Akhir yang Menjadi Awal

0
407

Enggak terasa, program magang untuk siswa SMA/SMK  di Kompas sudah selesai. Banyak sekali pengalaman baru di dunia jurnalistik yang enggak akan terlupakan, mulai dihindari orang-orang yang menolak diwawancara sampai “cinlok” sesama rekan se-batch, setingkat dengan angkatan di sekolah-.

Hari terakhir itu beda dengan hari-hari magang sebelumnya karena magangers–sebutan untuk peserta magang Kompas–pindah markas ke ruang redaksi Kompas. Sebelumnya, aktivitas magang dilakukan di Lantai 5, ruang diklat Kompas. Karena Jumat (21/7) malam masih banyak kelompok yang mesti membuat revisi karya,  alhasil kami beberapa kali balik ke komputer yang menyimpan file data karya kami di Lantai 5. Hampir semua kelompok membuat revisi sepertinya, tak terkecuali kelompok gue, yaitu Gammacalis.

Jam 09.00 pagi, Nita, Ketua batch IX ke Lantai 5 untuk kasih informasi kalau presentasi akhir karya para magangers  sudah dimulai. Untungnya gue dapat desainer yang handal (lirik ke Aji) sehingga jam 09.00 pas, revisi udah selesai. Kita turun ke Lantai 3 untuk memulai presentasi. Sudah ada Mbak Lastri, Mas Budi, dan mas-mas lainnya yang sudah siap jadi juri alias tim penilai proyek akhir kami. Presentasi berurutan sesuai nomor kelompok, jadi Gammacalis dapat giliran presentasi ketiga.

Jam setengah 2 siang, kedelapan kelompok selesai mempresentasikan proyek akhirnya. “Kalau mau main board game, jam setengah 3 revisi sudah harus selesai ya,” ujar Mbak Gandes, salah satu tukang jepret (baca: pemotret) kegiatan ini.

Kedelapan kelompokpun bergegas menuju ke Lantai 5, tapi seluruh ruangan sudah terkunci rapat. Alhasil, kami tidak perlu merevisi koran kami dan diizinkan untuk bermain board game. Awalnya memang agak bingung memainkan board game, namun lama-kelamaan kami paham dan ternyata seru juga.

Jam 15.00, acara penutupan magang dimulai. Ada 4 batch yang hadir saat diabsen oleh pembawa acara, yaitu para magangers senior dari Bacth V, VII, VIII. Tentu saja Batch kami, yakni Batch IX, hadir dan jumlahnya paling banyak. Acara diawali dengan sharing pengalaman kakak-kakak magangers, kemudian dilanjutkan dengan bermain permainan “kuda berbisik”, sejenis sambung kalimat antarsatu orang ke orang selanjutnya.

Saya berpelukan dengan Ito, Alam, Deo, Ari dan berjabat tangan dengan Yohana, Aulia, dan lainnya. Yohana hampir menangis ketika berjabat tangan dengan sesama magangers

Akhirnya, kami makan bersama untuk yang terakhir setelah penutupan dan kami berpisah. Tapi sebelum berpisah, kami sempat berfoto-foto ria. Ada banyak jenis tema foto, seperti foto sesama desainer, fotografer, reporter, magangers laki-laki, magangers perempuan, dan sebagainya. Kita juga sempat mengguncang Redaksi Harian Kompas dengan lagu-lagu DJ khas anak muda. Kami tidak menyangka kalau Mbak Lastri yang sudah seniorpun menyukai lagu-lagu seperti itu.

Magangers mengantre untuk mendapat honor selama satu minggu magang. Foto: Susie Berindra

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam, saya harus bergegas pulang mengejar bus atau mungkin Transjakarta yang harus saya tumpangi menuju Tangerang. Ada yang masih berjalan-jalan ke daerah Kampus Binus untuk menikmati kuliner atau ke Central Park. Saya berpamitan ke semua teman-teman, terutama yang berada di lobi Kompas sedang menunggu taksi daring menuju ke Central Park.

Saya berpelukan dengan Ito, Alam, Deo, Ari dan berjabat tangan dengan Yohana, Aulia, dan lainnya. Yohana hampir menangis ketika berjabat tangan dengan sesama magangers, bahkan Vira sampai menangis karena dia bilang tidak bisa mengikuti inagurasi tanggal 29 Juli nanti. Sayapun menangis, tapi ketika sampai di rumah karena teman-teman ini benar-benar seperti keluarga kedua saya, yang menerima saya apa adanya tanpa membahas perbedaan dan yang ada. Kami pulang ke rumah masing-masing membawa segudang pengalaman berharga dan memori indah bersama keluarga kedua.

Artikel ini saya akhiri dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam program pemagangan ini, terutama Kompas. Untuk Aji, Alam, Dea, Andrew, Aul, Aunal, Ben, Chiara (baca: Kiara), Della (baca: Jember digoyang), Diena, Dizka (baca: ka Dizka), Jihan, Fidel, Bella, Oji (baca: Ojay), Deo, Daffa, Ines, Indira, Ito (baca: Toba, Ito bacot), Jimmy, Jo, Kevin, Matthew (baca: Ko Liem), Rafi, Ari, Kamil (baca: flat earthers), Ramzy, Nita (baca: bu panutan), Salsa, Sekar, Syskia (jangan lupa flashdisk), Vira, Wulan, Yohana, dan Axel terima kasih sudah menjadi bagian dari hidup gue.

You’re really the perfect strangers”. Sampai jumpa di Inagurasi.

Dok Magangers Kompas Muda Batch IX

Ahmad Rizky

SMAN 23 Kabupaten Tangerang

Magangers Batch IX