu Nusantara. Acara dimeriahkan dengan penampilan tujuh tari tradisional, fashion show, dan penampilan band yang menutup acara dengan membawakan lagu Damai karya Guruh Soekarno Putra.

 

Perwakilan dari KBRI, Mochamad Abas Ridwan selaku Deputy Chief of Mission turut menghadiri acara penutupan Indonesian Week 2018. Beliau memberikan respon positif terhadap acara Indonesian Week sebagai salah satu cara memperkenalkan budaya Indonesia. Terlebih lagi, tahun ini merupakan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang.

Salah satu partisipan Indonesian Week 2018 bercerita bahwa Indonesian Week memberikan kesan tersendiri untuknya. Nguyen Do Quynh Trang, perempuan asal Vietnam yang besar di Jepang ini mengaku senang mempelajari budaya Indonesia bahkan ia telah mengambil kelas bahasa Indonesia. Di sisi lain, iya juga merasakan seperti mempunyai keluarga baru melalui Indonesian Week. “Ini merupakan kali pertama saya mengikuti Indonesian Week selama 2 tahun saya bersekolah di APU. Bagi saya ini bukan hanya sekedar acara multicultural week, saya merasa seperti berada dalam sebuah keluarga besar” ceritanya.

Penulis: Putri Nurdivi Djamil

Ritsumeikan Asia Pacific University

Foto: Tim Dokumentasi Indonesian Week 2018