Ketika mendengar nama “Sulawesi” yang pertama kali terbayang adalah sebuah pulau yang menyerupai huruf “K”. Bertetangga dengan Kalimantan di sebelah baratnya, dan Kepulauan Maluku di sisi timur. Di bagian pulaunya terdapat kota Manado di utara, Makassar di selatan, tengahnya ada Poso dan berbagai kota lain di sekitarnya.
Sulawesi menyimpan berbagai macam kekayaan, di antaranya fauna dan sejarahnya. Mei lalu, Galeri Nasional Jakarta mengadakan pameran seni lukis cadas yang dibuat oleh manusia prasejarah. Lukisan ini dapat ditemukan di gua-gua di pedalaman Indonesia, termasuk Sulawesi. Sebagai penyambut tamu, dipajang replika bongkahan batu tak kurang berdiameter 1 meter berwarna cokelat dengan gambar Anoa sebagai hewan khas Sulawesi di pintu masuk Gedung A.
Sulawesi atau Celebes memang kaya. Menyimpan berbagai macam flora dan fauna yang perlu diketahui banyak masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana mengeksplorasi fauna pulau dengan kota besar Manado dan Makassar ini? Apa bisa dalam sebuah permainan?
Juli 2017 ini Harian Kompas akan merilis permainan papan (board game) terbarunya, Celebes. Permainan dengan tema jelajah flora ini hadir setelah sebelumnya permainan serupa hadir dengan judul Waroong Wars, Perjuangan Jomblo dan Pagelaran Yogyakarta. Lalu bagaimana keseruan perkenalan board game terbaru ini dengan para penggemarnya?
Sabtu, 8 Juli 2017 serempak di lima kota; Surabaya, Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta, Harian Kompas mengundang para penggila board game untuk bersama-sama memainkan dua board game terbaru: Celebes dan Candrageni. Di Jakarta, Celebes dan Candrageni dimainkan di Main District, Kuningan City Mall, Jakarta. Antusias terlihat dari para pengunjung yang sudah antre sejak pembukaan pukul 13.00 untuk mencoba keseruannya.
Mencoba Bermain
Celebes: The Anomalous Island mengajak pemain untuk mengikuti jejak seorang ahli botani asing yang menjelajah Sulawesi, khususnya Manado dan Makassar. Spesies yang dikumpulkan peneliti terdiri dari serangga, kupu-kupu, burung dan mamalia.
Permainan dapat dimainkan minimal dua orang dan maksimal empat orang. Masing-masing pemain akan diberikan satu kartu misi yang berisikan empat lokasi yang harus dikuasai. Pemain juga dibekali dengan dua puluh token sebagai penanda kekuasaan wilayah yang telah dijelajahi. Dan, pemain diberikan enam kartu logistik yang dapat ditukar dengan uang per rondenya.
Di awal permainan, keseriusan pemain tampak terlihat di depan meja kotak yang diselimuti kain hitam. Mereka serius memperhatikan penjelasan dari game master yang menerangkan komponen dan alur permainan hingga bagaimana perhitungan untuk menentukan pemenang. Di depan para pemain sudah tertata rapi dua bilah peta permainan yang dijadikan satu, koin untuk masing pemain, kartu misi, token dan makanan ringan sebagai selingan dalam memainkan permainan yang paling cepat diselesaikan minimal tiga puluh menit ini.
“Yeeeaaa,” teriak salah satu pemain saat pertama kali berhasil mendapatkan poin yang bernilai paling besar
Wajah kaget dibarengi tawa keluar dari para pemain. Mereka tidak menyangka permainan ini akan memberikan banyak denda sehingga perlu strategi jitu mengumpulkan uang dan menambah poin untuk memenangkan permainan. “Yah namanya juga permainan ekspedisi, jadi butuh banyak uang,” ujar game master menjawab keterkejutan pemain diiringi tawa, Sabtu (8/7).
