Aktivitas berkesenian seakan hidup di setiap pelosok wilayah Kabupaten Gianyar, Bali. Melintasi ruas Jalan Raya Batubulan-Jalan Singapadu, Kecamatan Sukawati, menuju kawasan Ubud, di kiri-kanan jalan berderet patung dan relief bercorak Bali yang dipajang di depan rumah warga. Hasil kerajinan warga itu bukan sekadar pajangan penghias, melainkan juga barang yang dijual.
Tidak hanya lelaki, perempuan di wilayah Singapadu juga menghidupkan seni ukir patung berbahan padas atau campuran serbuk padas dan semen. Kamis (28/7) pagi, Ni Made Murdiasih (43) tengah menatah patung berbahan padas. Murdiasih berada di antara jajaran patung yang dipajang di depan rumahnya.
”Sekarang sedang sepi. Tetapi, satu-dua pembeli masih ada yang membeli patung,” katanya dengan ramah. Pagi itu, Murdiasih menyelesaikan patung berbentuk mahkota. Ia mengatakan, patung itu untuk dijual.
Suasana di kawasan Sukawati tersebut seolah mengantarkan wisatawan menuju Ubud, ikon wisata Gianyar, bahkan Bali. Ubud merupakan desa wisata internasional yang memiliki vibrasi spiritual dan seni, budaya, serta alam yang memesona. Dari Ubud-lah kepariwisataan Gianyar berawal. Dalam situs Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar disebutkan, ini bermula pada 1920-an saat Walter Spies, pelukis kelahiran Jerman, menetap di Ubud.
Setelah Spies, sejumlah seniman asing lain, seperti Rudolf Bonnet dan Arie Smit dari Belanda, juga datang ke Ubud untuk menemukan inspirasi kreasi mereka. Pendiri Neka Art Museum, Pande Wayan Suteja Neka, mengatakan, seniman-seniman menebarkan pengaruh seni modern kepada masyarakat setempat yang di nadi mereka sudah mengalir darah seni.
Pengaruh kolaborasi seni tradisional dan seni modern itu berlanjut sampai sekarang. Di seputaran Ubud bertumbuh subur museum dan galeri seni, antara lain Museum Ratna Warta, Museum Seni Agung Rai (Arma), dan Museum Seni Neka.
”Ubud juga dikenal sebagai desa seniman lukisan dan patung karena kehidupan berkesenian melukis tumbuh di sejumlah desa di Ubud,” kata Neka ketika dijumpai di Museum Seni Neka.
Napas kesenian Bali
Museum-museum di Ubud bukan sekadar tempat menikmati karya-karya seni, melainkan juga tempat menyaksikan napas kesenian Bali dihidupkan terus-menerus. Di Museum Seni Agung Rai, misalnya, tunas-tunas muda dilatih menari atau memainkan gamelan Bali. Kehidupan berkesenian juga dijaga di Puri Saren Agung, Ubud, melalui pementasan tari bali setiap malam.
Dengan pesonanya itu, Ubud berulang kali memperoleh penghargaan dari masyarakat dunia. Trip Advisor pada 2016 menempatkan Ubud sebagai satu dari 10 destinasi terbaik di Asia dan dunia. Pada 2010, pembaca Conde Nast Traveller memilih Ubud sebagai kota terbaik se-Asia.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Anak Agung Dalem Jagadhita menyatakan bersyukur Gianyar memiliki beragam potensi kepariwisataan. Di Gianyar terdapat belasan obyek dan atraksi wisata yang nyaris tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Obyek wisata itu berada di kawasan utara hingga selatan Gianyar, mulai dari Payangan, Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Gianyar, hingga Blahbatuh dan Sukawati.
Selain menjadi daerah tujuan wisata, Gianyar juga merupakan jalur pelintasan wisata dari Badung dan Denpasar menuju obyek wisata yang terdapat di kawasan Bali tengah, misalnya Penelokan dan Kintamani di Bangli. ”Kabupaten Gianyar memiliki keunikan dibandingkan kawasan wisata lain di Bali,” kata Jagadhita, Rabu (27/7).
