Alex Chandra (27) memilih mengayuh sepedanya menuju ke tempat kerjanya. Pria asal Indonesia yang tinggal dan bekerja sekitar delapan tahun di Taipei, Taiwan, ini merasakan hal menyenangkan bersepeda menuju kantor karena lingkungan yang mendukung. Sehat, hemat, praktis, dan gaya.
Saya menjadi segar. Hanya sekitar 20 menit sampai ke kantor dari rumah. Ini hemat,” kata Alex.
Sehat dan hemat itu sudah pasti. Lingkungan udara di kota Taipei mendukung warganya bersepeda. Bersepeda bagaikan sahabat masyarakat Taiwan. Baik di kota maupun sekitar Taipei, pemandangan laki-laki, perempuan, tua, dan anak-anak mengayuh sepeda adalah hal biasa.
Pemerintah setempat pun memberikan halte-halte penyewaan sepeda yang praktis untuk siapa saja. Selain itu, jangan heran jika kereta cepat begitu menghargai sepeda dengan tidak mengizinkan penumpang membawa barang bawaan berat ke dalam kereta, kecuali sepeda.
Pemandangan penataan kota di Taiwan seperti sekarang ini bukan hal mudah. Pemerintah setempat membutuhkan waktu sekitar tiga tahun hingga lima tahun untuk membuat warganya nyaman bersepeda ke mana saja. Tidak mudah pula meyakinkan masyarakatnya bersepeda sehingga lebih sehat, hemat, dan ramah lingkungan.
Kebijakan-kebijakan yang mendukung program seperti kembali bekerja dengan mengayuh sepeda itu memberi semangat masyarakat. Alex adalah salah satu dari masyarakat itu.
Pria asal Jakarta ini tidak mudah menyesuaikan diri. Alasannya, ia lahir dan besar di Jakarta serta terbiasa bertemu dengan kemacetan sehingga tidak mudah mengubah pola pikir membeli dan menjadikan bersepeda sebagai keseharian.
”Ini memang bukan Jakarta. Namun, saya kira Jakarta bisa bersih dan masyarakatnya mau mengubah gaya hidupnya, serta komitmen pemerintahnya. Ya, tak mudah. Saya mungkin juga pikir-pikir kalau bekerja di Jakarta dan harus mengayuh sepeda setiap hari seperti di sini,” tutur Alex sambil tertawa.
Meski harga sepeda beragam, Alex tetap memilih sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangan nyaman dan tetap gaya adalah pilihannya membeli sepeda. Ya, Alex memang bekerja di salah satu perusahaan produsen sepeda. Hanya saja, bersepeda menyatu di kehidupannya jauh sebelum bergabung di perusahaan itu.
Beberapa produsen sepeda di Taiwan menawarkan berbagai bentuk, harga, dan gaya sepeda. Ini juga termasuk mempertimbangkan berat dan kemudahan si pembeli membawa dengan melipatnya. Semakin ringan sepeda, semakin nyaman dan praktis sepeda dibawa untuk dikayuh ke mana dan di mana saja. Bahkan, keringanan sepeda ini memotivasi pembeli untuk bisa membawanya dengan apa saja, kendaraan pribadi hingga transportasi umum.
Tern dan Strida merupakan perusahaan yang bisa menjadi pilihan calon pembeli pencinta sepeda. Produk sepeda keduanya memiliki bentuk dan keunggulan berbeda meski sama-sama memaksimalkan keringanan berat sepeda. Strida memiliki bentuk unik seperti segitiga. Penunggang sepeda harus rileks dan tegak sehingga gerak sepeda bisa lebih luwes. Sasaran Strida memang mereka yang berjiwa sport.
Sementara Joshua Hon, team captain dari perusahaan sepeda Tern, menjelaskan, perusahaannya memang masih tergolong muda karena usianya belum genap 10 tahun. Namun, Joshua mampu meyakinkan calon pembeli dengan produk Tern yang tak sembarangan merilis sepeda.
