Menggunakan air yang berwarna merah kecoklatan untuk konsumsi terutama mandi, cuci, dan kakus (MCK) mungkin tidak pernah terbayangkan oleh sebagian besar orang yang terbiasa menggunakan air jernih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun hal tersebut adalah fakta yang dapat dengan mudah dijumpai pada masyarakat yang tinggal di atas lahan gambut. Salah satunya di Kecamatan Rasau Jaya, Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Meskipun masyarakat telah terbiasa menggunakan air gambut, namun pada dasarnya berdasarkan parameter baku mutu air, air gambut tidak memenuhi persyaratan standar kualitas air bersih karena mengandung beragam zat organik yang menyebabkan air bersifat asam, keruh, dan berbau. Jika dikonsumsi secara langsung, air gambut dapat menimbulkan beberapa penyakit, diantaranya,penyakit saluran pencernaan, kulit, mata, kolera, hingga disentri. Kondisi ini membuat air gambut butuh pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi.
Merespon permasalahan tersebut, mahasiswa KKN-PPM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2018 unit KB-006 melakukan sosialisasi dan membangun model fasilitas pemurnian air di Kantor UPT KTM Rasau Jaya. Upaya tersebut dilakukan bersama perangkat dan masyarakat Desa Rasau Jaya 1, Rasau Jaya 2, Rasau Jaya 3, dengan bimbingan dari PT. Amerta Wening Indonesia pada 23-30 Juli 2018. Acara sosialisasi dan penyuluhan pembuatan fasilitas berjalan lancar. Warga juga menyambut dengan antusias. Sebanyak 32 orang hadir dalam acara sosialiasi.
Secara sederhana, proses pengolahan air yang dilakukan menggunakan media poly aluminum chloride (PAC) dan pH adjuster dalam sebuah bak keogulasi untuk mengendapkan kotoran. Usaha itu disempurnakan oleh pemasangan filter yang berisi pasir silika dan karbon aktif untuk menghasilkan air yang jernih.
Teknologi pemurnian air sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat, namun mahalnya instalasi kerap membuat mereka enggan mengolah air gambut sebelum dikonsumsi
Teknologi pemurnian air sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat, namun mahalnya instalasi kerap membuat mereka enggan mengolah air gambut sebelum dikonsumsi. Mereka lebih memilih mengonsumsi air gambut secara langsung.
Untuk memberi solusi atas masalah itu, mahasiswa KKN-PPM UGM menghadirkan teknologi penyaluran air menggunakan manifold agar menghemat biaya pembuatan dan instalasi fasilitas pemurnian air hingga sepertiga dari harga biasanya (sekitar Rp 9 juta menjadi Rp 1,5 juta – Rp 2 juta).
Media yang digunakan untuk penjernihan air seperti pecahan kerang laut, ijuk, PAC, pH adjuster, pasir silika, klorin, dan karbon aktif juga mudah didapatkan di lingkungan sekitar dengan harga terjangkau. Dengan fasilitas tersebut, air yang dihasilkan akan memiliki kadar pH yang netral, tidak berbau dan tidak berwarna sehingga aman digunakan.
Dengan adanya program sosialisasi dan pembangunan fasilitas pemurnian air yang diselenggarakan tim KKN PPM UGM 2018 ini, diharapkan masyarakat Rasau Jaya mampu membangun fasilitas pemurnian air yang murah di tempat masing-masing sehingga meminimalisasi resiko penyakit akibat penggunaan air gambut secara langsung.
Proses Pemurnian Air
Air gambut yang dipompa dari sumur, dialirkan menuju tangki pertama yang berisi pecahan kerang dan ijuk. Fungsi pecahan kerang dan ijuk untuk menghilangkan kandungan zat besi dan mangan yang membuat air berkarat. Sebelum masuk ke tangki, air yang mengalir juga diberikan zat klorin untuk membunuh bakteri.
Setelah melewati tangki pertama, air kemudian dialirkan menuju bak penampungan untuk dilakukan proses keogulasi (penggumpalan dan pengendapan kotoran). Dalam bak keogulasi, air diberikan larutan PAC dan pH adjuster secara manual untuk menetralisasi kadar asam dalam air dan mengendapkan kotoran yang terkandung di dalam air. Proses ini memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk tangki yang berukuran 1 kubik (1000 liter) air.
Air yang telah diolah kemudian dipisahkan dari endapan dengan cara dialirkan menuju tangki penampungan air bersih sembari melewati tabung filter yang berisi pasir silika dan karbon aktif. Fungsi dari kedua media tersebut untuk menghilangkan bau dan warna merah kecoklatan pada air. Sedangkan endapan yang berisi kotoran dialirkan menuju saluran pembuangan. Air yang telah dialirkan ke tangki penampungan air bersih kemudian siap digunakan.
Aloysius Anandyo Pambudi