Daun beterbangan ditiup angin. Pohon-pohon menampakkan ranting yang mulai ditinggal daunnya. Warga berjaket berjalan cepat mengejar bus, menuju stasiun kereta api. Di sisi jalan lain warga memacu sepeda kayuh menerobos keramaian. Pagi itu pengukur suhu udara menunjukkan angka 10 derajat celsius.
Di sudut taman, warga berpayung merah berjalan menikmati pagi yang basah. Tangannya memegang tali yang tersambung ke anjing. Bersama mereka menikmati pagi di antara pepohonan yang berjajar membentuk lorong panjang. Di sisi lain, seorang bocah duduk di atas kuda-kudaan yang berputar.
Di sepanjang jalan, toko yang menjual pakaian merek terkenal bertebaran, bersaing dengan kafe-kafe yang menjajakan makanan dan minuman hangat. Pakaian hangat dengan aneka warna dan desain menjadi pajangan utama di toko-toko tersebut.
Begitulah sepenggal pemandangan di salah satu sudut kota Toulouse, Perancis, pertengahan Oktober lalu. Kesempatan menikmati sepenggal musim gugur di Toulouse ini kami lakukan di sela-sela melihat produksi pesawat Airbus A350-900 pesanan maskapai Singapore Airlines. Rombongan di antaranya berasal dari Indonesia, Singapura, Australia, Jepang, Turki, dan India.
Toulouse merupakan ibu kota daerah Midi Pyrenees. Keberadaan industri pesawat terbang Airbus, elektronik, dan perguruan tinggi membuat kota ini berkembang pesat. Toulouse merupakan kota terbesar keempat di Perancis setelah Paris, Marseille, dan Lyon. Toulouse juga bertetangga dengan kota Bordeaux yang terkenal dengan anggur dan produk wine-nya.
Bangunan di kota Toulouse, khususnya di pusat kota, didominasi dengan tembok bata merah. Karena banyaknya bangunan tersebut, Toulouse dikenal dengan julukan ”Pink City”.
Heru Sri Kumoro
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 November 2016, di halaman 31 dengan judul “Foto Pekan Ini: Musim Gugur di Toulouse”.
