Juwita Rahmawati (28) bukan sosok asing di industri mode Tanah Air. Wajahnya sering menghiasi media massa sebagai model yang cukup intens melenggak-lenggok di landas peraga. Pengalaman belasan tahun membawanya menjadi ikon Jakarta Fashion Week 2017 yang digelar 22-28 Oktober ini. Wajah Juwita yang khas Indonesia bakal semakin sering dijumpai.
Ditemui di Fashionlink, Senayan City, yang menjual baju rancangan desainer Jakarta Fashion Week (JFW), raut muka Juwita menyiratkan kelelahan. Menjelang perhelatan JFW, jadwal harian gadis dengan tinggi 177 cm ini super padat. Ia harus bolak-balik promosi ke beberapa televisi, radio, hingga terlibat dalam sharing session untuk memperkenalkan JFW yang sudah memasuki penyelenggaraan tahun kesembilan. Selama setahun ke depan, gadis bersapaan Wita ini bakal terus berbicara bagi JFW.
Ketika kami bertemu, Juwita baru saja menjalani sesi perbincangan tentang personal brandingdan public speaking dengan Erwin Parengkuan yang sudah dikenalnya sejak menjuarai Wajah Femina 2013. ”Ini juga baru pulang dari pulau. Mau nge-gym tapi capek banget. Lagi atur diet lagi. Minggu depan JFW sudah mulai. Waktunya bakal penuh banget,” kata Juwita.
Pulau yang dimaksudnya adalah H Island, sebuah pulau dengan kepemilikan pribadi di Kawasan Kepulauan Seribu. Juwita hanya sehari melepas penat sembari snorkeling bersama adik tercinta di pulau itu sebelum pulang ke rumahnya di Kawasan Cibubur. ”Saya cinta banget laut Indonesia. Lebih keren daripada luar negeri. Maunya pulang pergi. Baru sampai rumah dini hari. Paginya sudah harus beraktivitas lagi,” tambahnya.
Jadwal yang superpadat menjelang JFW sudah berlangsung sejak proses pemotretan yang dijalani sejak Juli lalu. Hasil indah jepretan itu bisa disaksikan di setiap sudut JFW yang bakal memajang foto Wita. Bukannya mengeluh, menjadi model memang bukan perkara mudah. ”Saya dulu mikir, enak banget jadi model: jalan pakai baju bagus, pakai make up bagus. Ternyata, butuh kerja keras luar biasa. Tantangannya berat banget,” kata Wita.
Untuk gladi bersih pergelaran JFW saja, Wita harus sudah siap di Senayan City sejak pukul 04.30 dini hari setiap hari selama sepekan ke depan. Sekali bolak balik di lintasan peraga, ia setidaknya harus berjalan 100 meter. Dalam sehari ia bisa memakai enam baju berbeda sehingga harus berjalan sepanjang 600 meter. Jika ditambah dengan geladi resik, dalam sehari Wita bisa bolak-balik melenggok sejauh 1,2 kilometer dengan sepatu hak tinggi yang bisa mencapai 20 cm. Padahal, selama tujuh hari penyelenggaraan JFW, Wita bakal tampil setiap hari dengan total 22 show.
Percaya diri
Di balik tubuhnya yang sekilas tampak ringkih, gadis berambut hitam panjang dengan kulit sawo matang khas tropis ini tergolong sosok kuat. ”Selagi masih muda, optimalkan saja. Lima hal selama bisa dikerjakan bareng kenapa enggak? Kita harus punya self esteem dan self concept. Self concept-ku: lovable, warm, dan energic. Rasa enggak percaya diri biasanya mulai muncul kalau sudah mulai compareama orang lain,” tambah Wita.
Lovable diwujudkannya dengan berusaha peduli dengan kebutuhan orang lain. Dengan membagikan cinta bagi orang lain, ia percaya bahwa akan datang banyak cinta baginya. ”Kebanyakan temanku bilang sih aku caring. Kerjaan ngurusin orang. Ada teman lapar, pasti aku langsung sibuk: mau gue masakin apa? Tanpa aku sadari, tipenya suka ngurusin,” tambahnya.
