Mendengungkan Kejujuran Lewat Budaya Pop

0
1184

Korupsi adalah kejahatan yang dilandasi ketidakjujuran. Dalam gambaran pemberitaan, pelaku korupsi umumnya adalah pejabat, pengusaha, dan politikus. Namun, korupsi juga berakar dari kehidupan sehari-hari, tidak jauh dari aktivitas kita.

Lembaga yang mendorong pemberantasan korupsi, Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat tren korupsi sepanjang 2014. Dalam laporan tahunannya pada tahun 2015, tertulis ada 629 kasus korupsi terpantau dan telah diproses penegak hukum. Penegak hukum itu adalah kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dari sedemikian banyak kasus, aparat hukum menetapkan 1.328 tersangka korupsi. Sementara kerugian negara yang dapat ditangani adalah Rp 5,29 triliun.

Jumlah itu sangat besar. Bandingkan dengan ongkos produksi sebuah album berformat cakram padat (compact disc) senilai Rp 35 juta untuk 1.000 keping. Dengan nilai korupsi yang bisa diamankan tersebut, sedikitnya 150.000 album dengan jumlah 150 juta keping cakram padat bisa dihasilkan. Banyak ya?

Namun, tidak memakai uang itu, ICW membuat album kompilasi musik Frekuensi Perangkap Tikus Volume II, yang dilepas di Jakarta, Selasa (15/12). Album tersebut justru untuk menggugah kesadaran berperilaku antikorupsi di lingkungan terdekat: keluarga.

B4A17107-A87B-D0EA-25CDE99B1D1AE1A3
Kelompok L’Alphalpha turut tampil dalam konser itu

Ada sembilan lagu dari delapan kelompok di album yang dicetak perdana sebanyak 1.000 keping itu. Band Sore mengisi dua lagu, yaitu ”Coreng Arang” dan ”Di Putusan”. Kelompok lain yang berkontribusi adalah Jirapah, Indie Art Wedding, L’Alphalpha, White Shoes and the Couples Company, Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks, The Experience Brothers, serta Anda dan Bonita.

Nama-nama yang terlibat itu umumnya merupakan pemusik independen, tapi punya basis pendengar yang kuat. Lebih menarik lagi, setiap kelompok punya ikatan khusus yang amat dekat. L’Alphalpha, misalnya, berkolaborasi dengan Ebiet G Ade. Salah satu personel grup yang aktif sejak 2006 tersebut merupakan putri Ebiet. Mereka berkolaborasi membawakan tembang lawas Ebiet, ”Orator”.

Ikatan keluarga juga terjadi pada kakak-beradik garage rock The Experience Brothers yang menyumbangkan lagu baru mereka, ”Lihat Sini”. Anda dan Bonita juga abang-adik anak dari Koes Hendratmo yang menyanyikan lagu ”NN”. Sementara personel Jirapah dan Indie Art Wedding adalah pasangan istri-suami.

Lingkungan terdekat

Produser album, Harlan Boer, menyebutkan, kedekatan atau ikatan itu adalah salah satu kriteria pemilihan pengisi album kompilasi. Kedekatan tersebut seolah menunjukkan, korupsi sebenarnya bisa bermula dari lingkungan terdekat dan siapa pun bisa berperan mencegahnya.

”Kriteria musisi yang kami ajak adalah juga mereka yang punya lirik dan penulisan lagu yang menurut kami menarik,” kata Harlan. Ia mengutip petikan lirik lagu ”Lapang” ciptaan Mar Galo dari Jirapah. ”Singkirkan ketamakan, isi nuranimu…/ Tangguhkan prinsipmu, hidup dengan lapang….”

Komisioner nonaktif KPK Bambang Widjojanto sempat menyaksikan konser peluncuran album tersebut di Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Ia mengapresiasi langkah yang dibuat ICW meskipun penontonnya hanya segelintir.

”Pemberantasan korupsi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah dengan langkah cerdas seperti ini, dengan musik,” katanya yang berbicara selepas penampilan pamungkas dari Pancaran Sinar Petromaks.

100F0BB2-FB03-D9ED-D113E8CA8A590D74

Saat Bambang berbicara, suasana gedung pertunjukan senyap karena memang sepi juga.

Bambang melanjutkan, pendekatan pemberantasan korupsi melalui budaya populer, seperti musik, sedang berkembang. Beberapa negara memakai pendekatan budaya untuk membangkitkan kesadaran pada bahaya korupsi. Di Indonesia, kata Bambang, musisi besar seperti Slank dan Iwan Fals sudah membuat lagu tentang pemberantasan korupsi.

Bambang juga memaparkan ironi yang terjadi belakangan ini. Pada saat anak muda bergerak menentang korupsi, para anggota Dewan mengesahkan revisi UU KPK yang diduga bakal mengebiri pemberantasan korupsi.

Mungkin ada baiknya konser musik semacam ini dipindahkan ke Gedung DPR saja. Wakil rakyat perlu mendengar lebih dekat suara rakyatnya.

(Herlambang Jaluardi)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Desember 2015, di halaman 33 dengan judul “Album: Mendengungkan Kejujuran Lewat Budaya Pop”