Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia terus meningkat dalam 15 tahun terakhir. PDB per kapita pada 2000 hanya Rp 6,78 juta, sedangkan pada 2015 meningkat hingga Rp 45,18 juta. Hal ini membuktikan bahwa pendapatan masyarakat Indonesia semakin meningkat. Namun, peningkatan tersebut tampaknya tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang baik. Dibuktikan dengan data dari BPS yang menunjukkan dari tahun 2003 marginal propensity to save (MPS) cenderung turun.
MPS merupakan keinginan masyarakat untuk menabung disebabkan adanya kenaikan pendapatan. Di sisi lain, marginal propensity to consume (MPS) cenderung meningkat.
Kemudian, jika rasio to saving GDP dibandingkan dengan negara-negara lain juga rendah. Indonesia hanya memiliki rasio to saving GDP sebesar 31%. Jumlah tersebut masih kalah dibanding dengan negara tetangga yaitu Filipina yang memiliki rasio sebesar 46%. Sementara itu negara tetangga lainnya yaitu Singapura memiliki rasio 49%, sama dengan rasio yang dimiliki oleh China.
Menanggapi dari kurangnya rasio to saving GDP Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengampanyekan gerakan “Ayo Menabung”. Slogan yang diusung gerakan Ayo Menabung adalah “Ayo Menabung untuk Masa Depan Sejahtera”. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan budaya menabung masyarakat Indonesia di berbagai produk jasa keuangan dan mendukung pembiayaan pembangunan nasional.
Selanjutnya, untuk mendukung gerakan “Ayo Menabung” Tim KKN-PPM UGM unit Batang Hari, Rawa Pitu, Lampung menyosialisasikan pentingnya menabung sejak usia dini. Kegiatan ini dilaksanakan di SDN 1 Batang Hari pada tanggal 4 Agustus 2018. Kegiatan sosialisasi pentingnya menabung sejak dini diawali dengan dengan pemutaran video animasi manfaat menabung.
Video animasi tersebut menceritakan keinginan seorang anak untuk menabung karena keinginannya untuk berlibur ke Disneyland. Proses menabung dimulai dari usia dini yaitu pada usia SD hingga dewasa. Setelah terkumpul banyak, anak tersebut berencana untuk menggunakan uang tabungannya untuk berlibur. Namun, suatu saat anak itu melihat temannya yang tidak bersekolah karena kekurangan biaya. Alhasil, uang tabungannya diberikan ke temannya supaya bisa melanjutkan ke sekolah.
Dari video ini, bisa diambil kesimpulan bahwa menabung tidak harus untuk diri sendiri, melainkan untuk saling membantu sesama manusia.
Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan cerita dari anak-anak tentang pengalamannya menabung. Dari yang alasannya untuk membeli peralatan sekolah seperti tas, sepatu atau buku sampai alasan untuk membantu orang tua. Kegiatan ini juga mengajarkan anak-anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya dimuka umum. Mereka menjadi tahu bagaimana suasana ketika berbicara di depan dibandingkan berbicara ketika duduk di barisan.
Kemudian, anak-anak diajak untuk mewarnai gambar-gambar yang bisa dibeli dari hasil menabung. Gambarnya antara lain yaitu sepatu dan bola, mobil, dan naik pesawat. Di akhir acara dibagikan celengan kepada masing-masing anak untuk melatih budaya menabung. Sosialisasi ini merupakan tahapan awal untuk mengajarkan anak terhindar dari budaya konsumtif. Diharapkan anak-anak pandai mengelola keuangannya sejak usia dini.
Penulis dan foto:
Tim KKN-PPM UGM unit Batang Hari, Rawa Pitu, Lampung