Keindahan dari Tangan-Tangan Renta

0
1138

Menjaga raga dengan jiwa penuh semangat agar tetap bisa mencipta adalah sebuah pilihan. Berdamai dengan raga renta dan tetap berkarya. Demikianlah kisah hidup yang dilakoni para petenun kain lurik di perusahaan Kurnia Lurik, Yogyakarta. Sebuah usaha kain tenun memakai alat tenun bukan mesin (ATBM) yang ada sejak 1962.

Sebagian besar para petenun di tempat itu berumur lebih dari 60 tahun. Mereka masih mampu membuat kain lurik sepanjang 10 meter dalam satu hari. Tak hanya produktif, tangan- tangan keriput itu juga dapat melahirkan lurik halus kaya warna.

Jayadi, usia 74 tahun. Banyak berperan dalam pewarnaan. Kompas/Wawan H Prabowo
Jayadi, usia 74 tahun. Banyak berperan dalam pewarnaan. 

 

Wignyo Susanto, usia 84 tahun. Ia lebih banyak berperan sebagai tukang jemur benang. Menjadi karyawan tertua di rumah produksi Kurnia Lurik. Kompas/Wawan H Prabowo
Wignyo Susanto, usia 84 tahun. Ia lebih banyak berperan sebagai tukang jemur benang. Menjadi karyawan tertua di rumah produksi Kurnia Lurik. 

 

Wasir (70) dan Sastro Welas (65) saat melakukan penyucukan. Mereka mengabdikan hidupnya menjadi petenun selama lebih dari 25 tahun. Kompas/Wawan H Prabowo
Wasir (70) dan Sastro Welas (65) saat melakukan penyucukan. Mereka mengabdikan hidupnya menjadi petenun selama lebih dari 25 tahun. 

 

Penanda di Usia Senja. Kompas/Wawan H Prabowo
Penanda di Usia Senja. 

Wawan H Prabowo


Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Februari 2014, di halaman 12 dengan judul “Keindahan dari Tangan-Tangan Renta”