Suara deru bising dari berbagai jenis kendaraan memasuki indra pendengaranku. Pagi ini, aku mulai berangkat ke Sekolah dengan ditemani tas ranselku yang berada di pundakku. Hari ini adalah hari Senin, hari yang digunakan berbagai lapisan masyarakat untuk memulai aktivitasnya. Salah satunya aku, berangkat menuju sekolah pagi-pagi agar terhindar dari kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta.
Aku menaiki sebuah angkutan umum yang berwarna biru muda yang akan membawa aku ke sekolah. Tiba-tiba, di tengah perjalanan angkutan umum yang kunaiki berhenti mendadak. Sudah menjadi suatu kebiasaan jika terdapat kendaraan umum berhenti sembarangan. Hal inilah juga yang menyebabkan kemacetan di Ibukota semakin parah.
Padahal, di persimpangan jalan ada seorang lelaki paruh baya berperawakan tinggi dan tegap yang sedang mengatur tata tertib lalu lintas. Akan tetapi, sopir angkutan umum yang kunaiki tidak terlihat takut atau menyadari seorang lelaki tersebut. Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya yang tadi berada di persimpangan jalan menghampiri angkutan umum yang kunaiki.
Ternyata, lelaki paruh baya yang sekarang kuketahui adalah seorang polisi. Seketika Polisi tersebut sudah berada di samping pintu sopir angkot. Dia langsung menegur sopir angkutan umum yang kunaiki. Sang sopir pun hanya bisa menurut dan meminta maaf kepada polisi karena telah menyebabkan kemacetan lalu lintas. Akhirnya, angkutan umum yang kunaiki mulai melanjutkan perjalanannya.
Sang sopir pun hanya bisa menurut dan meminta maaf kepada polisi karena telah menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Setelah angkot bergerak beberapa meter, aku berpikir polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Lambat laun, kemacetan lalu lintas mulai merebak ke sepanjang ruas jalan raya yang membuatku tersadar dari pikiranku. Karena, di sepanjang perjalanan ke sekolah, aku merasa bosan akan kemacetan lalu lintas yang memang sering terjadi di Jakarta.
Tiba-tiba suatu terlintas suatu kejadian yang pernah kualami. Sambil menikmati alunan lagu dari headset yang terpasang di telingaku, aku mengedarkan pandangan mataku ke berbagai arah untuk melihat kemacetan lalu lintas yang terjadi. Kulihat, kendaraan lainnya sama dengan angkutan umum yang kunaiki, berjalan dengan lambat.
Aku jadi mengingat kembali akan kejadian yang pernah aku lihat sebelumnya. Ingatanku melayang, di sebuah persimpangan jalan yang macet. Seorang lelaki yang menghampiri angkutan umum berwarna biru tua, karena angkutan umum tersebut sudah melanggar tata tertib lalu lintas. Menurutku, polisi mempunyai tugas utama yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakatnya. Maka dari itu, polisi turun tangan untuk mengatur tata tertib lalu lintas dan menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Pada waktu itu, sedang terjadi kemacetan lalu lintas, angkutan umum biru tua tersebut memilih untuk berjalan di jalur busway untuk mempersingkat perjalanan dan waktunya, padahal jalur busway hanya boleh digunakan untuk bus Trans Jakarta. Ketika sampai di persimpangan jalan, angkutan umum itu pun diberhentikan seorang polisi yang sedang bertugas. Sopir beralasan menggunakan jalur busway karena ruas jalan raya yang macet sekali, sehingga dia tidak mau membuang waktunya. Menurutku, seharusnya sopir berpikir dua kali sebelum bertindak. Tak sengaja aku melihat sopir menggerutu, padahal itu memang salah dia sendiri. Sopir angkutan dan polisi pun beradu argumentasi.
Tak lama, aku melihat polisi tersebut mengeluarkan kertas berwarna biru, yang artinya angkutan umum tersebut ditilang. Sopir angkutan umum diinstruksikan membayar denda ke Bank yang telah ditunjuk atau mungkin ditebus di Pengadilan. Setelah itu, sopir angkutan umum hanya bisa menyesali apa yang dia perbuat dan meminta maaf kepada polisi. Tak lupa juga Polisi menasehati sopir angkutan umum agar tidak mengulanginya lagi. Seketika aku tersadar dari lamunanku ternyata kejadian yang berlalu kembali terulang lagi meskipun beda orang yang melakukan kesalahan. Tak lama, aku sampai di sekolah dengan keadaan selamat.
Hikmah dan keteladanan yang dapat diambil dari perilaku seorang polisi yaitu mereka mengajarkan kita berbagai hal seperti kita harus bersabar dalam menghadapi kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas bisa terjadi karena adanya penguna jalan yang tidak disiplin. Dengan berdisplin dalam berbagai hal kemacetan lalu lintas yang terjadi bisa teratasi. Kita juga harus berani bertanggungjawab atas pelanggaran tata tertib lalu lintas. Seorang polisi juga bisa menyadarkan kita akan peraturan tata tertib dalan berlalu lintas, mengingat kesadaran masyarakat yang masih rendah perlu ditingkatkan.
Setelah kejadian tadi dapat aku simpulkan, bahwa bukan menjadi hal yang aneh bagi kita sebagai warga Jakarta akan kemacetan lalu lintas yang terjadi. Meskipun demikian, kemacetan lalu lintas merupakan keadaan yang menjengkelkan kita sebagai pengguna jalan. Tidak heran jika polisi turun tangan untuk mengatur tata tertib lalu lintas agar tidak berlarut – larut. Salah satu penyebabnya disebabkan oleh banyaknya kendaraan umum yang digunakan dengan waktu bersamaan, entah itu pagi, siang atau malam hari. Jadi aku berharap agar semua pengguna jalan dapat meningkatkan kesadaran berlalu lintas. Dengan cara kita bekerja sama mengatasi kemacetan lalu lintas ini dengan dibantu oleh kepolisian, karena polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum.
Penulis :
Alinasti Rohilawati
SMK Kemala Bhayangkari Delog, Jakarta
Juara II Lomba Menulis