Kepedulian tersebut diwujudkan dalam hal-hal kecil mulai dari peduli pada rekan kerja sesama model hingga terlibat dalam kegiatan sosial di yayasan sosial Muslim yang dibentuk maminya. Di yayasan itu, Wita terlibat dalam beragam kegiatan antara lain menyantuni anak yatim piatu hingga pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Ayahnya, yang pensiunan perbankan dan sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S-3, memang selalu berpesan agar setiap anaknya belajar menjadi pengusaha, apa pun pekerjaan yang digeluti. Adik-adik Juwita bahkan diikutkan kursus pendek atau sekolah bisnis demi mengasah insting kewirausahaan.
”Aku enggak disekolahin bisnis karena sudah punya insting bisnis. Adik-adik dijejelin sejak kecil. Pengusaha itu jenjangnya luas. Pegawai ada pensiunnya. Semakin berinovasi semakin bisa matang dan explore diri,” ujar Wita.
Saat ini, Wita sedang ancang-ancang merambah bisnis di bidang kecantikan dan mode dengan usaha bulu mata palsu yang direncanakannya akan diluncurkan pada November mendatang. Di dunia mode, ia membuka sekolah mode Dewi Griya dengan dirinya sebagai pemilik sekaligus salah satu pengajar. Sekolah mode tersebut ternyata sangat diminati anak-anak dari usia tiga tahun. Agar tidak membosankan, anak-anak ini pun dikenalkan dengan tarian.
Sangat peduli dengan isu kesehatan, Wita juga sudah membuka bisnis smoothies dengan label Miss Fruits. Berawal dari kebiasaan sarapan smoothies, rekan-rekan sesama model lantas ketagian smoothies buatannya. Untuk gelaran besar seperti JFW, hampir semua teman model sudah memesan smoothies yang dulu diproduksinya sendiri, tetapi kini sudah diproduksi oleh timnya.
Perempuan Indonesia
Dari ayahnya yang hingga kini aktif mengajar sebagai dosen di Universitas Trisakti pula, Juwita belajar untuk menggapai pendidikan hingga level tertinggi. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan S-2 di bidang marketing komunikasi. ”Perempuan harus pintar. Ingin meruntuhkan anggapan bahwa rata-rata model berpendidikan rendah. Ada memang yang enggak kuliah karena dunia mode menjanjikan. Tinggal niat kita saja,” ujarnya.
Tampil begitu cantik di catwalk, sehari-hari Wita lebih menyukai dandanan tipis, paling-paling hanya sedikit memakai pensil alis. Ia pun cuek memilih memarkir mobilnya di tepi jalan dan berpindah memakai jasa transportasi ojek jika harus mengejar waktu di tengah kemacetan lalu lintas. ”Aku panikan, kerjaan harus on time. Model itu perjuangannya luar biasa. Enggak selalu melulu cantik,” tambah Wita.
Lahir di Malang dengan orangtua berdarah campuran Sunda-Gorontalo, Juwita memang merepresentasikan kecantikan perempuan Indonesia. ”Unik bukan hanya sekadar wajah. Interpretasi sangat luas. Yang membuatku percaya diri adalah karena kulitku unik, kulit sawo matang Indonesia. Aku perempuan Indonesia banget. Auranya Jawa. Perempuan harus bisa mandiri dan memberi banyak manfaat positif buat orang sekitar,” kata Wita.
Manfaat positif itulah yang ditebarkan Wita ketika melenggok di lintasan peraga. Mencerminkan perempuan Indonesia yang kuat dan mandiri, wajah Wita adalah wajah berpengharapan perempuan Indonesia
MAWAR KUSUMA
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Oktober 2016, di halaman 17 dengan judul “Taklukkan Lintasan Mode”.