”Kami berupaya mengenal betul karakter masyarakat. Apalagi, kami menyasar masyarakat menengah ke atas. Itu karena kami pun ingin mengajak golongan ini untuk bersama-sama memopulerkan bersepeda itu sehat dan tetap gaya di mana pun berada serta ramah lingkungan,” tutur Joshua yang ditemui bersama rombongan Taiwan Excellence Taiwan External Trade Development Council di Tapei, Taiwan, awal Juli lalu.
Menurut Joshua, pihaknya tak sekadar ingin menjual sepeda. Ajakan untuk ramah lingkungan dengan bersepeda ke sekolah, bekerja, berolahraga, dan berekreasi menjadi poin utama perusahaannya. Oleh karena itu, sebagai ketua tim kreatif di Tern, Joshua memotivasi karyawan untuk berinovasi.
Berat sepeda Tern bervariasi dan yang teringan adalah sekitar 7 kilogram. Saking ringannya, Joshua pun tak menyangka beberapa pembeli mengirimkan foto-foto mereka bersama sepeda Tern-nya di aneka kesempatan. Salah satunya, Joshua terkesan dengan pemilik yang membawa sepeda Tern-nya berkeliling ke sejumlah kota di Amerika Serikat, naik transportasi umum dan kapal laut.
Sepeda Tern mudah dilipat hanya dalam hitungan kurang dari lima menit dengan cukup tiga langkah. Selesai dilipat, pemilik sepeda bisa segera memilih untuk memanggulnya seperti tas punggung, menyimpan tanpa membutuhkan banyak tempat, atau mendorongnya sambil berjalan. Sepeda Tern dilengkapi pula dengan alat pompa ban.
Modelnya pun beragam gaya dan kebutuhan calon pembelinya. Ke depannya, Tern ingin memproduksi sepeda khusus wanita karier, yang bisa mengayuhnya meski mengenakan rok.
Soal harga memang tidak murah. Satu sepeda Tern dihargai mulai dari Rp 10 juta. Joshua menjelaskan, mahalnya harga ini juga mengedukasi masyarakat untuk menyayangi sepeda. ”Kami ingin menjadikan sepeda diperlakukan seperti ketika masyarakat memiliki mobil. Meski tidak mewah, pemilik mobil pasti merawatnya habis-habisan. Kami ingin sepeda memiliki tingkat setara mobil mewah dengan diperlakukan istimewa. Harga mahal menjadi pilihan sementara ini untuk tujuan itu,” tutur Joshua.
Ada harga, ada rupa. Itu slogan yang sudah pasti disiapkan Tern. Jika sepeda rusak atau ada yang kurang berfungsi baik, agen-agen Tern siap membantu memperbaiki sebagai servis dan garansinya. Indonesia sudah menjadi salah satu pasarnya. Menurut Joshua, karakter masyarakat Indonesia, seperti Jakarta, memiliki kesamaan dengan di Taipei. Ia pun optimistis masyarakat Indonesia bisa selektif memilih produk sepeda dan Tern menjadi pilihan utamanya.
Oleh karena itu, kedua perusahaan ini masuk dalam daftar produk unggulan Taiwan dalam Taiwan Excellence. April Lin, Project Manager Taiwan External Trade Development Council, mengatakan, pihaknya benar-benar memperhatikan kualitas produk asli Taiwan. Indonesia, lanjutnya, menjadi negara yang memiliki potensi besar untuk pemasaran, khususnya produk sepeda ini.
Whulandary Herman, Putri Indonesia 2013 yang menjadi Duta Taiwan Excellece, pun semangat mencoba produk sepeda Tern dan Strida. ”Ringan dan gampang melipatnya,” kata Whulandary setelah menaiki sepeda Tern.
(AYU SULISTYOWATI)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2015, di halaman 36 dengan judul “Tinggal Lipat dan Tak Makan Tempat”