Komang Adi, pemandu wisata mandiri, menyebutkan, budaya menjadi kekuatan pariwisata Gianyar, selain panorama alam dan atraksi wisatanya. Keanekaragaman seni, adat, dan budaya masih lestari dan berkembang di Gianyar.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan, yang aliran sungainya membentang dari utara Gianyar hingga selatan, misalnya, kaya akan peninggalan seni dan budaya Bali peradaban masa lampau. Di sepanjang DAS Pakerisan, termasuk Petanu, terdapat sejumlah situs berupa candi atau pertapaan berikut artefak peninggalan masa Kerajaan Bali abad ke-10 Masehi, misalnya Tirta Empul atau Candi Tebing Gunung Kawi di Tampaksiring.
Di kompleks Tirta Empul yang lokasinya berdekatan dengan Istana Kepresidenan Tampaksiring terdapat mata air yang airnya difungsikan oleh masyarakat di Bali untuk kepentingan keagamaan dan sosial. DAS Pakerisan dan Petanu termasuk lanskap subak Bali yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia.
”Monumen-monumen sejarah dan budaya itu menjadi living heritage dan daya tarik pariwisata di Gianyar,” ujar Jagadhita. Gianyar adalah primadona bagi wisatawan yang mencari obyek wisata budaya.
Destinasi baru
Gianyar juga memiliki beragam obyek wisata berbasis alam yang menarik untuk dinikmati. Rasakan sensasi menyusuri Sungai Ayung di Ubud dengan rafting, berselancar di Pantai Keramas, atau melihat dari dekat kehidupan beraneka fauna di Bali Safari and Marine Park.
”Saya baru pertama kali ke Bali. Saya tertarik melihat banyak binatang yang jarang saya temui di negara saya,” kata Vladimir, wisatawan asal Rusia, ketika berada di Bali Safari and Marine Park, Gianyar, akhir Juli lalu.
Manajer Operasi Bali Safari and Marine Park I Ketut Suardana mengatakan, Bali Safari and Marine Park adalah jejaring Taman Safari Indonesia. Kawasan taman safari dan obyek wisata seluas 40 hektar lebih yang dibangun pada 2007 itu kini memiliki sekitar 600 binatang dari puluhan spesies. Binatang-binatang itu diberi taman menyerupai habitat alaminya.
”Taman Safari Indonesia di Gianyar ini juga menjadi tempat rekreasi selain sebagai lembaga konservasi binatang langka,” ujar Suardana yang didampingi Misye Batubara dari Bagian Pemasaran dan Komunikasi Bali Safari and Marine Park.
Keberadaan wisata rafting, surfing, atau taman wisata semakin melengkapi destinasi dan atraksi wisata di Gianyar. Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Bali I Ketut Ardana mengatakan, obyek wisata baru tersebut menambah daya tarik wisata Bali, termasuk Gianyar.
”Pasti berdampak terhadap kunjungan wisatawan ke Bali,” kata Ardana. ”Bali perlu obyek-obyek wisata baru yang tidak merusak alam untuk menambah keunggulan Bali dan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Bali,” lanjutnya.
Agar wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Gianyar memperoleh kesan baik, Pemerintah Kabupaten Gianyar pun menyiapkan masyarakatnya. Jagadhita mengatakan, Pemkab mengadakan penyuluhan bagi pengelola obyek wisata dan pelatihan untuk pemandu wisata di obyek-obyek wisata, khususnya yang dikelola dengan melibatkan masyarakat setempat.
Pemkab Gianyar juga mengajak pihak sekolah pariwisata untuk memberikan pelatihan kepariwisataan kepada pemandu wisata di obyek wisata itu. Langkah ini untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan sumber daya manusia yang mengelola pariwisata di obyek wisata yang ada.
”Wisatawan harus memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang obyek wisata yang mereka datangi. Pengelola wisata dan pemandu wisata harus mampu memberikan informasi yang benar tentang kawasan wisata di tempatnya,” tutur Jagadhita.
Cokorda Yudistira
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Agustus 2016, di halaman 23 dengan judul “Kabupaten Gianyar: Denyut Wisata Budaya di Bali”.