Peredaran narkoba di kalangan anak muda kini semakin merebak. Awal peredarannya kerapkali dimulai dari gaul dengan teman. Cermat memilih teman dan dukungan dari Kampus dapat meminimalkan peredaran zat berbahaya ini.
Coba bayangkan, betapa buruknya dampak penyalahgunaan narkoba. Selain dapat menyebabkan candu, narkoba juga dapat merusak kesehatan mental dan fisik. Data Badan Narkoba Nasional (BNN) menyebutkan, hingga Juli 2017 jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 6,4 juta. Setiap hari ada sekitar 50 orang meninggal karena barang ini di Indonesia.
Akibatnya, peredaran narkoba di Indonesia menjadi masalah serius. Presiden Joko Widodo menegaskan hal ini ketika memberikan sambutan peringatan 50 tahun ASEAN di Jakarta Selatan bulan Agustus 2017 kemarin. Presiden menyatakan perang terhadap narkoba dan meminta negara-negara ASEAN turut berperan aktif mencegah perdagangan besar obat-obat terlarang ini.
Pengedaran narkoba tidak hanya menyasar orang-orang dewasa. Tahun 2016, BNN mencatat 4,3 persen responden di perguruan tinggi (PT) pernah memakai narkoba. Hasil survei di beberapa kota dan kabupaten di 18 provinsi ini juga merekam, sebagian dari mereka akhirnya menjadi pecandu. Sebanyak 1,8 persen responden di PT mengaku menggunakan narkoba dalam setahun terakhir.
Apakah sulit mendapatkan barang terlarang ini di lingkup mahasiswa? Jawabannya tidak. Jajak pendapat Kompas awal Oktober lalu merekam hal tersebut. Menurut 46,2 persen responden, mendapatkan narkoba di lingkungan kampus atau tempat tinggal kini semakin mudah.
Kendati tidak banyak, ada 9 persen responden yang mengaku pernah mendapat bujuk rayu untuk mencoba narkoba dan sejenisnya. Sekitar sepertiga responden mengaku ditawari justru oleh teman kampus. Sebagian kecil dari mereka pun mengaku tergoda dan pernah mencoba narkoba.
Tidak dapat dipungkiri, pergaulan menjadi salah satu kunci pembentukan karakter seorang remaja. Memperbanyak teman dan memperluas pergaulan sangat mengasyikan. Namun jika tidak pandai memilih dan memilah teman, seorang mahasiswa dapat terjerumus ke dalam lingkaran pergaulan bebas. Hal ini sejalan dengan tindakan antisipasi yang paling banyak dilakukan responden Kompas.
Sebanyak 57 persen responden berusaha hati-hati dalam pergaulan supaya dapat terhindar dari dunia narkoba. Sementara sepertiga lebih responden lainnya lebih memilih aktif di kegiatan keagamaan atau menjalin komunikasi lebih dekat dengan orang tua. Selebihnya, responden memilih aktif di dunia kegiatan mahasiswa, cermat terhadap tawaran makanan, dan ada juga yang memilih aktif di kegiatan di lingkungan rumah seperti Karang Taruna.
Peran Kampus
Walau demikian, peran aktif dari pihak kampus turut menjadi filter merebaknya peredaran narkoba di kalangan remaja. Hal ini diamini banyak mahasiswa. Pertama, mayoritas responden (55,7 persen) setuju jika penyuluhan terkait bahaya narkoba rutin digalakkan.
Kedua, kegiatan razia yang biasa dibenci banyak mahasiswa justru didukung oleh 22,4 persen responden. Selebihnya, lebih setuju dengan kegiatan-kegiatan bersama, ibadah, pemasangan spanduk bahaya narkoba, dan mengontrol regulasi di kampus.
Sudah menjadi ciri khas jiwa seorang pemuda-pemudi, yang kerap kali liar dan haus akan tantangan serta hal-hal baru. Tapi apakah dengan mencoba hal baru seperti narkoba membuatmu semakin keren? Sepertinya tidak ya.
Penulis: Albertus Krisna/Litbang Kompas