Po, panda lucu yang jago kungfu, kembali hadir dalam ”Kungfu Panda 3”. Kisah Po dan kawan-kawan bukan sekadar fabel dari binatang yang jago bela diri, melainkan soal motivasi bahwa siapa pun boleh bermimpi menjadi apa saja.
Setelah dua film pendahulu, Kungfu Panda dan Kungfu Panda 2, bagaimana kisah Po akan digulirkan? Po adalah panda bernasib baik yang terpilih sebagai Ksatria Naga akibat ”kecelakaan” atau ketidaksengajaan. Namun, ia menjalani takdirnya sebagai Ksatria Naga dengan kerja keras seperti dikisahkan dalam Kungfu Panda. Dengan segera, Po dapat mengimbangi kemampuan Lima Pendekar (The Furious Five), murid-murid senior Oogway.
Po sebenarnya bukan gambaran ideal sosok pendekar kungfu. Untuk membawa tubuhnya sendiri pun ia sering kesulitan. Bertubuh besar dan perut tambun, Po tidak pernah kehilangan mimpi untuk menjadi pendekar kungfu. Idolanya adalah Lima Pendekar yang poster dan boneka figurnya ia simpan di kamar. Namun, toh, jalan hidup membawanya menjadi pendekar dan murid Oogway, pendekar kungfu yang disegani.
Meski menjadi pendekar pilihan, Po tetap bersikap seperti layaknya ”remaja” biasa, yang spontan, suka bermain-main, dan terkadang labil menghadapi permasalahan hidup yang menghadang.
Alur cerita
Seperti alur pada dua film sebelumnya, Kungfu Panda 3 akan diawali dengan latar belakang yang menuntun jalan cerita selanjutnya. Hidup Po yang sudah mengejutkan itu kembali dikejutkan dengan meninggalnya Oogway. Tugas mengajar para pendekar tiba-tiba dibebankan kepada Po.
”Saya tidak tahu mengapa Oogway memilihmu. Ia melihat sesuatu yang besar dalam dirimu. Lebih besar dari yang bisa dibayangkan,” kata Shifu, pendekar yang semula bertugas mengajar para murid.
Sebelumnya, ia dikejutkan dengan pertemuan tak terduga yang menjadi jawaban dari mimpi-mimpi dalam tidurnya pada malam hari. Po bertemu dengan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Pertemuan yang membahagiakan ini sekaligus menimbulkan konflik komedikdengan Mr Ping, ayah angkatnya yang seekor angsa.
Menjadi anak dari seekor angsa tentu pertanyaan besar bagi Po. Ia kebingungan akan jati dirinya. Secara sambil lalu, Ping pernah berujar, ia berasal dari telur walaupun kemudian bercerita bahwa Po ditemukan dalam sebuah keranjang di depan rumahnya.
Di tengah kegalauannya mencari jati diri, Po harus menghadapi serangan Kai yang mengincar chi dalam diri Po. Kai menyerang para pendekar dan mengisap chi atau energi mereka. Hanya chi Oogway yang belum bisa ia isap karena dititipkan pada seorang muridnya, yakni Po.
Jika pada Kungfu Panda 2 ajaran inner peace atau damai jiwa menjadi kunci menghadapi tantangan. Kali ini, inti ajaran adalah chi yang menjadi kata kunci untuk menghadapi Kai. Namun, tidak mudah membangkitkan, apalagi menggunakan chi. Seorang Shifu butuh berlatih 30 tahun dan baru mampu membuat bunga mekar dengan energi chi-nya.
Rupanya, kisah tentang chi ada hubungannya dengan cerita lampau Oogway dan Kai. Mau tidak mau, Po pun terlibat dalam kisah masa lalu keduanya yang ternyata juga terkait dengan jati dirinya.
Sayangnya, Po hanya punya sedikit waktu untuk menguasai chi. Celakanya lagi, Desa Panda yang menjadi gantungan Po untuk menguasai chi gagal menjawab harapannya. Tidak ada lagi penduduk setempat yang menguasai bahkan mengenal apa itu chi. Po semakin terjepit karena Kai terus memburunya hingga ke Desa Panda. Bebannya ganda karena harus melindungi para penduduk desa tersebut.
Po sudah tidak berpikir lagi tentang chi. Apa yang ia lakukan adalah semata untuk menyelamatkan diri dan seluruh penduduk desa. Ia tidak mungkin meninggalkan mereka yang pasti akan menjadi sasaran angkara murka Kai. Selama di desa ini, Po telah belajar banyak. Ia belajar menjadi panda dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan alami panda. Kebiasaan yang membantunya mengenali diri.
Bagaimana Po melatih para penduduk desa untuk bertahan dan sekaligus punya kemampuan untuk menyerang balik adalah inti dari nilai yang dibenamkan dalam film ini. Po akhirnya paham bahwa untuk menguasai chi, ia harus mengenal jati dirinya. Pemahaman yang juga ia terapkan ketika mengajarkan gerak dan nilai-nilai kungfu kepada orang lain. Ia tidak mengajar untuk mengubah murid-muridnya menjadi seperti apa yang ia inginkan, tetapi untuk menjadi diri mereka masing-masing.
Film Kungfu Panda 3 tetap mudah dipahami meski penonton tidak mengikuti dua film pendahulunya. Tokoh-tokoh dan latar belakang cerita dikenalkan secara mengalir dalam jalan cerita. Inilah salah satu tafsir dan pendekatan Hollywood terhadap budaya timur. Meski mengambil cerita timur, yakni kehidupan pendekar kungfu dengan lanskap Tiongkok yang kental, gaya bicara Po dan kawan-kawan dibuat ala Barat.
SRI REJEKI
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2016, di halaman 22 dalam rubrik “Panda Lucu Bertarung Mencari Jati Diri”
Comments are closed.