Dengan teknologi Street View, perusahaan internet Google ikut menyebarluaskan keindahan Indonesia kepada publik internasional. Tak hanya merekam jalan-jalan perkotaan, kamera Google juga mengeksplorasi belasan candi di Tanah Air. Panorama visual itu dipadukan dengan kumpulan informasi ihwal sejarah dan kekayaan candi-candi kebanggaan Nusantara.
Cuaca di kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sedikit mendung. Meski demikian, para wisatawan terus-menerus hilir mudik ke sejumlah bagian candi sambil mendengarkan tuturan pemandu wisata dan sesekali berfoto-foto. Di antara kumpulan turis itu, sosok Eko Pramono (38) tampak menonjol.
Karyawan Google Indonesia tersebut menggendong sebuah ransel dengan tiang dan sebuah lingkaran besi di atasnya. Dengan beban di pundaknya itu, Eko mengelilingi beberapa area Candi Borobudur. Namun, langkahnya kerap terhenti karena sejumlah pelancong mengajaknya mengobrol atau berfoto.
Sore itu, Eko sedang memperagakan bagaimana gambar Street View Candi Borobudur diambil. Ransel yang digendongnya ke sana-kemari itu bukan tas, melainkan sebuah peralatan kamera yang disebut sebagai Street View Trekker.
Street View merupakan salah satu fitur dari Google Maps yang memungkinkan pengguna internet melihat panorama suatu tempat dengan sudut 360 derajat. Teknologi itu bisa dimanfaatkan warga atau wisatawan untuk melihat tempat yang akan mereka tuju, menentukan panduan mengemudi, atau untuk mengenal suatu kota dengan lebih dalam. Street View bisa diakses dari laman http://maps.google.co.id/streetview/.
Dengan layanan itu, kita bisa menikmati panorama obyek wisata termasyhur dunia, seperti Piramida di Mesir, Taj Mahal di India, Menara Eiffel di Perancis, atau bahkan Gedung Burj Khalifa di Uni Emirat Arab yang menjadi latar film Mission Impossible- Ghost Protocol.
Melalui teknologi itu pula, kita bisa plesiran ke Taman Nasional Yosemite di Amerika Serikat, dilanjutkan bertualang ke Taman Nasional Samburu di Kenya, lalu menikmati keanekaragaman hayati Kepulauan Galapagos tanpa harus membuang banyak waktu, tenaga, dan biaya.
Luaskan jangkauan
Indonesia juga tak luput dari kamera Street View. Pada tahun 2014, Google resmi meluncurkan gambar Street View sejumlah tempat umum dan jalan di beberapa kota besar Indonesia. Tak puas dengan itu, tahun ini Google meluaskan jangkauan Street View ke sejumlah situs warisan budaya Tanah Air.
Pada Minggu (27/9), Google meluncurkan gambar Street View 11 candi di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesebelas candi yang kini bisa dinikmati lewat layanan Street View itu adalah Candi Borobudur, Candi Barong, Candi Ijo, Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Sambisari, Candi Sari, dan Candi Sewu.
Untuk membuat gambar Street View 11 candi tersebut, Google Indonesia bekerja sama dengan sejumlah institusi, antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, serta PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Pengambilan gambar candi-candi itu dilakukan sejak akhir Juli 2015 dan menghabiskan waktu sekitar sebulan.
Program Manager Google Street View Cynthia Wei mengatakan, Google memiliki beberapa jenis alat untuk mengambil gambar Street View, yakni berupa mobil, trolley atau kereta dorong, dan ransel. Mobil Street View digunakan untuk mengambil gambar jalan atau tempat yang bisa dilalui mobil, trolley dipakai untuk mengambil gambar di dalam ruangan, sementara Street View Trekker dipakai mengambil foto di luar ruangan.
Gambar 11 candi di Jawa Tengah dan DIY diambil menggunakan Street View Trekker yang dibawa dengan berjalan kaki. Tentu ini tak mudah karena bobot peralatan itu mencapai 18 kilogram. Apalagi, sampai saat ini, Google hanya memiliki satu orang operator Street View Trekker, atau akrab disebut Mr Trekker, untuk mengambil gambar di Indonesia.
”Kami memang harus memakai Trekker karena tidak mungkin menggunakan mobil Street View untuk mengambil gambar candi-candi tersebut,” kata Cynthia.
Hasil jadi gambar Street View memberi pengalaman visual menarik karena membawa kita seolah-olah berjalan mengelilingi suatu tempat. Di layanan tersebut tersedia beberapa panel yang memungkinkan kita memilih arah perjalanan, atau bahkan melihat detail suatu obyek. Untuk menjaga privasi, semua wajah orang dan pelat nomor mobil yang terekam di Street View akan otomatis disamarkan.
Pariwisata dan edukasi
Head of Public Policy and Government Relations Google Indonesia Shinto Nugroho mengatakan, melalui Street View yang bisa diakses dari seluruh dunia, Google ingin ikut mengenalkan aneka warisan budaya yang dimiliki Indonesia.
Kehadiran gambar Street View sangat berpotensi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sebab, layanan Street View akan menjadi salah satu referensi bagi para turis untuk menentukan obyek wisata yang bakal mereka kunjungi. ”Turis sekarang itu enggak pernah pergi tanpa perencanaan dan banyak dari mereka mencari informasi wisata melalui internet,” tutur Shinto.
Gambar Street View candi-candi itu juga bisa menjadi sarana edukasi bagi generasi muda Indonesia. Shinto memaparkan, anak-anak muda masa sekarang lebih banyak belajar dan menerima informasi dari internet dibandingkan dari buku-buku. Sebab, selain lebih mudah diakses, internet juga menghadirkan sarana pembelajaran yang interaktif dan menghibur sehingga cocok dengan kebutuhan generasi masa kini.
Selain mencakup 11 candi, layanan Street View juga telah merekam panorama beberapa tempat lain di Indonesia, antara lain Situs Manusia Purba Sangiran, Museum Nasional, sejumlah pantai di Bali, dan beberapa tempat ibadah.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 04 Oktober 2015, di halaman 30 dengan judul “Jelajah Candi Bersama Google”