Bung Karno berpesan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!” yang terkenal sebagai Jas Merah. Tak ingin melupakan, apalagi meninggalkan sejarah, sejumlah mahasiswa menghidupkan pembelajaran sejarah lewat aplikasi Arbook Sejarah.
Mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta, Hardika Dwi Hermawan dan Rifky Ayu Ramadhani, merancang Augmented Reality Book atau Arbook. Aplikasi ini menggunakan teknologi augmented reality yang menggabungkan antara dunia digital dan dunia nyata. Berbekal aplikasi tersebut, gambar-gambar diam dalam buku pelajaran bisa bergerak. Peristiwa pengeboman Hiroshima, misalnya, tampak hidup dengan bom nuklir yang memorakporandakan kota.
”Kamera telepon seluler tinggal diarahkan ke buku, lalu gambar lantas bergerak. Siswa dapat langsung memahami suasana, kondisi, dan alur cerita sebuah peristiwa sejarah. Tidak lagi hanya membaca tulisan dan gambar yang diam serta membuat bosan,” kata Hardika.
Hardika prihatin karena banyak anak muda tak kenal sejarah bangsanya. Tumbuh dalam keluarga dengan orangtua guru Sejarah, ia paham betul tentang pentingnya belajar Sejarah.
Aplikasi Arbook pernah digunakan sebagai bahan ajar oleh Tuti Utami, guru Sejarah di SMP Negeri 3 Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah. Tuti Utami menggunakan media tersebut dalam evaluasi program Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) yang juga disaksikan oleh Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Purbalingga.
Dari hasil uji coba itu terbukti bahwa Arbook mampu menumbuhkan minat siswa terhadap peristiwa penting dalam sejarah. Para siswa merasa takjub dengan teknologi yang digunakan. ”Pertama kali dicoba guru. Mereka kaget, kok, bisa kamera telepon seluler diarahkan gambar, ada gambar yang bergerak di atas buku,” ujar Hardika.
Karena pelajaran Sejarah di sekolah saat ini terintegrasi dalam mata ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru-guru pun meminta Hardika mengembangkan aplikasi tersebut untuk pelajaran IPS lain, seperti Geografi. ”Harapannya, penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi semakin banyak dimanfaatkan oleh para pendidik di Indonesia, terutama teknologi yang memang membantu proses pembelajaran di kelas,” tambahnya.
Berbasis lokasi
Sama-sama mengembangkan aplikasi berbasis Android, Ragam Media Teknologi Indonesia menciptakan aplikasi Sejarah Indonesia yang bisa diunduh gratis di Google Play Store. Aplikasi Sejarah Indonesia tersebut diciptakan oleh empat orang, yaitu Rachmat Efendi, Muhammad Miftah Firdaus, Alif Anandito, dan Syifa Rizki Amanda.
Pengguna aplikasi Sejarah Indonesia bisa memperoleh informasi-informasi mengenai peristiwa, tempat-tempat bersejarah, serta tokoh-tokoh di dalamnya. Fitur ”telusuri” cukup menarik karena bisa mendeteksi lokasi pengguna dan menyediakan pilihan untuk melihat peristiwa bersejarah apa saja yang ada di sekitar pengguna melalui kamera telepon seluler.
Aplikasi Sejarah Indonesia memanfaatkan geo tagging berbasis lokasi dengan bantuan GPS yang ada pada telepon seluler untuk mendeteksi lokasi pengguna dan menghubungkannya dengan peristiwa atau tempat sejarah sehingga pengguna bisa mencari tempat atau peristiwa sejarah di sekitarnya.
”Jika kita jalan-jalan ke suatu daerah, sering kali kita tidak tahu atau mungkin melewatkan tempat-tempat atau peristiwa sejarah yang menarik yang mungkin belum pernah kita dengar atau baca mengenai sejarah di tempat tersebut,” ujar Rachmat.
Lewat aplikasi tersebut, pengguna juga dapat melihat tempat-tempat bersejarah melalui peta yang sudah diintegrasikan dengan Google Maps. Kejadian-kejadian bersejarah di Indonesia disajikan dalam bentuk urutan waktu dari tahun 1900-an sampai dengan 2008. Fitur pun semakin lengkap dengan tampilan tempat-tempat wisata bersejarah di Indonesia.
Kisah pejuang juga disajikan dengan cukup menarik karena menghadirkan tokoh-tokoh sejarah dan pahlawan nasional Indonesia, termasuk yang jarang disebut di pelajaran sejarah di sekolah, seperti Margonda dan KS Tubun yang dikenal sebagai nama jalan.
Saat ini yang masih dijadikan referensi untuk konten Sejarah Indonesia adalah Wikipedia dan berbagai artikel di internet. ”Karena terbatasnya sumber, belum banyak tokoh-tokoh sejarah yang diangkat ceritanya di aplikasi ini,” kata Rachmat.
Prihatin sejarah
Aplikasi Sejarah Indonesia dan aplikasi Arbook Sejarah lahir karena keprihatinan atas kurangnya pengetahuan generasi muda mengenai peristiwa, tempat, dan tokoh yang tercatat dalam sejarah Indonesia. ”Dengan penyajian konten dan membuat fitur-fitur yang menarik, belajar sejarah diharapkan tidak membosankan, terutama bagi anak muda,” kata Rachmat.
Ditujukan untuk siapa pun yang ingin belajar sejarah, baik pelajar maupun umum, aplikasi Sejarah Indonesia sudah diunduh sekitar 30.000 pengguna. Rachmat berharap bisa semakin memperkaya konten dengan menggandeng sumber-sumber dan pakar sejarah serta membuat fitur yang lebih menarik.
Karena keterbatasan jumlah buku dengan gambar yang disesuaikan dengan aplikasi Arbook, Arbook Sejarah baru bisa dinikmati oleh sekolah yang tertarik dan menghubungi langsung ke para penemunya. Menurut rencana, aplikasi ini akan segera diunggah ke Play Store sehingga bisa dinikmati secara gratis oleh lebih banyak orang.
Arbook sejarah baru bisa dimanfaatkan jika pengguna memiliki buku atau e-book dengan gambar yang sesuai dengan database aplikasi. Gambar tersebut berfungsi sebagai marker atau penanda untuk masuk ke dalam program aplikasi. Begitu terdeteksi oleh kamera yang sudah ada di dalam aplikasi, gambar akan bergerak menjadi video atau tiga dimensi.
Agar sejarah menarik bagi kaum muda dan tak ditinggalkan.
(MAWAR KUSUMA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Agustus 2015, di halaman 30 dengan judul “Telemaya: Menghidupkan Sejarah”