Selesai menjelaskan bagian permainan dan alur yang harus ditempuh, game master akan menemani permainan hingga selesai. Keempat pemain sudah menempatkan masing-masing karakternya di titik yang sama di awal permainan, yaitu kota Manado. Dalam permainan, Manado dan Makassar dipisahkan oleh lautan dan perlu menggunakan kapal untuk pergi ke seberangnnya. Semua pemain wajib mengumpulkan empat spesies untuk mendapatkan poin kemenangan.
Yang unik dari permainan, urutan jalan atau pindah tempat ditentukan oleh umur. Orang yang lebih muda akan mendapatkan kesempatan jalan terlebih dahulu, tapi hanya mendapatkan tiga koin sebagai bekal, sedangkan yang tua akan mendapatkan kesempatan terakhir, dan mendapatkan satu tambahan koin. “Wah kalau perempuan yang main pasti sensitif ditanya umur,” tawa semua pemain meramaikan suasana.
Permainan dimulai dari titik di mana kapal berada. Pemain dapat memilih untuk menyeberang ke Makassar dan mencari spesies yang tersedia di seberang, atau tetap di Manado dan mengeksplorasinya. Saat ada pemain yang memilih menyeberang ke Makassar atau sebaliknya, celetukan “orang kaya” dan tawa meramaikan ruangan yang juga menjadi tempat penjualan berbagai macam permainan ini. Untuk menyeberang dengan kapal membutuhkan biaya lebih, hal tersebut demi memanggil kapal yang terkadang tidak berada di posisi tempat pemain berada.
Ketika pemain melakukan perpindahan dari satu titik ke titik lainnya memerlukan uang yang akan disetorkan kepada bank. Pemain juga harus memberikan uang tambahan sebesar satu koin untuk mengambil kartu spesimen koleksi. Spesimen ini bakal menjadi poin perhitungan di akhir permainan. Terdapat lima jenis hewan dari masing-masing spesimen.
Untuk mendapatkan poin, pemain dapat mengumpulkan dari klaim tempat misi, sisa koin di akhir permainan, dan mengumpulkan spesimen. Terdapat empat spesimen, jika ada pemain yang terlebih dahulu memiliki koleksi perwakilan spesimen berhak mendapatkan medali yang dapat menjadi tambahan poin. “Yeeeaaa,” teriak salah satu pemain saat pertama kali berhasil mendapatkan poin yang bernilai paling besar.
Selama permainan yang berlangsung tidak kurang dari satu jam ini banyak pengunjung yang penasaran melihat. Pada umumnya mereka belum paham benar alur permainan dan denda yang dibebankan. Tak jarang teriakan kesal karena tidak mendapatkan giliran move terdengar dari “lapak” Candrageni hingga mencuri perhatian pengunjung. Ya, di event ini dimainkan dua sekaligus board game terbaru Harian Kompas, sehingga pengunjung dapat memilih akan memainkan yang paling seru menurut mereka.
Di akhir permainan, game master akan menghitung perolehan poin yang dikumpulkan oleh masing-masing pemain. Untuk koleksi lengkap spesimen bernilai lima belas, sedangkan kartu misi jika berhasil mengklaim seluruh wilayahnya akan mendapatkan tiga poin, sedangkan koin sisa permainan hanya dihitung satu, berapapun sisanya.
Salah satu pengunjung perkenalan board game terbaru Harian Kompas di Jakarta, Denny Hartanto merasa puas dan penasaran ingin memainkannya lagi. Alur permainan dan denda yang dibebankan kepada pemain lebih menantang dari board game lain yang pernah ia mainkan. Modal koin yang sedikit dan pengeluaran yang banyak hanya demi move dari satu tempat ke tempat lain menjadi tantangan tersendiri. “Penasaran mau main lagi,” katanya.
Untuk memainkan board game yang telah dimiliki hasil dari patungan teman-temannya ini, Denny mencari tempat makan atau kumpul yang buka 24 jam. Lupa waktu adalah hal yang wajar pada saat permainan sudah mulai diputar. “Kalau malam Minggu mulai main di atas jam 11 sampai subuh biasanya,” tutup Galih Candra yang datang bersama Denny dan mereka pergi untuk melihat keseruan yang terjadi di lapak Candrageni, Sabtu (8/7).
Eko Ramdani
Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Institut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta