”Saya membuat video bukan untuk mengajarkan main gim yang benar. Saya ingin video itu seolah-olah orang-orang duduk di samping saya dan kita bermain gim bersama,” kata Felix Kjellberg (26) dalam wawancara dengan Katie Couric pada 2 Desember lalu.
Lima tahun silam, pria yang tenar sebagai PewDiePie ini pertama kali mengunggah video ke YouTube. Sekarang Kjellberg yang asal Swedia dan kini menetap di London itu adalah bintang paling besar di YouTube dengan 40 subscriber dan videonya meraih 10 miliar view. Padahal, penduduk dunia saja tak sampai 10 miliar.
Penghasilannya? Tak kurang dari 12 juta dollar Amerika Serikat per tahun. Selain itu, dia juga diundang ke sejumlah negara untuk bermain gim. Kini, PewDiePie juga meluncurkan buku bertitel This Book Loves You.
Di luar PewDiePie, ada banyak bintang yang meraih ketenaran lewat layar kecil. Menurut majalah Forbes, YouTuber peraih penghasilan tertinggi setelah Kjellberg adalah duo sahabat sejak kecil Smosh (Ian Hecox dan Anthony Padilla), Fine Brothers (Benny dan Rafi Fine) yang sama-sama meraih 8,5 juta dollar AS, serta pemain biola Lindsey Stirling dengan 6,5 juta dollar AS.
Lalu duo insinyur jebolan North Carolina State University, Rhett and Link (Rhett McLaughlin dan Charles Lincoln Neal III) serta KSI alias Olajide Olatunji yang semula komentator video seperti Kjellberg tetapi kini juga menjadi penyanyi. Mereka sama-sama menghasilkan 4,5 juta dollar AS.
Setelah itu ada Michelle Phan dengan 3 juta dollar AS. Dia terkenal sebagai beauty vlogger karena videonya tentang kecantikan, termasuk tip dan trik berdandan ala Angelina Jolie, Lady Gaga, dan Barbie.
Komedian dan penyanyi Lilly Singh terkenal sebagai Superwoman dan mendapatkan penghasilan 2,5 juta dollar AS. Jumlah penghasilan yang sama diraih Roman Atwood yang isi videonya tentang mengerjai orang. Juga ada Rosanna Pansino, seorang chef otodidak.
Di luar mereka, ada penyanyi Hugo Kurt Schneider dan Sam Tsui, dan jangan lupa Justin Bieber pun awal mulanya terkenal di YouTube. Begitu pula Raisa dan GAC (Gamaliel, Audrey, dan Cantika).
Diri sendiri
Tak bisa menyanyi atau bakat lain yang menarik buat ditampilkan? Jangan takut, masih banyak peluang. Resep jitu untuk ngetop di YouTube adalah menjadi diri sendiri. Asal tahu saja, banyak bintang besar yang lokasi shooting-nya di kamar tidur.
Penonton justru suka karena membuat mereka dekat dan serasa mengintip kehidupan idolanya. Lagi pula bintang YouTube dapat terkenal karena mereka tidak seperti stereotip artis pada umumnya yang harus berwajah menawan, bertubuh tinggi ramping, berdandan cantik, berpakaian terkenal, atau kriteria lain yang tak terjangkau masyarakat biasa.
Minyo, misalnya. Semasa remaja, perempuan yang tinggal di Bandung ini kenyang dengan perundungan dari teman-teman sekolahnya. Saat itu dia kelebihan berat badan dan berkulit gelap. Kala kuliah di Singapura, Minyo tak lagi di-bully hanya karena berbobot lebih dan kulitnya tak seterang orang lain. Dia pun rajin berolahraga dan senang berdandan.
”Saya mendapat pelajaran tentang apa pun, terutama make-up, melalui YouTube. Saya makin cinta dengan dunia kecantikan. Jadi, saya ingin pula membagikan ke orang lain dan mencurahkan pendapat saya di kanal pribadi. YouTube tempat yang memberikan kebebasan itu,” kata Minyo.
Lain halnya dengan Agus Nggermanto. Dia jago Matematika dan mampu menyederhanakan cara menyelesaikan soal pelajaran ini. Pria jebolan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini kemudian terkenal sebagai Paman APIQ. Muridnya tak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari mancanegara dan mereka yang semula takut matematika kini tak sabar menanti video baru Paman APIQ. Padahal, sehari dia bisa mengunggah lima video.
Pelatihan
Di Indonesia, YouTube kini menjadi kanal tontonan wajib di kalangan anak muda. Sama halnya dengan di AS. Berdasarkan studi Defy Media melalui wawancara dan survei di media sosial, ditemukan fakta 62 persen warga AS berusia 13-24 tahun menyukai media digital karena media digital membuat mereka merasa baik.
Berdasarkan data YouTube, video unggahan dari Indonesia tahun 2015, dari Januari hingga Oktober, meningkat 600 persen ketimbang tahun sebelumnya. ”Jumlah ini tertinggi di Asia Pasifik dan durasi menonton naik sekitar 130 persen,” kata Putri Silalahi, Head Communication, Consumer & Youtube Google Indonesia.
Namun, tidak semua video tersebut memadai. Itu sebabnya, YouTube menggelar program Broadcast Box di lima kota, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, pada November lalu. Program ini adalah yang pertama di dunia.
Melalui program ini, para kreator alias YouTuber alias para pembuat video di kanal pribadi YouTube dapat mempelajari kemudahan membuat dan mengunggah video. Bahkan, mereka berkesempatan mengikuti lokakarya dengan para kreator yang berhasil. Di Bandung misalnya, mereka bertemu dengan Minyo, Paman APIQ, dan Eno Bening, pemilik kanal CleanSound Studio.
Sementara di Surabaya mereka bertemu dengan komentator gim Reza ”Arap”, pemilik kanal rezaoktovian dan beauty vlogger Cynthian Sunartio plus Eno Bening yang videonya berisi cara membuat video YouTube.
Di program itu, ada pula tim yang bertugas menjawab pertanyaan secara langsung dari tiga pertanyaan yang paling sering ditanyakan YouTuber, seperti pengarahan teknis, memaksimalkan fitur, dan melindungi konten.
”Banyak yang tak tahu memakai lagu di videonya tak boleh asal comot lagu orang lain. Untuk itu, YouTube juga menyediakan lagu berikut latar untuk video,” ujar Niken Sasmaya, YouTube Partnership Manager, South East Asia, Australia and New Zealand.
Tanggapan
Sama seperti artis konvensional lainnya, YouTuber mana pun pasti memiliki hater yang tak segan mengejek dan mencela. Cynthian sempat sedih dan kecewa lantas mogok setahun karena takut dicela lagi. ””Setelah setahun, saya baru berani lagi karena jika saya mogok, berarti hater yang menang,” ujar Cynthian kalem.
Berbeda dengan Arap yang langsung membalas dengan sengit komentar hater. ”Saya lawan terus. Saya tantang mereka untuk membuat video yang lebih baik dan ditonton lebih banyak orang. Sekarang saya tak perlu melawan lagi karena subscriber saya yang langsung menyerang hater,” ujarnya.
Eno dulu sering diejek teman-temannya karena asyik membuat video. Kini teman-teman tersebut banyak yang meminta diajak tampil di YouTube. ”Kalau diejek, berarti sebentar lagi kita akan menjadi besar,” tuturnya enteng.
(Ida Setyorini)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Desember 2015, di halaman 30 dengan judul “Semua Bisa ”Ngetop” di Youtube!”