Suhu udara masih 10 derajat celsius akhir September lalu di kota Moskwa, Rusia. Suhu yang masih terasa nyaman untuk berwisata keliling kota sembari menikmati gedung-gedung bersejarah. Tak lupa, belanja pernak-pernik di Pasar Arbat sampai icip-icip cokelat Alenka dengan wajah bayi imut pada pembungkusnya. Vkusnyi! Lezat!
Gerimis di pagi hari dan suasana mendung saat makan siang mempercantik wajah kota. Suasana yang begitu menyenangkan dengan gedung-gedung khas Eropa nan elegan. Gedung-gedung bersejarah yang terawat begitu baik tentunya sangat layak dikunjungi, untuk lalu diabadikan dalam foto. Sayangnya, waktu berwisata begitu sempit. Untuk menebus rasa masygul, berfoto dan menikmati keindahan bentuk bangunan dari fisik luarnya tetap menyenangkan.
Pihak imigrasi Rusia memang ketat dengan urusan waktu dan alasan kunjungan. Rombongan pameran pariwisata Odtkhy Leisure di Moskwa mewakili Kementerian Pariwisata RI hanya mendapatkan lama tinggal sesuai lamanya pameran. Ya, maksimalkan waktu yang ada dan pilih-pilih destinasi, tak harus semua dikunjungi.
Kremlin, Lapangan Merah yang tersohor itu, disarankan tetap menjadi prioritas kunjungan. Sesingkat apa pun sempatkanlah mengunjunginya meski jadwal begitu ketat karena ini tempat yang amat bersejarah dan ikon utama kota Moskwa. Kremlin, bangunan kediaman Presiden Rusia yang dibangun pada abad ke-13. Bangunan berarsitektur gaya Eropa yang luar biasa dari karya maestro arsitek Rusia, Italia, serta arsitek asing lainnya.
Di sekitarnya terdiri sejumlah gereja berkubah. Gereja St Basil salah satu monumen gereja ortodoks Rusia yang paling indah. Kremlin pun menjadi pusat seremonial hingga fungsi agama. Gaya bangunan keseluruhannya memengaruhi bangunan-bangunan Rusia dan sekitarnya di wilayah Eropa.
Pada situs UNESCO, berdasarkan pertimbangan sejarah, keunikan gaya bangunan, hingga fungsi universalnya menjadikan Kremlin dan Lapangan Merah disetujui sebagai warisan budaya dunia pada tahun 1990. Ini disambut dukungan pemerintah setempat yang serius menjaga dan melindunginya.
Jadi, tak perlu ragu menjadwalkan pelesiran ke Kremlin. Apalagi, jika bertemu birunya langit—meski udara tengah dingin—akan menjadi latar tambahan keindahan bangunan di Moskwa. Belum lagi penampakan Istana Presiden Rusia lengkap dengan penjaga tanpa senyum, hingga Gereja Katedral Santo Basil dengan kubah berwarna. Indaaaah….
Selesai dari Kremlin, kita bisa menuju Gereja Putih. Tak perlu singgah lama, tetapi yakinlah berfoto di halaman berlatar gereja itu mengesankan. Amati baik-baik pemandangan gedung di jalan raya. Salah satunya yang akan tertangkap mata adalah gedung perpustakaan Rumiantsev yang merupakan perpustakaan terbesar dan terlengkap di Eropa. Perpustakaan ini menyimpan 43 juta bahan termasuk 15,9 juta buku dan 13,1 juta majalah. Terdapat 17 ruang baca yang mampu menampung hingga 2.100 orang. Selesai berfoto, langsung saja meluncur ke tujuan berikutnya: belanja ke cokelat Alenka.
Cokelat populer
Alenka memang bukan olahan cokelat termahal dari Rusia, tetapi merek yang cukup populer dari Moskwa. Aneka rasanya dan cokelat yang membalutnya mewakili rasa Rusia dengan harga terjangkau sebagai tentengan oleh-oleh pulang ke Indonesia.
Bungkus cokelat yang paling khas adalah adanya wajah bayi perempuan berusia 8 bulan. Produksinya pun mulai tahun 1965 dan karena massal sehingga harganya pun terjangkau. Dan, salah satu toko belanja oleh-oleh yang direkomendasi untuk dikunjungi wisatawan ke Rusia. Lokasinya pun gampang ditemukan. Sebab, toko ini tak jauh dari kantor Kedutaan Besar RI di kota
Moskwa.
Ragam rasa dan ragam bentuk ada. Permen-permen kecil seukuran kelereng kecil sampai batangan tersedia lengkap di rak. Wafer atau biskuit juga banyak. Ada perpaduan cokelat dan
stroberi, jeruk, apel, min, karamel. Seru!
Kotak-kotak basket penuh berisi ragam cokelat. Harganya pun lengkap tertera dengan satuan rubel. Ada pula kotak kaleng eksklusif karena pada sisi atas kotak kaleng terdapat lukisan lokasi ternama di Moskwa. Misalnya, lukisan sungai Moskwa, Kremlin, Gereja Putih.
Pengunjung juga dibebaskan memilih dan menimbangnya sendiri. ”Wah, macam-macam, ya, rasanya. Seru bisa pilah pilih sendiri. Harganya pun terjangkau,” kata Andes Rizky, salah satu pengunjung yang juga rombongan pameran dari Kementerian Pariwisata RI.
Tinggal masukan ke kantong plastik yang tersedia, ingat-ingat kode permen, lalu timbang sesuai kodenya. Harga muncul sesuai timbangan.
Laban Eben Ezer, mahasiswa Indonesia yang belajar di Moskwa, sering mengantar teman atau wisatawan Indonesia di Rusia. Kata Eben, ”Ya, mereka senang belanja di sini. Cokelatnya banyak pilihan, bisa timbang sendiri dan murah katanya. Buat oleh-oleh jadi lebih seru.”
Jika pergi ke ”negeri beruang” ini, tak perlu khawatir tak bisa berbahasa Rusia. Apalagi, warga Rusia seperti di Moskwa sulit diajak berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Gampang mengatasinya. Pergi ke kantor KBRI di Moskwa dan kita akan dibantu dengan pendampingan mahasiswa yang tengah bersekolah di sana.
Eben dan teman-temannya sesama mahasiswa Indonesia yang ada di Rusia biasa menjadi pemandu wisata. Jalan-jalan wisata lebih gampang didampingi para mahasiswa ini yang mahir bahasa Rusia.
Kadang, Eben juga memberi rekomendasi cokelat mana yang enak dan menerjemahkan apa yang tertera dibungkusnya. ”Soal tanggal kedaluwarsa makanan, Rusia tergolong aman. Tanggal yang tertera biasanya tanggal produksi. Mereka ketat memeriksa seluruh rak makanan setiap hari. So, santai saja belanjanya,” ujar Eben.
Malamnya, belanja pernak- pernik di Pasar Arbat. Harganya relatif dan memang susah menawar. Tetapi, tak apa, kualitasnya baik. Boneka kayu
matryoshka khas Rusia yang bisa dibuka dan di dalamnya ada boneka lagi, lagi, dan lagi….
Meski sekejap Moskwa tetap bisa dinikmati dengan belanja, boneka kayu matryoshka, juga cokelat Alenka. Privet! Eto
Moskwa! Hai! Ini Moskwa!
Ayu Sulistyowati
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 November 2016, di halaman 23 dengan judul “PERJALANAN: Privet! Eto Moskwa!”