Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Selatan, cita rasa masakan Bengkulu banyak mendapat pengaruh dari ketiga daerah tersebut. Pengaruh tersebut melebur membentuk identitas tersendiri bagi masakan bengkulu. Seperti apa?
Jika kebetulan sedang berkunjung ke Bengkulu dan ingin mencicipi masakan khas Bengkulu, salah satu yang bisa dikunjungi adalah Rumah Makan Inga Raya di Jalan Pantai Pariwisata. Bisa dicapai 5-10 menit dari pusat Kota Bengkulu, lokasi Inga Raya berada di tepi pantai sehingga pengunjung mendapat bonus pemandangan laut lepas yang menawan.
Inga merupakan panggilan untuk kakak perempuan tertua di Bengkulu. Adapun Raya merupakan panggilan akrab Rokhayani, nama pemilik rumah makan ini yang menjadi kakak tertua di keluarganya. Rokhayani menjadi kunci cita rasa masakan Inga Raya. Ia masih memasak semua menu yang disajikan.
Pengunjung bisa memilih untuk duduk di kursi-kursi yang menghadap meja atau di dalam saung-saung yang mengelilingi bagian luar rumah makan. Konsep makannya serupa dengan di rumah makan padang, yakni semua jenis makanan disajikan dalam piring-piring lalu pengunjung memilih apa yang ingin disantap.
Karena lokasinya yang dekat dengan laut, makanan yang diolah sebagian besar adalah sari laut. Sajian itu dilengkapi dengan olahan sayur-sayuran sebagai penyeimbang. Siang itu di hadapan kami tersedia gulai kepala kakap, tempoyak udang, bagar hiu, pendap ikan pais, kepala kakap ruku-ruku, rebung asam, dan gulai timun cendawan. Ada pula sayur terung, kacang panjang, daun unji, dan bunga kecombrang yang dimasak dengan kuah santan.
Meskipun hampir semua masakan menggunakan santan, rasa masakan tersebut tetap terasa ringan di lidah karena santan tidak kental. Itulah salah satu yang membedakan masakan bengkulu dengan daerah sekitarnya.
Salah satu makanan favorit kami adalah pendap ikan pais. Penampilannya mirip pepes. Rizki (29), pengelola rumah makan Inga Raya, mengatakan, ikan yang diolah untuk pendap ikan pais biasanya sejenis ikan kakap, tetapi bisa juga jenis ikan yang lain. Ikan digiling hingga halus lalu dicampur dengan berbagai bumbu, seperti parutan kelapa muda, asam, laos, kunyit, kemiri, ketumbar, bawang merah, bawang putih, daun jeruk purut, dan cabai.
Campuran ikan dan bumbu itu kemudian dibungkus daun keladi atau daun talas. ”Daun keladi dibersihkan, lalu dipakai membungkus adonan. Daunnya jangan yang setelah kena hujan, nanti bikin gatal tenggorokan,” kata Rizki.
Selain itu, daun keladi harus sering-sering diambil untuk dimasak. Pastikan juga, daun keladi benar-benar bersih ketika dicuci untuk menghindari gatal.
Daun keladi yang telah diisi olahan ikan kemudian direbus selama beberapa jam di dalam air yang diberi garam, daun salam, dan serai untuk mengeluarkan aroma khasnya. Setelah matang, balutan daun keladi yang mirip bungkusan ini kemudian dibelah menjadi beberapa bagian.
Begitu dicicipi, rasa rempah yang kuat langsung menyapa lidah dengan dominasi rasa kunyit di sana. Demikian pula rasa pedas cabai yang menyengat, membuat lidah panas, tetapi nikmat. Ikan yang lembut berpadu dengan daun keladi yang bertekstur. Jika dimakan dengan nasi putih panas, hampir pasti tidak akan cukup jika hanya ditemani dengan satu potong pendap ikan pais ini.
Selain pendap, tempoyak udang juga menjadi menu yang wajib dicoba. Masakan ini terbuat dari fermentasi durian yang ditambah cabai giling dan santan. Asam, manis, pedas berpadu menjadi rasa utama yang mengiringi bahan makanan yang dicampur dengan tempoyak ini. Jika tidak suka udang, bisa diganti dengan ikan atau cumi.
Menu favorit lainnya adalah kepala kakap ruku-ruku, yakni kepala kakap dengan kuah gulai yang tidak kental ditambah daun ruku-ruku. Daun ini mirip daun kemangi yang memberi rasa segar dan menetralisir aroma amis ikan.
Kuah gulai
Rata-rata masakan bengkulu mengandung kuah gulai. Sayur yang dimasak pun kerap dibubuhi kuah gulai. Hanya saja, gulai pada masakan bengkulu tidak sekental dan sepekat gulai dari daerah lainnya. Cita rasanya pun lebih ringan sehingga menyantap sekaligus beberapa jenis masakan yang mengandung gulai pun masih bisa ditolerir oleh perut.
”Kadang-kadang ada pengunjung yang minta makanan baru dimasak saat itu dengan santai yang lebih cair dan itu kami layani,” kata Rizki.
Salah satunya masakan bergulai itu adalah gulai timun cendawan. Timun yang dimasak dipilihkan dari yang sudah tua agar tidak pahit. Cendawan atau jamur yang berwarna coklat disuwir kecil-kecil. Rasanya kenyal seperti daging. Rebung asam pun dimasak dalam kuah gulai. Seperti namanya, rasanya sedikit asam dan segar. Cocok untuk mengimbangi masakan lain dengan rasa rempah yang lebih kuat.
”Hampir 70 persen masakan bengkulu memakai santan. Rata-rata dimasak gulai, hanya isinya yang berbeda sehingga rasanya pun berbeda. Bumbunya juga lebih halus, tidak pekat. Di tempat kami gulainya dibuat ringan dan tidak terlalu kental,” kata Rizki.
Diberkati dengan lautan, sari laut yang disajikan Inga Raya juga segar karena langsung diperoleh dari tangkapan para nelayan. Namun, karena alam tidak pernah bisa diprediksi, kadang-kadang mereka juga kekurangan ikan karena nelayan tidak melaut.
Seperti ikan gleberan, menu favorit lain, yang hari itu tidak bisa kami santap karena tidak ada pasokan dari nelayan. Sudah sepekan ikan itu absen dari tangkapan nelayan. Biasanya ikan gleberan yang sebesar ibu jari itu digoreng garing lalu disantap dengan sambal.
Sejak dibuka tahun 2011, Inga Raya ramai didatangi pengunjung. Tidak sedikit yang berasal dari luar kota hanya untuk menikmati beragam masakan khas Bengkulu di sini. Rumah makan buka pukul 09.00-21.00. Selesai bersantap, pengunjung bisa menikmati deburan ombak berteman angin laut yang segar. Perut kenyang, hati riang. Aaah, nikmatnya….
FRANSISCA ROMANA NINIK & SRI REJEKI
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Agustus 2016, di halaman 29 dengan judul “Ingat-ingat Inga Raya”.