Banyak yang menganggap anak muda, terutama di zaman serbamodern ini, sangat apatis, tidak peduli pada apapun kecuali diri sendiri. Hmm, kata siapa? SMA Santa Ursula Jakarta membuktikan bahwa generasi serbagadget ini juga mampu bergerak, memberi perubahan, dengan kegiatan bernama Kolam yang bekerjasama dengan Jejakku.
Kolam atau Kontribusi untuk Alam merupakan kegiatan baru di SMA Santa Ursula, Jakarta, yang bertujuan untuk bergerak melestarikan alam. Di tahun perdana ini, kegiatan yang bekerja sama dengan Jejakku, dengan membawa 16 peserta dari hiruk pikuknya sekolah ke sudut terujung Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi.
Jejakku sendiri merupakan trip organizer yang memberikan pengalaman berjalan-jalan menjadi lebih berarti. Dengan tantangan yang diberikan, seperti menanam tanaman, memungut sampah, mendonasikan buku, dan lain sebagainya, para traveler diajak untuk berkontribusi di setiap perjalanan yang diikuti.
Kegiatannya pun tak tanggung-tanggung. Para peserta, dibawa ke berbagai tempat, mulai dari darat, laut, hingga puncak gunung. Hari pertama dimulai dengan menanam mangrove di Pantai Bama, lalu diakhiri dengan sunset di Taman Nasional Baluran.
Hari kedua snorkeling ke tiga titik berbeda di Pulau Menjangan, Bali Barat, lalu di hari terakhir mendaki Gunung Ijen sambil membersihkannya dari sampah.
Tak hanya itu, para peserta juga menyumbangkan buku-buku untuk masyarakat. Hmm, cukup padat juga ya acaranya.
Selain untuk memperbaiki alam yang sudah dirusak, kegiatan ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa anak muda yang dianggap apatis saja berani untuk menjaga alam, yang lain pun juga seharusnya lebih berani bertindak dari pada remaja-remaja SMA. Terutama pada saat membersihkan Gunung Ijen dari sampah, banyak wisatawan dari mancanegara yang memuji aksi tersebut.
“Senang banget masih ada anak SMA yg peduli, mau ke daerah yang belum pernah didatangi, buat kasih social impact buat warga di Banyuwangi dan sekitarnya,” ujar Apriska Fiolita, salah satu anggota Jejakku.
Mengenal langsung
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga membuat kita jatuh cinta lagi dan lagi pada negeri sendiri. Tak perlu kita jauh-jauh ke Afrika kalau kita punya Baluran, tak perlu jauh-jauh ke Maldives kalau kita punya Pulau Menjangan, Indonesia ibarat miniatur dunia, semua ada di dalamnya.
Tak bisa dipungkiri, banyak dari warga Indonesia yang masih asing dengan negerinya sendiri.
Bahkan, menurut warga sekitar, wisatawan yang datang ke Gunung Ijen lebih banyak dari mancanegara dibandingkan wisatawan lokal. Selama pendakian pun lebih banyak terdengar bahasa Jerman, Perancis, Inggris dibandingkan Bahasa Indonesia. Dengan adanya kegiatan ini, peserta tak hanya mengenal dengan negeri sendiri, tetapi jadi lebih cinta dengan negeri sendiri.
“Sekarang ini enggak jaman jalan-jalan hanya jalan-jalan doang. Sekarang yang keren adalah kita jalan-jalan sambil memberikan pengaruh positif pada masyarakat. Jalan-jalan kita dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan membantu sesama,” ucap Ahimsa Fizal dari Jejakku.
Demikian juga Apriska, karena baginya dunia millenial ini membuat anak muda sudah tidak begitu peduli dengan lingkungan sekitarnya. Coba saja diajak keluar melihat alam dan membantu mereka, itu pasti menjadi suatu hal yang sangat keren.
Namun menjaga lingkungan tak perlu dengan hal yang sangat besar, bisa juga dimulai dari hal-hal sederhana. Misalnya, membuang sampah pada tempatnya dan mengajak sekitarnya untuk melakukan hal yang sama. Lalu kalau sudah bisa, secara bertahap dapat mulai melakukkan pengolahan sampah. Kegiatan sesederhana ini pun sudah bisa menjadi social impact bagi sesama.
Semua kembali kepada diri sendiri, apakah ingin bergerak atau malah merusak.
SMA Santa Ursula sudah berani bergerak. Beranikah kamu?
Maria Michelle Angel & Rianita Gunawan
Siswa SMA Santa Ursula