Wellington, ibu kota Selandia Baru yang berpenduduk tak lebih dari 400.000 jiwa, memukau wisatawan dengan keindahan alam tiada tara. Terletak di ujung selatan North Island (Pulau Utara), di antara pelabuhan gemerlap dan perbukitan hijau, kota ini tak hanya gugusan alam yang mengesankan, tetapi juga menyenangkan dengan keramahan warganya.
Begitu menapakkan kaki di Bandara Internasional Wellington, suguhan keramahan itu sudah bisa dirasakan dari layanan petugas imigrasi yang murah senyum. Ketatnya pengamanan pangan, seluruh bahan makanan hingga perlengkapan luar ruangan yang dibawa pengunjung harus dilaporkan, tak lagi menjadi beban karena petugas sigap membantu.
Beberapa jenis makanan seperti madu memang tak diizinkan dibawa masuk ke Selandia Baru. Bahan makanan lainnya diperiksa ekstra ketat agar tak menjadi pintu masuknya hama dan penyakit yang membahayakan keamanan pertanian ataupun peternakan lokal. Dilingkupi gunung dan lautan, Selandia Baru memang menjadi produsen aneka produk pertanian dan peternakan penting.
Kamis (24/3)
Pukul 14:00
Kota yang dijuluki ”The Coolest Little Capital in the World” itu masuk kategori empat kota yang paling layak dikunjungi oleh Best in Travel 2011. Menggabungkan gemerlap kota besar dan kebersahajaan pedesaan, ibu kota politik Selandia Baru ini bisa dijelajahi dalam waktu satu hari. Perjalanan dimulai dari Willis Wellington Hotel dengan kendaraan mobil roda empat.
Pukul 15:00
Dalam perjalanan menuju Mount Victoria, wisatawan bisa mengambil gambar diri dengan latar belakang tulisan Wellington sebagai penanda kota di atap sebuah bukit di Kawasan Miramar yang terletak di pinggiran kota. Tiga huruf terakhir pada kata Wellington tampak hampir terbang tertiup angin. Wellington juga dikenal sebagai kota paling berangin di dunia. Puas berfoto, perjalanan mengarah ke Weta Cafe yang merupakan bengkel pengerjaan dan toko model miniatur tokoh film, termasuk Lord of The Rings, The Hobbit, Avatar, King Kong, dan Narnia.
Pukul 15:30
Tiba di Puncak Mount Victoria yang menghadirkan pemandangan 360 derajat kota Wellington. Dari ketinggian, tampak pelabuhan dan lautan hingga ke selatan serta permukiman penduduk Wellington. Mount Victoria merupakan bagian dari Wellington Town Belt, tanah yang disisihkan oleh Pemerintah Kolonial Selandia Baru pada 1841 untuk tempat rekreasi bagi penduduk Wellington. Tak heran jika pengunjung betah berlama-lama menikmati udara pegunungan di lokasi ini.
Mount Victoria menjadi surga bagi pejalan kaki, pesepeda, hingga pendaki gunung. Bagi wisatawan yang berkendara mobil, akses mobil dan bus bisa melalui Alexandra Road, sedangkan jalur pejalan kaki melalui Oriental Parade dan Majoribanks Street. Di lereng-lereng gunung sekitar Mount Victoria inilah, sutradara Peter Jackson yang kelahiran Wellington membuat film pertama dari trilogi Lord of the Rings.
Pukul 17:00
Kembali ke kawasan pusat kota Wellington. Kawasan ini ideal untuk pejalan kaki menyusuri pusat perbelanjaan, kafe, hingga restoran. Sayangnya, pusat perbelanjaan di Cuba Quarter sudah tutup pada pukul 17:00 setiap hari. Alih-alih belanja, menjajal aneka restoran mulai dari makanan Asia hingga makanan lokal menjadi pilihan yang menarik. Berkunjung menyaksikan keunikan arsitektur gedung parlemen juga cukup mengasyikkan.
Pukul 19:00
Dengan berjalan kaki, penjelajahan ke tepi laut Wellington pada sore hingga malam hari menjadi petualangan yang menarik. Sepanjang perjalanan menyusuri Queens Wharf, Museum Nasional Te Papa, Chaffers Marina, dan Oriental Bay, wisatawan bisa menyaksikan kesibukan aneka kapal di dermaga pelabuhan.
Tepian pelabuhan sekaligus menjadi lokasi untuk memajang sejumlah piagam peringatan atau karya seni menarik. Sebuah piagam didedikasikan bagi Paddy the Wanderer, seekor anjing yang menjadi selebriti setelah dirawat pekerja dermaga dan pengemudi taksi dari 1928 hingga 1939. Ada pula patung Solace of the Wind karya Max Patte berupa patung pria telanjang di pelabuhan di samping Museum Te Papa.
Jumat (25/3)
Pukul 09:00
Perjalanan 30 kilometer ke arah utara dari kota Wellington menuju Teluk Pukerua yang terletak di Porirua. Pukerua Bay juga dikenal sebagai tempat kelahiran dan rumah masa kecil sutradara Peter Jackson. Pantai di Teluk Pukerua menjadi lokasi menarik untuk pengamatan burung laut seperti burung common tern. Dari teluk ini, pengunjung juga bisa melihat bayangan Pulau Kapiti yang menjadi cagar alam bagi beragam binatang paling terancam punah di Selandia Baru, antara lain burung kiwi.
Pukul 12:00
Selain menikmati keindahan pantai di Pukerua Bay, jangan lupa mencicipi sajian es krim di Lindale Tourist and Agricultural Centre, tempat mencicipi keju kapiti dan es krim khas setempat. Lokasi ini juga berdekatan dengan Museum Southwards Car yang memiliki koleksi mobil antik dan unik terbesar di belahan bumi selatan. Namun, karena kami tiba ketika libur Paskah, semua museum dan lokasi wisata tutup bagi wisatawan.
Pukul 15:00
Pengunjung Wellington biasanya datang untuk melihat museum, tempat bersejarah, dan galeri, termasuk ke Museum Nasional Te Papa. Di Museum ini, sejarah, seni, dan budaya masyarakat Selandia Baru ditampilkan dalam pameran yang seru dan menarik. Didirikan di tepi laut Wellington, Te Papa merupakan museum yang paling banyak dikunjungi di Australasia dan bebas biaya masuk untuk sebagian besar pameran. Jika museum tutup, berkunjung ke seputaran pantainya kala matahari terbenam juga menjadi pengalaman yang mengasyikkan.
Pukul 16:00
Berjalan kaki sekitar sepuluh menit dari Museum Te Papa ke Old St Paul’s, wisatawan bisa memasuki gereja tua yang dibuka untuk wisata. Di gereja ini, tak ada lagi pelayanan ibadah yang digelar karena jemaat telah dipindahkan ke gedung gereja yang baru. Bangunan Old St Paul’s terasa hangat karena seluruhnya terbuat dari kayu dengan gaya gotik katedral.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 April 2016, di halaman 31 dengan judul “AVONTUR 24 JAM: Wellington”