Keberadaan jajanan pinggir jalan atau lazimnya disebut dengan istilah street food adalah pemandangan biasa di banyak kota dan negara di hampir seluruh penjuru dunia.
Untuk kawasan Asia Tenggara saja, pemandangan serupa tak hanya bisa dilihat di Jakarta, tetapi juga di banyak kota lain, seperti Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok (Thailand), Ho Chi Minh (Vietnam), Phnom Penh (Kamboja), atau bahkan Yangon (Myanmar).
Ada sejumlah kesamaan yang bisa langsung terlihat. Selain harganya yang ekonomis alias murah, makanan yang dijual juga langsung diracik dan disajikan di depan konsumen. Lokasi tempat berjualan pun biasanya mudah dijangkau dan diakses, baik berbentuk kios maupun warung-warung kecil di pinggir jalan, atau bahkan berbentuk gerobak atau pikulan pedagang kaki lima.
Pokoknya, asal sedikit tidak keberatan makan di lokasi-lokasi ramai tempat orang atau kendaraan hilir mudik, jajanan pinggir jalan bisa menjadi pilihan utama kebutuhan mengisi perut yang murah meriah jika tengah mengunjungi suatu negara.
Keberadaan jajanan pasar di banyak negara, terutama kawasan Asia Tenggara, kali ini menginspirasi Luke Nguyen, chef berkewarganegaraan Australia keturunan Vietnam, yang jugahost acara jalan-jalan kuliner kanal TLC, ”Luke Nguyen’s Street Food Asia”. ”Setiap kali berkunjung ke satu negara, saya selalu ingin memastikan bisa ikut merasakan dan mengalami budaya setempat, termasuk makanannya,” ujar Luke Nguyen dalam wawancara jarak jauh, Kamis (15/8) lalu.
Luke Nguyen menambahkan, pengalaman langsung dipastikan tidak bisa ia dapatkan jika hanya mencicipi makanan atau masakan di restoran atau hotel terkenal dan mewah. ”Saya pernah mencicipi minuman jamu yang disajikan di hotel mewah. Rasanya enak sekali, manis, dan ada madunya. Namun, saat saya coba cicipi jamu dari ibu-ibu penjual jamu bersepeda di luar, ternyata rasanya jauh berbeda,” ujarnya.
Icip-icip
Lewat acara pertunjukan realitasnya (reality show), ”Luke Nguyen’s Streetfood Asia”, ia berkeliling mengunjungi sekaligus menikmati beragam hidangan sejumlah jajanan terkenal Jakarta. Hal sama yang dia lakukan sebelumnya di Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, dan Bangkok.
Ada beberapa nama dan lokasi jajanan pinggir jalan terkenal di Jakarta yang dia kunjungi selama beberapa hari pada sekitaran Agustus lalu. Beberapa di antaranya nasi goreng kambing di Kebon Sirih, nasi goreng gila dan martabak savoury di Jalan H Agus Salim, Menteng, ketan susu Kemayoran, serta gado-gado, soto ceker, dan mi ayam bakso di Jalan Karet Pasar Baru Timur.
Dia juga berkunjung dan mencicipi soto betawi Afung di Gang Gloria, Pancoran, Nasi Kapau Sabana Asli di Kramat Raya, serta juga sate ayam dan kambing H Romli.
Menurut Luke Nguyen, dirinya biasanya memilih penjual yang sudah lama berjualan dan punya banyak pelanggan setia. Penjual berpengalaman panjang seperti itu bisa dipastikan akan selalu serius menjaga kualitas dagangannya.
Selama di Jakarta dan berkeliling mendatangi para penjual jajanan pinggir jalan itu, Luke Nguyen tidak sekadar mencicipi, tetapi juga ikut merasakan, menyaksikan, sekaligus mengalami memasak di dapur setiap tempat yang dia datangi.
”Bagi saya, ikut terlibat dalam proses memasak adalah pengalaman luar biasa. Seperti saat saya mendatangi penjual nasi goreng kambing. Saya melihat kuali besar yang mereka gunakan, bagaimana kerepotan mereka mengolah bumbu, memasak daging kambing, dan semua bahan. Sekitar satu setengah jam saya berada di sana dan ikut membantu memasak,” ujar Luke Nguyen.
Dari sejumlah jajanan yang Luke Nguyen datangi dan cicipi, dirinya mengaku terkesan dan suka saat mencoba mi ayam bakso. Tak hanya rasanya yang, menurut Luke Nguyen, lezat, cara pedagang mi meracik dan menyajikan dagangannya dinilai mengesankan. Dia juga menyukai kelezatan aoto betawi atau bahkan merasa sangat tertantang saat mencicipi petai bakar atau minuman jamu.
Semua pengalaman dan pemandangan seperti itu, tambah Luke Nguyen, tak akan pernah bisa dia dapatkan jika makan di restoran besar atau hotel. Selain itu, dia mengaku takjub dengan beragam variasi nasi goreng, yang diketahuinya merupakan salah satu penganan khas Indonesia.
”Selain nasi goreng kambing, juga ada namanya nasi goreng gila. Waktu saya tanya kenapa dinamai itu, mereka memang tak dapat menjelaskan. Namun, saat saya perhatikan proses membuatnya, ada banyak bahan dimasukkan dan dicampur. Wow! itu jelas terlihat gila,” ujarnya tertawa.
Lebih lanjut saat ditanya, Luke Nguyen menyatakan tidak terlalu khawatir soal kebersihan dan kesehatan jajanan pinggir jalan yang dimakannya selama ini. Menurut dia, ada tiga hal yang akan dia perhatikan dan pastikan terlebih dulu sebelum memutuskan untuk membeli dan mencicipi makanan di satu tempat.
Pertama, dia akan memilih warung makan atau restoran pinggir jalan yang ramai didatangi para pembeli lokal. Kedua, dia akan terlebih dulu memastikan bahan baku masakan mudah terlihat sehingga dia bisa memastikan tingkat kesegarannya.
”Terakhir, pastikan juga lokasi tempat berjualan memang dekat dengan pasar segar,” ujar Luke Nguyen membagi kiat-kiatnya.
Luke Nguyen lebih lanjut memuji makanan Indonesia yang, menurut dia, unik. Dalam satu makanan, rasanya bisa sekaligus lembut tetapi juga renyah. Aroma dan rasa rempahnya juga kaya. Dengan begitu, ada banyak rasa dan pengalaman seolah bermunculan menggoyang lidah saat makanan dikunyah.
Lebih lanjut acara ”Luke Nguyen’s Street Food Asia” edisi Jakarta itu dijadwalkan akan tayang dalam dua kesempatan, pada 3 dan 10 Oktober mendatang di kanal TLC, Discovery Network.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2016, di halaman 18 dengan judul “Icip-icip Jajanan Pinggir Jalan Jakarta Luke Nguyen”.